Chapter 15

6.3K 447 52
                                    

Sang mentari perlahan merangkak keluar dari persembunyiannya, menandakan hari akan segera dimulai. Dari salah satu rumah, sudah terdengar aktivitas dari penghuninya.

Rain yang masih berada dalam mimpinya, terbangun karena cahaya hangat matahari menerpa wajahnya lewat celah horden. Dengan kepala berat, ia berusaha membuka matanya.

Matanya mengendar ke segala penjuru kamar itu dan berhenti di jam dinding di kamar tersebut. Rain menyipitkan matanya dan dalam hitungan detik ia langsung membulatkan matanya.

"ANJIRR!! Kenapa gue kagak di bangunin!!" pekik Rain dengan suara nyaringnya, hingga dapat terdengar sampai bawah. Rain melompat dari tempat tidurnya, mengambil segala yang ia perlukan dan langsung meluncur ke kamar mandi. Tentunya berakhir dengan debuman keras pintu tertutup.

Tak sampai 15 menit, Rain sudah turun ke bawah dengan penampilan yang sudah sangat rapih. Rain duduk di sebelah Ara dan mengambil sisa roti yang ada di piring Ara, membuat Ara merutuk sendiri.

"Cepet amat sih lo siapnya, baru aja kita mau tinggalin," ujar Elma sembari memakan sisa roti di tangannya.

"Ish, jahat banget sih lo. Masa gue ditinggalin." mukanya berubah muram.

"Lo masih sakit Rain, itu muka lo aja masih pucat," kata Dinda dengan raut khawatirnya.

"Gue udah sehat din, nih, buktinya gue baik baik aja," bohong besar kalau Rain baik baik saja. Dari tadi kepalanya sudah berdenyut-denyut tanpa mau berhenti.

Vero menggeleng, "nggak! Lo tetep harus di rumah. Gue gak mau lo kenapa-napa."

Rain bukannya marah tapi malah menggoda Vero, karena cara tersebut adalah cara paling ampuh. "Segitu khawatirnya lo sama gue. Kalo lo khawatir berarti sayang sama gue. Ciee, yang sayang sama gue. Gue peluk sini."

"Terserah lo aja deh! Asal lo nggak ngerepotin kita kita," Vero sudah malas menegur Rain. Rain yang semula merentangkan tangannya untuk memeluk, menurunkan tangannya dan tersenyum jahil. "Gitu dong."

"Kalo si Rain ngerepotin mah, tinggal ceburin ae ke empang. Gampang," celetuk Anna santai. Rain menatap datar Anna, "bodo njirr."

Ting!

Suara tersebut berasal dari handphone Vero, tanda adanya notifikasi masuk. Segera Vero mengambil handphonenya yang tergeletak di meja.

"Kata Namjoon kita harus sampai di ICE jam setengah delapan," katanya tanpa mengalihkan pandangannya dari handphone.

"Yaudah, kita berangkat sekarang," ajak Sarah kepada teman-temannya.

Rain menjejalkan roti yang baru saja ia buat ke mulutnya, dan menyusul teman-temannya. "Eh, tungguin."

"Lho? Kalian pagi pagi gini mau kemana?" tanya bibi Sarah yang memang sedang menyiram halaman depan rumahnya. Sarah menghampiri bermaksud berpamitan dengan bibinya. "Iya bi. Kita mau jalan jalan lagi, sekalian mau ke rumah teman."

"Oh gitu, yaudah hati hati ya. Jangan lupa kasih kabar," senyum bibi Sarah tanpa ada kecurigaan sedikit pun.

Mereka bertujuh mengangguk, lalu berpamitan kepada bibi Sarah. Mereka semua masuk ke dalam mobil Sarah, dengan Sarah yang mengemudikannya.

Tak lama mobil tersebut berjalan meninggalkan halaman rumah tersebut dan ikut bergabung di jalan penuh dengan mobil.

Walau terjebak macet, mobil tersebut tidak pernah sepi ataupun hening. Selalu saja ada canda dan guyonan yang dilontarkan dari mereka, diiringi musik k-pop yang tersetel di mobil. Bedanya hanya Rain yang terlihat lebih diam dari biasanya. Matanya memandang ke luar jendela mobil.

Lucky Fangirl (BTS) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang