Jangan sampai peduli ku menjadi bisu.
.
.
.
Callista sengaja berangkat lebih awal, ia memaksa mamahnya untuk segera mengantarkannya ke sekolah. Hal itu ia lakukan untuk menghindari Edo yang mungkin saja akan menjemputnya.
Callista pun turun dari mobilnya ketika sudah sampai di sekolah, setelah ia mencium punggung tangan mamahnya. Callista bernafas lega karena keadaan sekolah belum terlalu ramai, dia juga tidak melihat keberadaan Edo di sekitarnya.
Buru-buru ia melangkah menuju kelasnya, namun langkahnya terhenti ketika suara barito memanggilnya dan berlari ke arahnya.
Dia lagi, dia lagi. Batin Callista, ia pun tidak menghiraukan kedatangan Edo yang kini mengikuti langkahnya, ia masih kesal dengan prilaku dan perkataan lelaki itu. Meladeninya pun percuma, maka dari itu Callista lebih memilih untuk mengacuhkannya,
"Ca? Kamu masih marah soal yang semalam? Maaf, Ca. Aku gak bermaksud kaya gitu, jujur aku nyesel banget." Ujar Edo sambil meraih lengan Callista,
Callista pun menepisnya dengan kasar, "Udah lah! Aku anggap kejadian semalam itu gak pernah terjadi, dan aku juga anggap, kalau kita gak pernah deket. Jadi bersikaplah seolah-olah kita gak kenal!" Ujar Callista tajam. Ia pun kembali melanjutkan langkahnya,
Namun tiba-tiba, ada seorang yang membuat langkah Callista berhenti. Sosok lelaki yang sangat ia rindukan itu kini sedang berjalan ke arahnya, lelaki itu tampak sibuk menyimpul dasinya.
Callista menajamkan penglihatannya, dan ia tidak salah lihat. Itu benar-benar Rehan. Dirinya sangat bahagia melihat lelaki itu kembali ke sekolah, setelah satu minggu tidak ada kabar.
Kedua sahabat Rehan, Adit dan Nando pun datang dari arah belakangnya, mereka langsung merangkul bahu Rehan dan menanyakan kabarnya."Lo kemana aja, bro? Satu minggu bolos begitu aja." Tanya Nando.
Callista masih memperhatikannya dari tempat ia berdiri, kedua sudut bibirnya terangkat membentuk bulan sabit. Mungkin ini waktu yang tepat untuk mengutarakan rasa rindunya.
Belum sempat Rehan menjawab pertanyaan Nando, matanya tak sengaja menangkap sosok Callista, ia juga melihat sosok Edo yang berada di belakang gadis itu sambil tersenyum sinis ke arahnya. Rehan tertawa picik melihat senyum Edo,
Tanpa banyak bicara lagi, ia pun kembali melanjutkan langkahnya sambil menatap tajam Callista.
Binar di mata Callista langsung hilang begitu saja, saat Rehan berlalu sambil menatapnya tajam. Hatinya mencelos melihat prilaku Rehan, ini kali kedua Rehan memperlakukannya seperti itu, sampai dirinya tak kuasa mengeluarkan sepatah kata dari mulutnya.Sorot mata Rehan menunjukkan amarah, api cemburu sudah berkobar-kobar. Callista masih saja bersama Edo, hal itu membuat Rehan merasa sudah tidak punya hak lagi untuk cemburu.
Kalau bukan karna dipaksa bundanya untuk masuk sekolah, rehan tidak akan pernah menginjakkan kakinya di tempat ini. Ia sudah muak melihat pemandangan di depannya.
Nando dan Adit sama-sama menatap aneh perubahan sikap sahabatnya itu,
"Woy, gila! Lo gak sapa Callista? Ko malah lo cuekin gitu aja?" Tanya Nando sambil memukul bahu Rehan, membuat Rehan meringis kesakitan."Udah lah, dia juga ada yang baru." Jawab Rehan santai namun menimbulkan luka di hatinya.
"Jadi Callista sama Edo, udah...." Nando menggantungkan kalimatnya sambil membulatkan matanya tak percaya.
"Wah gila, Han! Pantesan aja kemaren dia ngasih bunga ke Callista."
Perkataan Nando berhasil membuat Rehan menoleh sambil membulatkan matanya tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT BADBOY
Teen FictionSquel "NO REASON" Ini adalah kisah cinta Callista dan Rehan. Tidak ada persahabatan yang murni antara cewek dan cowok, seperti hubungan mereka ini. Rehan akui ia telah kalah dalam hubungan persahabatannya, sebuah rasa kasih sayang yang mendasari per...