Chapter 36A

3.9K 307 29
                                    

"Rain, bangun," Ara menggoyangkan badan Rain yang masih tertidur pulas.

Rain yang merasa tidurnya terganggu, segera menepis Ara menggunakan tangannya lalu berbalik tidur menghadap ke arah lain sambil mengigau tidak jelas.

Ara menatap meminta bantuan kepada Sarah. Gadis itu merotasikan bola matanya jengah lantas menghampiri Rain juga Ara. Ia menghela napasnya, mempersiapkan jurus andalannya dan—

Bruk!

Disusul suara rintihan dari bibir Rain yang terjatuh dari tempat tidur lantaran ditarik kencang oleh Sarah. Ya, kalo urusan kayak begini sih emang evil maknae jagonya.

Rain melotot ke arah Ara dan Sarah sembari mengelus bagian-bagian tubuhnya yang sakit. "Kenapa sih ngebangunin gue selalu dengan cara ngejatohin dari tem—" mulut Rain lekas dibungkam oleh Sarah dan Ara, mengantisipasi suara cempreng Rain yang bisa membangunkan orang sekampung.

"Ikutin gue," titah Sarah lebih kepada Rain. Perlahan Sarah dan Ara bangkit dari posisi mereka, diikuti Rain yang mulutnya masih senantiasa dibungkam.

Dengan suara sekecil mungkin, ketiganya keluar dari kamar itu dan beralih ke kamar sebelah yang ditempati oleh Vero, Sarah, dan Elma.

Barulah disana Rain dibiarkan menghirup oksigen sepuasnya. "Ngapain sih pada ngumpul pagi-pagi buta gini? Pake acara gue dijatohin plus mulut gue ditutup segala," Rain menyelesaikan aksi protesnya yang tertunda.

"Ya buat ngomongin masalah Dinda bege," sahut Anna malas. Rain pun baru menyadari ketiadaan Dinda ditengah-tengah mereka.

"Oalah, bilang kek," Rain duduk bersila di lantai kamar disusul Ara juga Sarah.

"Apa ada yang punya saran? Atau tau apa yang harus kita lakuin setelah ini?" Vero membuka suara terlebih dahulu. Tersirat nada lelah pada ucapannya tersebut.

Ara menggedikan bahu. "Ya mau gimana lagi? Kita juga mesti akhiri semua ini."

"Dengan cara yang nggak baik kayak gini?" sahut Elma sarkas.

"Ya terus, yang menurut lo cara 'terbaik' itu kayak gimana, el?" tukas Sarah tersulut emosi. Ara yang berada di samping Sarah segera menenangkannya, sementara Elma mendengus kasar dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Semuanya terdiam. Sibuk dengan pikiran mereka sendiri yang mencari jalan keluar terbaik dari masalah ini.

"Gimana kalo kita nyoba ngejelasin perihal masalah ini lagi ke ayah Dinda sama bibi Sarah?" sontak semua mata tertuju ke arah Rain yang tampak seperti sedang melamunkan sesuatu.

Sarah mendesah lelah. "Susah. Kemaren gue sama Vero udah nyoba, cuman nggak berhasil."

"Hmm, emang susah sih. Terlebih lagi bibi udah terlanjur kecewa sama kita karena udah bohong sama dia. Pasti susah buat dia percaya lagi. Tapi—" Rain menggantung perkataannya seraya memandang yang lain. "—kita belum nyoba sepenuhnya. Hasilnya pun masih ekspetasi kita."

Sorot mata Rain seolah menyalurkan keyakinan yang kuat pada dirinya ke teman-temannya. "Makanya itu kita mesti berusaha dulu. Gue percaya keajaiban itu gak mustahil. Ya, kalo emang hasilnya nggak sesuai dengan keinginan kita, toh yang menting kita udah berusaha. Nggak diem doang kayak batu."

Vero mengangguk menyetujui. "Rain benar. Kita harus mencoba terlebih dahulu, nggak pesimis kayak gini. Lagian kita udah janji sama Dinda buat ngehadapin semuanya bareng-bareng, right?"

Lucky Fangirl (BTS) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang