C•13

90 34 18
                                    

Klotak!

Suara bola membentur bola yang lain dengan luncuran sedang. Tampaknya semua bola tersebut memasuki lubang yang berada di meja billiard itu. Tepuk tangan meriah dipersembahkan oleh para laki laki di ruangan itu. Ciara tersenyum getir dan berterima kasih atas pemberian tepuk tangan kepadanya. Usai memainkan billiard, Ciara menghampiri teman-temannya yang duduk diatas meja dengan pakaian mini yang dikenakannya.

"Hai Luna, Agatha." panggil Ciara lalu duduk di meja itu, dan kakinya berada diatas kursi

Agatha dan Luna balas mengangguk tersenyum. Masing masing dari mereka sedang asyik menikmati segelas beer yang saat ini mereka genggam. Seperti biasa, Zellian tidak pernah ikut pergi keluar dengan mereka, karena ayah Zellian melarangnya. Apalagi untuk keluar malam. Mungkin ayah Zellian sudah tidak mau menganggapnya sebagai anak.

"Wih ada cewe cakep nih." goda para  lelaki yang tidak sengaja melewati meja tempat mereka duduk

Luna dan Agatha tersenyum manja dan melambaikan tangannya kearah laki laki tersebut. Tetapi berbeda dengan Ciara, ia hanya mendengus kesal melihat tingkah laku laki laki itu. Hii, jijik liat cowok kayak gitu.

"Eh, yang itu kenapa diem aja? Cantik ya, sayangnya jutek." teriak salah satu lelaki yang ditujukan kepada Ciara

Mendengar perkataan itu, sontak Ciara segera bangkit dari duduknya. Matanya menatap tajam laki laki itu. Tangannya mengepal kuat. Ia langsung berlari menghampiri laki laki tersebut. Dan tanpa diduga, Ciara menonjok wajah lelaki itu berulang kali. Lelaki itu tak bisa melawan, ia ketakutan.

"Ampun mbak ampun." ucap lelaki itu memohon

Teman teman Ciara yang melihat tingkah lakunya segera menghampiri dan mencoba melerai Ciara. Kali ini Ciara memberi ampun kepada lelaki itu. Tapi jika dia melakukan nya sekali lagi, maka Ciara akan membunuhnya. Dan membuatnya hancur berkeping keping.

Lalu Robert, salah satu teman billiard Ciara segera membawanya duduk. Dengan segera Robert memberikan segelas air putih kepada Ciara. Dengan hitungan detik, air putih itu telah habis. Ciara diam, mencoba meredam emosinya.

"Udah tenangin diri lo dulu Ci. Emang ya dari dulu lo gabisa  nahan emosi lo." ucap Robert tangannya mengelus elus pundak Ciara 

Ciara diam, menghela napasnya kasar.  "Makasih bert. Gue balik dulu."

Ciara berjalan menghampiri Luna dan Agatha. "Ayo pulang."

Luna dan Agatha mengangguk. Lalu mengikuti Ciara dari belakang. Dengan segera Ciara, Luna dan Agatha masuk kedalam mobil Ciara. Ciara menancapkan stop kontak mobilnya dan mengendarai nya menuju rumah Luna dan Agatha untuk mengantar mereka pulang.

---

Ciara membuka pintu rumah Carlos. Ia agak gugup. Karena sekarang Carlos melarangnya untuk keluar malam. Ciara menghela napas lega karena keadaan rumah Carlos sepertinya kosong. Dan mungkin hanya tersisa bibi Noel didalam rumah itu. Dengan hati hati Ciara menutup kembali pintu itu agar tidak mengeluarkan suara. Lalu ia memutarbalikkan tubuhnya dan bermaksud untuk pergi menuju kedalam kamarnya.

Setelah ia memutarbalikkan tubuhnya munculah seorang laki laki wajahnya seperti sedang menahan emosi, tangannya terlipat didepan dadanya. Dan ia mengernyitkan keningnya. "Baru kemana kamu?" tanya lelaki itu, matanya melihat pakaian Ciara yang memperlihatkan setengah dari perutnya dan celana jeans nya yang bermotif robek robek

Ciara menunduk, ketakutan. "Abis kerumah temen Los."

Carlos tersenyum sinis. Ia tak percaya dengan jawaban Ciara. "Jangan bohong! Kenapa lo malam malam gini pergi ke tempat billiard? Lo tau kan disana tuh banyak laki laki gak jelas! Apalagi pakaian mu kayak gitu, lo sama aja ngundang nafsu mereka."

Mendengar perkataan dari Carlos, tak terasa air mata Ciara mengalir secara perlahan. Ciara sudah tak bisa menahan emosi nya lagi. Untuk kali ini ia tak mau menonjok lelaki yang berada di hadapannya itu. Ia memilih untuk keluar dari rumah itu dan pergi menuju mobilnya. Carlos tak tinggal diam. Ia segera berlari menyusul Ciara dan meraih erat tangan Ciara.

"Gue nglakuin itu semua karna gue sayang sama lo Ci."

***

CiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang