Aku mengikuti langkah bang John ke arah parkiran dengan tatapan bingung dan kepala yang kosong seperti baru saja dihipnotis.
Aku merutuki diriku yang dengan bodohnya mengiyakan ajakannya untuk mengambil uang tunai sekaligus mengantarku. Apa sih yang aku pikirkan tadi?
Sekarang aku benar-benar di ambang penyesalan atas keputusanku sendiri.
Aku menatap bahu lebarnya yang berjalan di depanku. Sudah terlanjur ada di sini, alasan masuk akal apa yang harus aku berikan untuk membatalkan ini?
"Siapa namamu?" ia tiba-tiba membalikkan badannya ke belakang, berhenti sejenak untuk mensejajarkan langkahnya denganku.
"Jihanne."
"Ok Jihanne, sekarang kita kemana Han?"
"Kan mau ke ATM?"
Kata ATM memunculkan ide di kepalaku.
"Atau bang John pake m-banking aja, transfer ke rekeningku?"
Aku menaikkan kedua alisku untuk meyakinkannya, 'ide brilian Jihanne!'
"Enakan juga ke ATM, adem."
Mulutku seketika terkatup rapat, 'oke, gagal. Ayo cari lagi!'
Kita sampai di depan motornya ketika aku masih linglung sendiri, dia bahkan sudah siap menyalakan mesin motornya saat aku masih mematung bingung di tempatku berdiri.
"Bang John," kedua alisnya terangkat sebagai balasan panggilanku, "aku ijin dulu ya sama ketosnya?"
"Chat aja?"
'Lagi-lagi gagal.'
"Nggak bisa, sama yang lain juga soalnya."
"Ya udah, sekalian pinjem helm ya?"
"Iyaa."
Aku berlari ke ruang osis untuk menemui teman-teman yang ada di sana, sekaligus meminta siapapun untuk menggantikanku pergi bersama bang John. Namun sayangnya, bahkan tak satupun dari mereka yang tertarik dengan iming-iming 'quality time bareng kakak kelas ganteng'.
♾
Aku mengira ia hendak pergi ke ATM yang berada di dekat sekolah tapi ternyata dia justru pergi sampai ke pusat kota, padahal tujuan kita hanya ke ATM. Proposal pengajuan sponsornya telah aku serahkan kepada temanku yang lainnya, karena sepertinya ada baiknya untuk tidak terlalu lama berurusan dengan bang John.Sekarang aku sedang duduk di bangku yang tersedia di depan Indomaret, menunggunya melakukan penarikan tunai sedari tadi.
"Panas ya?" Aku sedikit terkesiap, tanpa melihatku ia menyodorkan Pocari Sweat dingin lalu duduk di kursi sebelahku.
"Makasih." aku menerimanya dengan senang hati, mengagumi kepekaannya kalau aku memang menahan haus sejak tadi semantara ia menenggak kopi botolnya sambil menaikkan kedua alisnya sebagai jawaban.
"Jalan-jalan atau balik sekolah?" Tanyanya seraya menoleh padaku.
"Masa jalan-jalan?" aku sengaja menggantung pertanyaannya, walaupun tampaknya berkeliling kota sebentar adalah ide yang baik saat ini.
"Barangkali pengen jalan-jalan."
Aku menatapnya horor, kepekaannya sungguh luar biasa. Apa ia bisa membaca pikiranku?
"Nggak enak ah masih pake seragam gini malah keluyuran." penolakan akhirnya keluar dari mulutku.
"Pake jaketku nih." ia bersiap melepas jaket abu-abunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMITLESS | Johnny Suh [✔]
Fanfiction"Then I saw you who resembles me, I'm you and you're me" -Based on True Story-