MPB_Part 12 💀

29 0 0
                                    

Babak terakhir yang juga menjadi kesempatan terakhir bagi Rehan, ia akan mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mencetak skor di babak terakhir ini, sehigga dengan begitu permainan tidak akan berhenti di sini. Kalau Rehan mencetak skor, maka skor keduanya akan seri 1-1, dan dengan begitu masih ada kesempatan bagi Rehan untuk memenangkan babak terakhir.

Ia sangat bertekat untuk mengalahkan si brengsek itu, dirinya juga sangat ingin membawa Callista pergi dan bicara berdua. Rehan tidak tahu apa yang Edo lakukan, sampai membuat gadisnya berubah dalam sekejap.

Rehan pun mulai mengejar bola yang kini berada di tangan Edo, lalu ia merebutnya dan mendribble bola itu menuju ring lawan. Rehan mengambil ancang-ancang untuk menshoot bola ke dalam ring,

1...2...3

Shoot!

Bugh!

Edo menabrak bahu Rehan dengan sengaja, hingga Rehan terjatuh dan bola yang dilempar pun gagal masuk ke dalam ring. Bersamaan dengan itu, Nando membunyikan peluit panjang, pertanda permainan ini telah usai.
Dalam hatinya, Edo bersorak gembira penuh kemenangan. Begitupun dengan gadis yang berada di tepi lapangan.

Nando berjalan menghampiri Edo, "Ini gak adil, gue liat dengan jelas, lo sengaja nabrak Rehan."

"Gue? Itu ketidaksengajaan sob, mangkanya liat baik-baik." Edo menyangkal.

Rehan pun bangkit dan menghampiri Edo, rasa sakit di bahunya hilang begitu saja, tergantikan oleh amarah yang siap meluap.

"Gak sengaja? Lo ngebentur bahu gue dengan keras, dan ini yang lo bilang gak sengaja. Bersikap jantan, sob!" Bentak Rehan.

"Mangkanya kalau pilih wasit tuh jangan temen sendiri, pasti lo dibelain." Ujar Edo sambil tertawa licik.

"Gue lihat yang sebenarnya, dan lo masih ngelak?" Bentak Nando.

"Bilang aja kalau lo gak bisa nerima kekalahan lo," Ujar Edo meremehkan Rehan.

"Gimana pun juga, skor membuktikan kalau gue yang menang. Dan malam ini gue berhak untuk dinner sama cewek lo," lanjutnya.

Rehan naik pitam mendengarnya, amarahnya tak dapat dibendung lagi. Rehan menarik kerah baju Edo dan siap melayangkan tinjunya,

"Rehan, stop!" Teriakan Callista membuat tinju Rehan terhenti di udara. Gadis itu berlari menghampiri mereka.

Rehan pun mendorong tubuh Edo dengan kasar, lalu tangannya beralih menggenggam lengan Callista. "Ayo kita pulang." Ajaknya.

Namun Edo menepis lengan Rehan dan meraih lengan Callista. "Lo gak bisa ajak dia pulang gitu aja, lo harus ingat kalau gue menang. Dan gue bakalan dinner sama dia malam ini."

"Ini gak adil, lo gak bisa terima ajakan dia, Ca." Ujar Rehan pada Callista.

"Kenapa? Kenapa aku gak bisa terima ajakan Edo? Ini kan udah kesepakatan kamu, dan kenapa kamu kalah? Kamu kan kapten!" Ujar Callista penuh penekanan.

Rehan menggelengkan kepalanya, ia sangat tidak percaya dengan apa yang dikatakan gadisnya barusan.

"Lo bisa lihat sendiri kan, Ca? Tadi Edo sengaja nabrak bahu gue. Dan taruhan ini gak berarti apapun, Karena dia curang!" Tegas Rehan.

"Gue gak melakukan kecurangan, mungkin karna lo yang gak terima kekalahan, jadinya lo bersekongkol sama temen lo itu."

Amarah Nando memuncak, ia menarik lengan Edo, dan Edo pun menoleh. Dan,

Bugh!

Satu pukulan berhasil mendarat di rahang Edo, Nando memukulnya dengan keras hingga memar. "Gue sama Rehan main bersih, lo yang jelas-jelas curang, masih aja ngejelekin orang lain." Bentak Nando.

MY PERFECT BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang