C•19

31 6 1
                                    

Segelas wine telah terteguk habis oleh seorang cewek yang kini sedang mengeluarkan kepulan asap dari mulutnya.
Cewek yang masih berseragam abu-abu putih itu kini sedang me refresh otaknya yang sedang dipenuhi oleh gejolak api. Jam kecil yang melilit tangannya telah menunjukkan pukul 9 malam. Berarti sudah 7 jam ia berpijak disini.

"Bry, wine 1 gelas lagi." pesan seorang cewek itu yang duduk sendiri di dalam bar tersebut.

"Siap Ci."

Tak lama, hanya selang beberapa menit, segelas wine telah datang. Tanpa aba-aba Ciara meneguknya sampai habis. Sehingga membuat kepalanya sedikit pusing.

"Lo minum ginian banyak banget Ci? Lo ada masalah?" tanya Bryan, yang sengaja duduk disamping Ciara.

Ciara mengangguk. "Ada sahabat gue yang salah paham Bry."

"Salah paham gimana Ci? Coba ceritain ke gue. Siapa tau gue bisa bantu lo."

Ciara menghela nafas kasar. "Tadi gue bercanda sama Gavin di kantin dan Luna ngeliat kita berdua eh taunya Luna yang suka sama Gavin ngira gue pacaran sama si Gavin. Yakali gue balikan sama mantan, bukan level gue."

"Hadeh, terus Luna langsung nyimpulin kalo lo sekarang pacarnya Gavin?" tanya Bryan.

Ciara mengangguk. "Dan si Luna langsung bicara di depan gue kalo dia udah gamau lagi temenan sama gue katanya gue itu orang munafik hahaha."

Bryan meletakkan baki yang sedari tadi ia bawa diatas meja. "Udah lah cuekin aja. Lagian temen lo juga bukan Luna doang. Lama lama Luna juga bakalan tau kalo sebenernya lo itu bukan pacarnya Gavin. Nantinya kalo Luna butuh lo dia juga bakal balik lagi ke elo."

Ciara tersenyum kecut. "Tapi sih menurut gue walaupun gue sama Luna udah baikan, mungkin dia udah beda ga kayak dulu lagi Bry."

Bryan mengangguk paham. "Karena hati yang udah retak gabakal bisa dikembaliin utuh lagi Ci, walaupun sebenarnya kenyataan udah ada didepan mata."

Ciara melamun. "Kenapa ya Bry, hanya karena satu lelaki persahabatan gue sama Luna bisa ancur kayak gini?"

"Kalo menurut gue sih lebih baik lo gausah lagi deket deket sama Gavin, biar lo bisa menjaga perasaannya si Luna Ci."

"Tapi mau gimana lagi Bry, apa gaboleh gue sama Gavin sebatas berteman doang? Atau mungkin hanya saling tegur sapa doang."

"Ya kalo itu sih boleh aja Ci. Tapi sih menurut gue ngapain Luna marah ke lo? Luna kan bukan siapa siapa nya Gavin, so dia gaada hak dong buat marah ke lo ataupun marah ke Gavin."

"Tau tuh bingung sendiri gue jadinya. Kayak anak kecil aja dia tuh." hela Ciara

***

CiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang