MPB_Part 17 💀

35 0 0
                                    

02.00 AM

Fay dan Rehan baru saja pulang dari bar. Mereka tidak mabok sama sekali karena mendapat tantangan hanya minum satu gelas. Rehan sudah bertemu teman-temannya Fay, tapi ia tidak bertemu Adit, katanya Adit harus pergi ke rumah saudaranya.
Rehan merasa senang, ternyata bukan hanya dia saja yang punya masalah. Selama ini ia merasa hidupnya yang paling berat, padahal ada yang jauh lebih berat. Rehan terlalu melihat ke atas, sampai lupa kalau di bawah bayak yang menderita.

Ternyata dunia malam tidak semengerikan yang Rehan bayangkan, masih banyak orang di dalam bar itu yang ingin menjadi lebih baik.

Mereka pun telah tiba di apartemen Fay. Rehan membaringkan tubuhnya di atas sofa panjang yang berada di dekat jendela. Di luar sana sedang diguyur hujan, dan sialnya, penghangat ruangan di kamar Fay rusak, hingga udara dingin itu sangat menusuk sampai ke tulang Rehan.

"Gue tidur duluan ya? Ngantung berat coy." Ujar Rehan.

"Eh? Lo tidur di situ?" Tanya Fay.

"Iya lah, masa gue tidur seranjang sama lo."

"Iya juga si," Fay pun memberikan bercovernya untuk Rehan, "Pake nih, di situ dingin."

"Terus lo pake apa?" Tanya Rehan sambil mendudukkan tubuhnya.

"Di kasur gue gak terlalu dingin ko," Fay meletakkan begitu saja bedcovernya di samping Rehan.

"Udah ya, gue tidur duluan."
Rehan masih duduk sambil memegangi bedcover itu, dirinya memang merasa kedinginan, tapi setidaknya ia memakai sweeter, sedangkan Fay hanya memakai short dress.

Rehan masih terus mengamati Fay dari tempat duduknya, dilihatnya gadis itu sedang menggeliat gelisah. Rehan pun menghampiri Fay, lalu menyelimuti sekujur tubuh gadis itu.
Kedua mata Fay terbuka, "Lo belum tidur?" Tanyanya.

"Lo kedinginan kan? Sok-sokan kasih bedcovernya ke gue." Cibir Rehan.
Fay pun mendudukkan tubuhnya,

"Gue memang kaya gini, Han, setiap malem. Gue gak bisa tidur sendirian." Ujarnya lesu, matanya sudah ngantuk, tapi Fay tidak bisa terlelap kalau tidur sendiri. Ia butuh waktu yang lama untuk tertidur pulas.

"Kan ada gue," ujar Rehan.

"Tapi kan lo tidurnya di sofa,"

"Terus lo mau gue tidur sama lo gitu? Satu ranjang?" Tanya Rehan sarkastik.

"Iya!"

Rehan membelalakkan kedua matanya tidak percaya dengan jawaban Fay, "Gila lo! Lo kan dari kemarin sendirian di sini, terus apa setiap malem lo minta orang lain tidur sama lo juga?"

"Ya enggak lah! Lo lebih gila! Gue tuh dari kecil selalu tidur sama nyokap, tapi karena gue tinggal sendiri, jadi gue susah tidur begini, butuh waktu lama untuk masuk ke alam mimpi." Jelas Fay.

"Ayolah, Han. Gue gak akan ngapa-ngapain lo kok, gue udah capek banget. Lo boleh pindah ko kalau gue udah tidur." Ujar Fay dengan nada memohon,

Membuat Rehan iba melihatnya, kantung mata gadis itu sudah terlihat jelas, wajahnya pun terlihat lelah. Mau tidak mau, akhirnya Rehan membaringkan tubuhnya di samping Fay, membuat gadis itu tersenyum senang.

"Yey! Makasih Rehan."

"Inget lo ya, cuma sampe lo tidur! Gue gak akan tidur kalau lo belum tidur." Ujar Rehan, lalu memunggungi Fay.
Rehan pun memejamkan kedua matanya, tapi ia belum tidur. Keduanya sama-sama terdiam, hanya suara dentingan jam dinding yang terdengar. 'Mungkin Fay sudah tidur,' batin Rehan.

Namun dugaan Rehan salah, gadis itu menepuk-nepuk punggungnya. Membuat Rehan geram sambil membalikkan badanya, dilihatnya Fay sedang menunjukkan puppy eyesnya.

MY PERFECT BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang