MPB_Part 18 💀

29 0 0
                                    

Rehan telah selesai membersihkan dirinya, ia pun keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan celana boxer bergambar spongebob. Tangannya sibuk mengeringkan rambutnya menggunakan handuk,
Rehan pun menghampiri Fay yang ada di dapur, dilihatnya gadis itu memakai celemek dan masker, juga penggorengan yang dia jadikan sebagai tameng.

"Lo lagi perang ngelawan siapa?" Tanya Rehan bingung melihat tingkah Fay.

"Jangan mendekat!" Cegah Fay.

"Lo ngapain si?" Rehan pun semakin mendekat, dilihatnya gadis itu sedang menggoreng telur mata sapi. Hal itu membuat Rehan berdecak kesal,

"Yaela, masak telur aja segitu ribetnya." Cibir Rehan.

"Lo bisa kena minyak panas kalau gak kaya gini!"

Rehan pun mengambil alih spatula yang ada di tanga Fay. "Sini biar cef Rehan yang masak, tuan puteri silahkan tunggu di meja makan." Ujar Rehan dengan penuh percaya diri.
Akhirnya, Fay pun menunggu di meja makan.  Cacing di perutnya sudah meronta-ronta, tapi Rehan belum juga menyajikan makananya.

"Mana nih telur mata sapinya?" Teriak Fay.

Rehan pun datang, ia menyembunyikan sepiring telur itu di belakang punggungnya.

"Mana?" Pinta Fay lagi.

Rehan tersenyum kikuk, dengan ragu-ragu ia pun menyodorkan sepiring telur mata sapi yang gosong. Membuat Fay membelalakkan kedua matanya,

"Gila! Sebuah mahakarya dari chef Rehan!" Ujarnya sambil bertepuk tangan. Fay pun memotong telur mata sapi tersebut, lalu menyodorkannya ke mulut Rehan,

"Coba yang masak, cobain dulu dong! Buka mulutnya, aaaa.." dengan paksaan Fay, Rehan pun memakan telur tersebut, raut wajahnya berubah seketika. Rasanya sangat pahittt.

"Sorry ya, Fay." Ujar Rehan dengan nada bersalah.

"Nggak apa-apa, gue juga gak bisa masak. Lo pasti laper kan? Kita ke cafe yang di depan aja yuk!" Aja Fay sambil menarik lengan Rehan, membuat Rehan menahan tubuhnya.

"Gue pake baju dulu!" Ujar Rehan.

"Udah si kayak gitu aja, kan deket cafenya."

"Ya gila! Masa gue gak pake baju?" Kesal Rehan. Tanpa banyak basa-basi, Fay mengambil sweeter milik Adit lalu melemparkannya ke Rehan, dan ia pun kembali menarik Rehan menuju cafe tersebut.

Rehan tergesa-sega memakai sweeter di dalam lift. Sepertinya Fay memang kelaparan, hingga tidak sabaran seperti ini.

Mereka berdua pun berjalan menuju cafe yang berada di sebrang partemen Fay, banyak pasang mata yang melihat ke arah Rehan, hal itu membuat Rehan malu. Pasalnya, ia hanya mengenakan celana boxer spongebob dengan hoodie kebesaran, sedangkan Fay masih pakai dress yang semalam.

"Makasih lo, udah bikin gue malu kaya gini." Ujar Rehan sarkastik saat mereka telah sampai di cafe. Mereka pun duduk berhadapan.

"Yang penting makan, Han." Ujar Fay dengan santainya. Lalu ia pun memesan makanan.

"Ngomong-ngomong, lo udah gak sekolah? Gue kira kita seumuran." Ujar Rehan.

"Kita seumuran ko, tapi gue sekolah paket."

"Kenapa lo ambil sekolah paket?"

"Gue berhenti sekolah begitu aja, dan sekarang gue nyesel. Sekolah itu penting banget, maka dari itu gue ambil sekolah paket." Jawab Fay.

"Ada masalah apa memangnya? Sampai lo berhenti sekolah gitu?" Tanya Rehan. Fay pun terdiam, selama ini ia hanya memendam masalahnya sediri, dirinya ragu untuk bercerita kepada orang lain. Karena sebagian orang hanya ingin tahu, bukan perduli.

"Sorry, gue gak bermaksud ikut campur ko." Ujar Rehan ketika menyadari perubahan raut wajah Fay.

"Han? Gue mau minum."

Rehan pun menyodorkan segelas air mineral, tapi Fay malah berdecak. "Bukan minum ini yang gue maksud,"

"Terus apa? Jangan bilang lo mau minum-minum di bar lagi?"

"Iya, gue mau minum alkohol, tapi gak mau ke bar."

"Katanya alkohol it--" kalimat Rehan terhenti saat Fay menempelkan jari telunjuknya di bibir Rehan.

"Ini yang terakhir, please!" Ujar Fay dengan nada memohon.

"Janji?"

"Iya gue janji. Lo boleh temenin gue minum kalau lo mau, tapi lo juga janji kalau ini yang terakhir?" Ujar Fay sambil menyodorkan jari kelingkingnya.

"Iya gue janji, gue lebih suka susu dari pada vodka." Rehan pun mengaitkan jari kelingkingnya.

💀💀💀

kini mereka pun telah membeli beberapa botol minuman keras, dan beberapa camilan. Keduanya sudah siap duduk di depan televisi, sambil menonton film action kesukaan Rehan.

Fay masih sibuk membuka camilan dan meletakkannya ke dalam wadah. Sementara Rehan hanya duduk santai sambil menonton film tersebut.

"Oh ya Fay, lo tinggal di apartemen ini sendiri? Atau orang tua lo lagi pada pergi?"

Fay menghentikkan aktivitasnya, ia pun mendudukkan tubuhnya di samping Rehan.

"Gue tinggal sendiri," jawabnya lemah. Tanpa banyak bicara lagi, Fay langsung menenggak sebotol vodka sampai tinggal setengah.

"Curang lo!" Protes Rehan, ia pun membuka botol vodka yang lain, lalu menuangkanya ke dalam gelas kecil dan Rehan mulai menenggaknya. Sedangkan Fay sudah habis satu botol, Rehan menggeleng tak percaya gadis itu kuat juga minumnya.

"Sudah satu tahun gue tinggal di apartemen ini sendirian," lirih Fay.

"Satu tahun yang lalu, gue kabur dari rumah karena gak tahan lihat nyokap sama cowok lain. Bokap sudah di usir sama nyokap. Gue gak nyangka nyokap ngelepasin bokap demi cowok bajingan kaya gitu," Fay tertawa miris sambil menenggak botol kedua.

"Udah, Fay." Rehan pun mencoba merebut botol itu, tapi apa daya Fay malah mendorong Rehan. Akhirnya, Rehan hanya membiarkan gadis itu minum sepuasnya, asalkan Fay menepati janjinya.

"Bokap tau kalau gue kabur, akhirnya dia ngebeliin apartemen ini untuk gue, supaya dia bisa mantau gue. Bokap juga selalu kasih gue uang setiap bulannya.

"Gue gak boleh ketemu bokap, kalau nyokap tau gue masih komunikasi sama bokap, nyokap bakalan hancurin bisnis bokap."

Rehan hanya diam mendengarkan baik-baik curahan hati Fay. Masalah gadis itu sama seperti dirinya, tapi sepertinya masalah Fay lebih berat. Rehan pun mengelus punggung gadis itu untuk memberinya kekuatan.

"Gue gak mau pulang ke rumah nyokap. Gue di sini hanya sendiri, Han. Abang gue kuliah di luar negri, gue bener-bener rindu keluarga kecil gue yang harmonis." Lirih Fay.

"Gue mau semua balik lagi kaya dulu!" Air mata Fay mulai berjatuhan, sampai ia terisak hebat. Fay mengungkapkan seluruh beban yang selama ini ia pendam, hanya kepada Rehan.

Rehan langsung membawa gadis itu dalam pelukannya, tangannya masih mengelus lembut punggung Fay, "Lo gak sendirian ko, kan ada gue." Ujar Rehan lembut.

"Gue capek, Han, hidup seperti ini, gue capek!" Fay memukuli dadanya sendiri sebagai pelampiasannya. Dengan cepat Rehan langsung menggenggam erat kedua tangan Fay,

"Lihat gue, Fay." Rehan mengangkat paksa dagu Fay.

"Lo cewek yang kuat, lo gak boleh nangis, lo gak boleh merasa sendiri. Lo ingat, ada gue di sini. Gue akan bantu lo untuk mengembalikan keluarga lo yang harmonis seperti dulu.

"Janji, Fay, sama gue, lo gak boleh nangis! Lo harus yakin kalau semuanya pasti akan balik seperti dulu." Ujar Rehan lembut sambil menghapus air mata Fay.

Fay pun memeluk Rehan dengan erat, seolah gadis itu tidak mau kehilangan Rehan.

Love,

Ichaa.

MY PERFECT BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang