Chapter 36B

4.4K 319 58
                                    

Ayah Dinda memejamkan mata lama, mencerna semua ucapan Vero dkk sekaligus bibi Sarah. Merasa telah mengambil keputusan yang paling tepat, dia membuka matanya.

"Baiklah saya akan mendengarkan penjelasan kalian," desah Ayah Dinda menyerah. Vero dkk menghela napas lega sembari melepas tangan mereka dari tangan Ayah Dinda, begitu juga dengan Ayah Dinda.

Vero dkk duduk di kursi terdekat disusul Ayah Dinda dan Bibi Sarah yang siap mendengarkan penjelasan ketujuh gadis itu. Vero dkk berbicara dengan hati-hati, agar tidak terjadi kesalahpahaman. Walau begitu, Vero dkk tetap menjelaskannya secara runtut sama seperti sebelumnya, tanpa ada kebohongan atau hal yang ditutup-tutupi.

Kira-kira sepuluh menit berlalu, barulah Vero dkk dapat selesai menceritakan kejadian yang mereka alami kepada Ayah Dinda maupun Bibi Sarah.

Keheningan tak nyaman kembali menyelimuti meja makan itu. Terlebih raut muka Ayah Dinda yang tak bisa ditebak, membuat Vero dkk menerka-nerka apa yang dipikirkan oleh beliau.

"Jujur saja, saya benar-benar kecewa sama kalian karena berbuat sebegitu memalukannya. Tanpa memikirkan dampak dari apa yang kalian lakukan. Bahkan kalian membohongi orang tua kalian," lugas Ayah Dinda dalam sampai sampai Vero dkk meneguk ludah kasar. Dia memandang ketujuh gadis itu bergantian hingga berhenti di Dinda. "Tetapi saya pun salut. Karena kalian pun berani bertanggung jawab atas apa yang kalian lakukan walau saya tahu itu sulit."

Semua yang ada di meja itu terdiam, sampai tak lama Vero bertanya pelan, "jadi, om, memaafkan kami?"

Sepasang mata Ayah Dinda menatap Vero lamat, kemudian mengangguk. "Ya, saya menerima penjelasan kalian, dan juga memaafkan kalian."

Otomatis Vero dkk berpelukan satu sama lain sembari berucap syukur di hati masing-masing. Bahkan Dinda bangun dari duduknya dan berjalan mengitari meja, menuju memeluk Ayahnya dengan air mata yang bercucuran.

"Dinda mint-ta maaf.. M-maka-sih y-yah," isak Dinda. Ayah Dinda membalas pelukan Dinda seraya mengelus surai hitam anaknya tersebut dengan penuh kasih sayang. "Iya.. Ayah juga minta maaf."

Suasana mengharukan itu tak berlangsung lama, kala Vero berdeham. "Om, bi," panggil Vero mengambil atensi semua orang di sana.

"Bolehkah kami ke bandara setelah ini?" Sebelum Bibi Sarah dan Ayah Dinda bertanya, Vero buru-buru melanjutkan. "Kami ingin bertemu sekaligus menyelesaikan tanggung jawab kami kepada mereka—member BTS"

Dinda mendongak ke atas, tepat ke manik ayahnya. "Boleh, ya, yah?" katanya memelas.

Ayah Dinda menimbang-nimbang. "Kalian tidak berbohong 'kan?" serempak Vero dkk menggeleng. "Tidak, om. Kami serius. Kami ingin menuntaskan permasalahan ini—setidaknya secara resmi—agar tidak ada persoalan lagi kedepannya," ujar Vero.

Ayah Dinda pun mengganguk tanpa ragu, percaya pada putrinya juga teman-temannya. Gantian Vero dkk memandang Bibi Sarah.

"Tentu saja bibi membolehkan," senyum Bibi Sarah disambut sorak sorai Vero dkk.

Sarah segera berlari ke lantai atas. Ia kembali turun dengan tangan yang telah mengenggam kunci mobil. Sebelum pergi ke luar, Sarah juga yang lain mengecup tangan Bibi Sarah dan Ayah Dinda. "Kami pamit, ya, om, bi."

"Hati-hati, ya. Jangan ngebut!" peringat bibi Sarah yang entah didengar apa tidak oleh Vero dkk.

Bunyi deru mobil memenuhi pendengaran ketujuh gadis itu ketika Sarah menyalakan mesin mobilnya. Setelah memasang safe belt, Sarah menginjak pedal gas mobil yang tentu saja membuat mobil itu melaju pergi dari rumah Bibi Sarah.

Jalan menuju Bandara Soekarno-Hatta bisa dibilang cukup lenggang sehingga mobil yang mereka naiki sampai di tempat tujuan kurang lima belas menit dari perkiraan waktu awal. Setelah memarkir mobil, Vero dkk bergegas turun dari mobil dan berlari sekencang-kencangnya. Langkah kaki mereka mengarah ke jalur VIP Bandara Soetta, yang kini dikerumuni oleh Army. Vero dkk mengabaikan kerumunan tersebut dan tetap berlari masuk ke dalam Bandara.

Lucky Fangirl (BTS) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang