Semalaman ia terjaga, tangannya masih setia memegang ponselnya yang menampilkan foto sang kekasih. Keadaan matanya sudah tidak karuan, berkantung dan sembab akibat menangis sepanjang malam.
Kini Callista benar-benar baru menyadari bawa yang telah ia lakukan itu salah. Ia sangat menyesal, sampai tak sanggup untuk mengirimkan pesan singkat pada kekasihnya.Dirinya masih setia duduk di balkon kamarnya dan menghadap ke arah kamar lelaki itu. Sudah satu minggu ini kamar itu tidak berpenghuni dan terlihat gelap.
"Sebenarnya Rehan pergi kemana selama ini? Kenapa semalam ia ada di bar?" Batin Callista bertanya-tanya.
"Apa mungkin Rehan pergi karna aku?" Gumamnya, sedetik kemudian ia kembali menangis.
"Maafin aku, Rehan!" Jeritnya disela-sela isakkan tangisnya. "Aku mohon, pulang!! Kamu dimana? Aku mau minta maaf," isakkannya semakin kecang.
Ketika mulut tak mampu lagi berbicara, hanya air mata yang dapat mewakilkan itu semua. Semua rasa penyesalan, dan juga rasa bersalah itu terlalu sempurna sampai Callista tak kuasa mengungkapkannya. Ia terlalu takut Rehan tidak menerima maafnya, ia juga terlalu takut dengan Rehan yang sudah sangat kecewa padanya.
Meskipun Callista juga sadar, bahwa dengan menangis takkan menyelesaikan masalahnya.
Berbeda keadaanya dengan Callista, dua insan anak manusia itu terlihat sangat bahagia sekali di hari minggu ini. Pagi-pagi sekali Rehan sudah bangun dan tak lupa ia membangunkan Fay. Rehan mengajaknya jogging ke sekitaran apartement gadis itu,
Keduanya sama-sama mengenakan celana training berwarna hitam, dan kaus putih polos, tak lupa sebuah handuk kecil yang dilingkarkan di leher mereka. Keduanya tampak serasi dengan pakaian yang mereka kenakan, banyak pasang mata yang menatap mereka iri, padahal mereka bukanlah sepasang kekasih.
Fay sangat senang pagi ini, berlari-lari kecil bersisian dengan lelaki yang mampu membuat hari-harinya penuh warna belakangan ini. Sedari tadi senyum Fay tidak luntur saat melirik ke arah Rehan.
Baginya, Rehan tidak begitu tampan. Tapi entah bagaimana caranya, lelaki itu selalu membuatnya tersenyum, dan mampu membuat detak jantungnya tak karuan. Mungkin ini terlalu singkat untuk dikatakan jatuh cinta.
"Balapan yok!" Ajak Rehan, "Yang kalah buatin sarapan."
Belum sempat Fay menjawabnya, Rehan langsung berlari dengan kencangnya meninggalkan Fay,
"Ih, curang!!" Kesal Fay. Rehan sudah berada 50 meter di depannya, lelaki itu sedang tertawa puas melihat wajah Fay yang ditekuk. Dengan langkah malas, Fay pun menghampiri Rehan.
"Gue menang, lo kalah, wlee." Ejek Rehan sambil menjulurkan lidahnya.
"Ih! Nyebelin banget si!!" Kesal Fay sambil mencubit perut Rehan, membuat Rehan sebisa mungkin menjahuinnya.
"Pokonya lo bikinin gue sarapan, gue udah laper banget nih!" Ujar Rehan sambil memegang perutnya.
"Gak mau! Lo curang!" Tolak Fay mentah-metah.
"Gue laper banget, Fay, sampai mau mati rasanya." Ujar Rehan dengan nada dramatis. Lalu ia pun menjatuhkan tubuhnya begitu saja tergeletak di atas aspal.
Hal itu mengundang perhatian banyak orang, Fay pun berjongkok di hadapan Rehan sambil menepuk-nepukkan pipinya. "Eh, Rehan bangun! Lo apa-apan sih? Malu tau dilihatin orang!"
Rehan mengabaikan kalimat Fay,
"Oke, fine! Gue bikinin lo sarapan." Ujar Fay pasrah, membuat Rehan terkesiap dan langsung berdiri tegak. Ia langsung menarik tangan Fay menuju supermarket yang berada di sebrang jalan tempatnya berdiri,
Sepanjang jalan, Fay terus menatapi tangannya yang digenggam Rehan. Senyumnya pun semakin merekah.
Rehan mengambil sebuah troli, yang langsung diambil alih oleh Fay,
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT BADBOY
Teen FictionSquel "NO REASON" Ini adalah kisah cinta Callista dan Rehan. Tidak ada persahabatan yang murni antara cewek dan cowok, seperti hubungan mereka ini. Rehan akui ia telah kalah dalam hubungan persahabatannya, sebuah rasa kasih sayang yang mendasari per...