"Pagi bunda," sapa Callista saat memasuki rumah Rehan. Gadis itu sudah rapih mengenakan seragam sekolah serta tas ransel berwarna merah muda di pundaknya.
Ia pun menghampiri Andine yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan,
"Pagi, sayang." jawab Andine. Callista pun mencium punggung tangan wanita itu.
"Sini Caca bantuin, bun." ujar Callista sambil mengambil selembar roti lalu mengolesinya dengan selai coklat kesukaan Rehan.
"Tumben kamu udah rapih pagi-pagi begini?"
"Iya dong!" Jawab Caca dengan senyum merekahnya.
"Uhh, ada yang habis baikan ya?" Goda Andine sambil mencolek dagu Callista. Membuat gadis itu tersipu malu.
"Bunda tau aja," ujar Callista.
"Iya dong, apa sih yang bunda gak tau?"
Tak lama kemudian, Rehan pun datang menghampiri mereka. Ia juga sudah rapih mengenakan seragam sekolahnya, "Pagi sayang-sayangnya Ean,"
"Cih, biasanya kalau cuma ada bunda juga gak pernah disapa kayak gitu." Gumam Andine namun masih dapat Rehan dengar.
Rehan pun memeluk wanita itu dari samping, "Rehan selalu sapa bunda, tapi dalam hati." Ujarnya sambil tertawa renyah.
"Ada-ada aja kamu. Kalian sarapan dulu, bunda mau beresin kamar dulu ya." Mellysa pun beranjak menuju kamarnya meninggalkan sepasang kekasih di meja makan ini.
"Aku udah buatin kamu roti bakar selai coklat kesukaan kamu," ujar Callista sambil menyodorkan sepiring roti bakar tersebut.
Rehan pun duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Callista, "Wahh.. pasti enak nih," ia pun langsung melahap roti bakar itu.
"Gimana?" Tanya Callista, yang dibalas acungan jempol oleh Rehan.
"Lo makan juga dong, masa cuma liatin orang ganteng makan doang." Ujar Rehan dengan percaya dirinya.
Callista berdesis kesal mendengarnya,"Buatin dong, kan aku udah buatin kamu."
"Bikin aja sendiri, emang gak bisa?" Ujar Rehan sambil asik memakan rotinya.
"Ish! Gak romantis bang---" kalimat Callista terhenti ketika Rehan memasukan roti ke dalam mulut Callista, membuat mulut gadis itu penuh. Callista pun menghentak-hentakkan kakinya kesal, sebisa mungkin ia menelan roti yang ada di dalam mulutnya.
Rehan jadi teringat perkataan bundanya yang bilang kalau semua wanita ingin diistimewakan, dengan cepat ia pun menyodorkan segelas air putih ke hadapan Callista.
"Rehan ih!!" Kesal Callista dan hendak menjambak rambut Rehan, namun dengan cepat Rehan menjauhkan dirinya dari gadis itu.
"Maaf Ca, gue khilaf." Ujar Rehan cepat.
Callista pun kembali duduk dengan raut wajah kesalnya,
"Nih aku bikinin deh," Rehan mengambil selembar roti lalu mengolesinya dengan selai strawberry. Setelah selesai, ia pun memberikan kepada gadis itu, "Dimakan ya sayang," ujarnya sambil mengedipkan sebelah matanya.
Callista pun terkekeh melihat tingkah konyol Rehan, walaupun ada rasa jijik. Dan perlu dicatat, ini pertama kalinya Rehan memanggil Callista dengan panggilan 'sayang' dan 'aku', hal sepele seperti itu namun mampu membuat darah Callista berdesir. Tanpa sadar kedua sudut bibirnya membentuk bulan sabit.
Mereka berdua sama-sama menikmati sarapannya, namun tiba-tiba saja Callista ingin buang hajat. "Aku numpang ke toilet ya," ujar Callista terburu-buru hingga membuat tas ransel yang berada di kursinya terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT BADBOY
Teen FictionSquel "NO REASON" Ini adalah kisah cinta Callista dan Rehan. Tidak ada persahabatan yang murni antara cewek dan cowok, seperti hubungan mereka ini. Rehan akui ia telah kalah dalam hubungan persahabatannya, sebuah rasa kasih sayang yang mendasari per...