MPB_ Part 19 💀

33 0 0
                                    

Suasana ramai di kantin tidak mempengaruhi seorang gadis yang sedari tadi hanya menatap kosong gelas di hapapannya. Fikirannya melayang jauh memikirkan keadaan kekasihnya yang sudah beberapa hari ini tidak ia jumpai di sekolah. Di rumah pun Callista tidak bertemu dengan Rehan, hal itu membuatnya sangat khawatir.

Sekeras apapun Callista menepis bayangan Rehan, hati kecilnya tak pernah berhenti menyebut nama lelaki itu. Sejak perdebatan malam itu, Callista belum juga mendapatkan kabar dari Rehan, hingga rasa bersalah menghantui dirinya. Callista baru sadar, apa yang telah ia lakukan kepada Rehan itu salah.

"Woi, Ca?" Panggil Nabila sambil melambaikan tangannya di hadapan Callista. Membuat Callista tersadar dari lamunanya.

"Lo kenapa si? Lagi mikirin apa sih? Dari tadi bengong mulu." Ujar Nana.
Callista tak menjawab, pandangannya beralih menatap pria yang sedang berjalan memasuki kantin. Ia memanjangkan lehernya melihat baik-baik dengan siapa pria itu berjalan. Namun lagi-lagi ia tak menemukan pria yang sedang dicemaskannya. Hanya Adit dan Nando yang ia temukan.

"Nando?" Teriak Callista begitu saja. Nando dan Adit pun menghampirinya,

"Kenapa, Ca?" Tanya Nando.

Callista bingung, ia harus menanyakan lelaki itu atau tidak. Semuanya masih terhalang gengsi.

"Kenapa?" Tanya Nando sekali lagi.

"Emm..." Callista hanya bisa tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
Tak lama kemudian, datang sosok pria yang membawa setangkai bunga mawar ditangannya. Ia berjalan menghampiri Callista dengan satu tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana, hal itu memberikan kesal cool pada dirinya, sampai kaum Hawa  menjerit heboh.

"Edo?" Callista tidak melanjutkan kalimatnya yang tadi. Semua mata tertuju menatap Edo yang kini berdiri tepat di hadapan Callista.

"Ternyata lo di sini? Ini untuk lo," ujar Edo sambil memberikan setangkai bunga mawar kepada Callista. "Semoga lo suka sama bunganya, gue gak ingin ngelihat lo murung terus."

Semua mata menatap Edo tak percaya, para kaum Hawa di kantin ini pun banyak yang mencibir Callista, pasalnya Rehan pernah mengumumkan setatus berpacarannya dengan Callista, tapi sekarang malah Edo yang memberi bunga kepada Callista.

Terutama Nando dan Adit, kedua mata mereka memanas melihatnya, apalagi saat Callista menerima bunga itu. Mereka seolah bisa merasakan posisi Rehan kalau melihat ini,
Nabila dan Nana pun menatapnya penuh tanda tanya.

"Makasih ya, Edo. Wangi banget bunganya, aku suka." Jawab Callista sambil tersenyum lebar. Bayangan tentang lelaki itu hilang begitu saja saat ia melihat Edo.

"Kamu gak lupa kan? Nanti malam ikut aku ketemu sama teman-teman aku." Ujar Edo.

"Enggak dong, aku gak lupa."

"Nanti malam, aku jemput kamu ya?" Ujar Edo dan dibalas anggukan oleh Callista.

Hal itu membuat Nana, Nabila, Adit, dan Nando, saling pandang satu sama lain, mereka bingung melihat sikap Callista yang sangat berubah 180 derajat. Adit gak kebayang kalau Rehan melihat ini, mungkin nyawa Edo sudah melayang, untuk membayangkannya saja Adit sampai merinding.

"Kita ke kelas yuk?" Ajak Edo. Tanpa basa-basi, Callista langsung mengiyakan dan berjalan bersisian dengan Edo.

"Eh, Ca?" Panggil Nana

"Caca, lo mau kemana?" Panggil Nabila. Namun Callista tak menghiraukannya, ia terus berjalan sambil sesekali tertawa bersama Edo.

"Ini gak bisa dibiarin," ujar Nando sambil menggelengkan kepalanya.
Nabila dan Nana pun berlari menyusul Callista, mereka langsung menarik Callista dan membawanya menuju kamar mandi perempuan. Sementara Edo menunggu di luar.

"Lo gila ya, Ca? Lo ada hubungan apa sama Edo? Apa Rehan tau semua ini?" Nabila langsung melontarkan pertanyaan bertubi-tubi.

"Gue cuma temen, apa gue salah?" Jawab Callista dengan entengnya.

"Temen sih temen, Ca! Tapi gak usah berlebihan sampai ngasih bunga gitu!" Oceh Nana.

"Terus, nanti malam lo mau kemana sama dia? Dan lo mau gitu aja, Callista Putri Nindiatama?" Nabila pun menimpali dengan penuh penekanan disetiap kalimatnya.

"Aduh! Udah deh!" Kesal Callista, ia pun langsung keluar dari kamar mandi dan menghampiri Edo, meninggalkan teman-temannya begitu saja.

💀💀💀

Sinar matahari menembus kelopak mata seorang gadis yang sedang tertidur dalam dekapan seorang lelaki. Tiba-tiba saja ia merasa mual dan langsung bergegas menuju kamar mandi, membuat lelaki itu ikut terbangun juga.

"Fay? Lo mau kemana?" Tanyanya sambil berjalan menghampiri gadis itu.

Dilihatnya Fay sedang memuntahkan isi perutnya di westafel, ia merasa sangat mual akibat terlalu banyak minum alkohol semalam. Sedangkan Rehan hanya minum satu tegukan saja.

Melihat Fay yang menangis begitu hebat semalam, Rehan merengkuh gadis itu dan membelai lembut rambutnya sampai gadis itu tertidur. Membuat Rehan tidak enak hati membangunkannya, dan akhirnya Rehan ikut tertidur juga.

"Mangkanya, jangan terlalu banyak minum!" Oceh Rehan sambil memijit tengkuk leher Fay. Setelah itu, Rehan memberikan segelas air hangat kepada Fay. Dan ditenggak habis oleh gadis itu.

"Gimana? Udah enakan?" Tanya Rehan yang dibalas anggukan lemah oleh Fay.

"Lo udah janji ya, kalau semalam itu terakhir lo minum." Oceh Rehan.

"Iya, bawel!" Ujar Fay sarkastik sambil menududukkan tubuhnya di sofa.
Rehan pun ikut mendudukkan tubuhnya di samping gadis itu, ia menarik tubuh Fay agar tiduran di atas pahanya. Fay sempat memberontak, tapi Rehan dengan cepat menahannya.

"Lo mau ngapain?" Tanya Fay gugup.
Tangan Rehan mulai memijit kening Fay, membuat gadis itu bernafas lega. "Nah, gitu dong!" Ujar Fay.

"Gak gratis loh ya," ujar Rehan yang diabaikan oleh Fay. Gadis itu memejamkan kedua matanya, ia sangat menikmati pijitan Rehan. Sementara Rehan, ia memandangi wajah Fay lekat-lekat sambil memikirkan perkataan gadis itu tadi malam.

Otaknya terus mencari jalan keluar dari masalah Fay, sekarang Rehan tau betul bagaimana berada di posisi Fay. Maka dari itu ia sangat tidak ingin melihat gadis itu tinggal sendirian seperti ini.

"Gak usah liatin gue terus, pijit aja yang bener!" Oceh Fay dengan mata terpejam. Membuat Rehan tersentak kaget, dan langsung mengalihkan pandangannya.

Fay pun mendudukkan tubuhnya menghadap Rehan, ia menarik lengan Rehan agar mau menatapnya kembali.

"Lo mau sampai kapan di apartemen gue?" Tanya Fay.

"Entah lah," jawab Rehan enteng sambil mengangkat kedua bahunya.

"Lo gak bisa kayak gini terus, Han. Jangan lari dari masalah. Bunda lo kan masih belum ketemu, apa lo udah nyerah gitu aja? Lo cowok pengecut yang pernah gue kenal tau gak!"

"Terus gue harus cari bunda kemana lagi, Fay?" Tanya Rehan dengan raut wajah frustasinya.

"Ya.. kemana kek! Kita gak akan pernah tau kalau belum mencari."

"Urusan lo di luar sana kan masih banyak, Han. Terutama sekolah lo, apa lo udah gak mau sekolah lagi?

"Lo gak bisa terus-terusan tinggal di apartemen gue dan ninggalin semua kegiatan lo gitu aja!"

Rehan menghembuskan nafasnya kasar mendengar ocehan Fay, tangannya bergerak memegang kedua pundak Fay, membuat gadis itu menghentikan ocehannya. Kedua mata Rehan menatap dalam manik mata Fay, membuat Fay tak kuasa membalas tatapan Rehan.

"Denger ya, Fay yang cerewet. Urusan gue gak penting, yang terpenting itu sekarang lo! Lo ingat kan janji gue semalam? Gue akan tepatin itu, dan gue juga gak mungkin ninggalin lo tinggal sendirian di apartemen ini."
Kalimat Rehan mampu membuat Fay tidak berkedip. Fay mengingat-ingat kalimat Rehan semalam, hatinya sangat tersentuh dengan lelaki itu.

"Ya.. bukan itu masalahnya!" Ujar Fay sambil melepaskan tangan Rehan dari bahunya.

"Lo gak bisa tinggal gratis begitu aja di tempat gue!" Lanjutnya sarkastik sambil beranjak pergi dari hadapan Rehan, sementara Rehan terkekeh geli mendengarnya.

MY PERFECT BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang