Malam yang panjang untuk merawat wanita yang dicintainya. Semalam ini ia terjaga, rela menahan kantuk untuk memastikan wanita itu baik-baik saja. Sejak pindah ke ruangan ini, ia terus menggenggan tangan wanita yang sedang berbaring di atas bangsal, matanya menatap sendu wanita yang sedang sakit itu.
Dirinya tidak merasa direpotkan meskipun harus menyuapi wanita itu. Bahkan ia suka rela memijat tubuh wanita itu. Ya! Wanita itu adalah bundanya, wanita hebat yang telah membesarkannya sampai sekarang. Namun, Rehan sadar, apa yang ia lakukan malam ini tidak bisa untuk membalas semua jasa bundanya.
"Kamu sekolah sana, bunda udah mendingan ko." Ujar wanita itu.
"Kalau Rehan sekolah, bunda sendirian dong?"
"Enggak apa-apa."
"Itu sih lebih baik Rehan gak usah masuk sekolah."
"Itu sih maunya kamu." Bundanya memukul pelan lengan Rehan, "Bunda kan udah gede, jadi kamu gak perlu khawatir."
"Yaudah deh, Rehan mandi dulu ya bun." Rehan pun beranjak untuk mandi, di kamar mandi yang terdapat di kamar ini. Tak lupa, ia juga sudah membawa seragam sekolahnya.
Setelah selesai mandi dan mengenakan seragam sekolahnya, Rehan berpamitan pada bundanya, ia mencium punggung tangan dan kening wanita itu. Setelah itu, ia pun langsung berangkat ke sekolah menggunakan mobil papahnya.
Butuh waktu yang lama untuk sampai ke sekolah, karena jarak dari rumah sakit ke sekolahnya lumayan jauh, ditambah lagi Rehan menggunakan mobil hari ini. Untunglah ia tiba lima menit sebelum bel masuk.
Rehan berjalan menyusuri koridor lantai satu yang tampak ramai. Ia menajamkan penglihatannya ketika melihat sosok gadis yang tidak asing baginya. Meskipun Rehan hanya melihat dari belakangnya saja, tapi ia sudah bisa mengenalinya, rambut panjang yang digerai, tas ransel berwarna pink, Rehan yakin itu Callista. Tapi ada yang aneh, gadis itu berjalan dengan lelaki lain, dan tampak sedang asik berbincang. Sesekali Callista melemparkan senyumnya pada lelaki itu.
Tatapan Rehan berubah menjadi tajam ketika mengenali siapa lelaki itu, rahangnya mengeras, kedua tangannya sudah terkepal kuat. Rehan mempercepat langkahnya dan langsung menarik lengan Callista, membuat Callista menoleh ke arahnya.
"Lo ngapain jalan sama Callista?" Tanya Rehan tajam pada Edo.
Edo menaikkan satu alisnya, muka tengilnya itu semakin membuat Rehan naik pitam."Apa ada masalah, kalau lo jalan sama gue, Callista?" Edo tidak menjawab pertanyaan Rehan, ia malah bertanya kepada Callista, dan dibalas gelengan oleh gadis itu.
"Liat, cewek lo aja gak masalah. Terus kenapa lo marah-marah?" Tanya Edo pada Rehan.
Mungkin ini yang namanya masalah sepele, tapi bagi Rehan ini adalah masalah besar kalau Edo berani deketin gadisnya. Rehan anggap wajar kalau mereka duduk semeja di kelas, tapi tidak untuk kali ini. Mereka jalan berdua dan tampak akrab.
Rehan berdecak sinis, bersamaan dengan bel masuk berbunyi. Ia pun tidak ingin berlama-lama meladeni Edo. Rehan langsung menarik lengan Callista, "Ayo, Ca!" Ajaknya. Namun langkah Rehan terhenti ketika Callista hanya diam tak melangkahkan kakinya.
"Ayo ke kelas, udah bel." Ajak Rehan sekali lagi. Tapi Callista berusaha melepaskan genggaman Rehan, dan wajahnya pun tampak gelisah.
Tiba-tiba saja, Edo menepis tangan Rehan dengan kasar, hingga genggaman Rehan pun lepas.
"Kalau dia gak mau, jangan dipaksa." Ujar Edo tajam sambil menggenggam lengan Callista. Tak ada penolakan dari gadis itu, Callista malah mendekatkan tubuhnya pada Edo.
Hati Rehan mencelos begitu saja, saat melihat gadisnya lebih memilih lelaki lain daripada dirinya. Rehan tidak habis fikir, Callista melakukan itu padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT BADBOY
Novela JuvenilSquel "NO REASON" Ini adalah kisah cinta Callista dan Rehan. Tidak ada persahabatan yang murni antara cewek dan cowok, seperti hubungan mereka ini. Rehan akui ia telah kalah dalam hubungan persahabatannya, sebuah rasa kasih sayang yang mendasari per...