03. STOPPING THE FIGHT

408 46 64
                                    

Cukup kura-kura aja yang ada dalam perahu.
Gue emang suka lo sejak dulu.
- Haris Barry yang memutuskan berjuang -

Azalea mengeluarkan semua buku yang tertata rapi di meja belajarnya. Satu per satu, buku-buku itu dia periksa. Dia membaca kilat judul buku yang tertera di sampul, lalu melemparnya ke atas ranjang. Namun sampai meja belajarnya kosong, dia masih berusaha mencari ke kolong. Mungkin terjatuh, pikirnya.

Dia mendesah kala tak menemukan buku yang dicarinya. Ranselnya menjadi sasaran pertama ketika dia mulai mencari. Namun nihil. Di mana pun dia mengobrak-abrik tempat biasa dia menyimpan, tak ada satu pun catatan Bahasa Jepang di sana. Kepala Azalea mulai pusing karena sedari tadi wira-wiri menyisir setiap sudut kamar. Ditambah lagi bunyi ponsel yang tak kunjung berhenti.

Dengan alasan menjaga kewarasan dan berpikir jernih, Azalea duduk di tepi ranjang. Dia menyambar ponselnya untuk melihat tumpukan pesan yang lebih layak disebut spam dari teman-temannya di sebuah grup chat.

"Apa sih yang mereka bicarain dari tadi? Berisik amat!" Azalea membuka sebuah grup dan mulai membaca dari pesan teratas.

Haris Barry menambahkan Kamal Januardi ke "Tiga Sekawan"

Felia : Waah, gue left grup.
Haris : Jangan gitu dong, Fel. Kasih si Kamal kesempatan.
Felia : Ris, lo kok jadi kampret begini?
Haris : Gue mau memperbanyak pahala biar urusan gue dilancarkan sama Tuhan, Fel.
Felia : Urusan apaan?
Felia : Eh, ini si Lea ke mana? Tumben nggak nongol.
Kamal : Hallooow, Felia cayaang! :*
Kamal : Thanks, Bro! Gue doain kisah cinta lo mulus, semulus pantat bayi di iklan bedak.

"Cih! Kamal mulai beraksi rupanya," gumam Azalea sembari terus menggulir layar ke bawah. Dia menaikkan kacamata baca yang sempat melorot di pangkal hidungnya. Kedua kakinya dia angkat ke atas ranjang dan mengambil posisi bersila.

Felia : Jijik lo!
Felia : Sana left! Jangan ganggu rumah tangga kami, Kumal!

Kamal sedang mengetik....

Haris : Azalea lagi ngapalin mantra buat kuis besok.
Haris : Dia kan kagak kayak lo, Fel.

"Mantra apaan! Buku aja mendadak ilang," gerutunya sebal. Azalea mencebikkan bibir tanpa berniat ikut nimbrung dalam grup chat. Dia sedang tidak dalam mood yang baik saat ini. Bagaimanapun, Haris sudah hafal betul kebiasaannya tidak ingin diganggu saat ujian. Akan tetapi, kali ini berbeda. Dia bahkan sama sekali belum menyentuh materi yang akan diujikan besok. Hal itu jelas menjengkelkan.

Felia : Iyain aja deh. Gue sadar diri nggak cerdas kayak lo apalagi suka hapalan kayak Lea.
Haris : Mal, lo lagi ngetik apaan, sih? Kalimat ijab qobul?
Haris : Hibur Felia lo yang lagi rendah diri, nih.
Felia : Diem lo, Ris! Gue tembak juga lo lama-lama.
Kamal : Makasih, Babi Felia... :*
Felia : Lo ngatain gue Babi? Wah, ngajak tawuran lo!
Kamal : Eh, sorry typo. Baby Felia maksud gue. Maklum, jempol gue gede.
Kamal : Jangan ngambek, ah! Lagian, Fel, Haris itu udah kepincut sama satu cewek.
Felia : Serius lo?

Sebuah senyum terbit di sela bibir Azalea. Interaksi ketiga temannya itu menggelikan, tetapi juga mengkhawatirkan. Sedikit banyak, Azalea tahu siapa yang sedang berjuang mendekati siapa di sana. Namun dia tak berani ikut campur. Apalagi dengan pernyataan terakhir Kamal. Dia ingin tahu, tetapi tidak begitu menggebu. Toh Haris pasti akan menceritakan kepadanya nanti.

SECOND LEAD SYNDROMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang