16. LET ME KNOW YOU!

175 18 26
                                    

Lo menarik, unik, dan beda dari cewek kebanyakan.
Boleh gue kenal lo lebih jauh?
-Alvano yang sedang gigih PDKT-


Thank's, ya, sudah nonton gue tadi.
Gue liat lo di tribun kanan.
Pulang bareng?

Azalea mengulum kedua bibirnya usai membaca chat dari Alvano. Hampir saja dia berjingkrak kegirangan jika dia tidak ingat sedang ada di dalam kelas. Semua pelajaran memang ditiadakan sampai jam pulang sekolah demi memberi dukungan pada tim kebanggaan sekolah yang sedang berjuang.

"Le, halo! Le!" Haris menggerakkan telapak kanannya di depan wajah Azalea, membuat cewek itu terkesiap.

"Eh?" reponnya pendek.

Haris mendesah pelan. Dia membenarkan letak ransel di punggungnya yang sempat melorot. "Lo seharian ini kebanyakan bengong. Mau pulang sekarang nggak?"

Azalea mengerjap bingung. Dia lupa kalau sudah memberi kabar papanya kalau dia akan pulang bersama Haris. Sekarang, alasan apa yang harus Azalea berikan demi pulang bersama dengan Alvano?

"Lo ..." Azalea melongokkan kepala mencari keberadaan Felia. Dia menemukan keberadaan sahabatnya itu di depan kelas. Felia sedang menghalau Kamal yang selalu menghalangi langkahnya.

"Lo nyari siapa, sih?"

"Ehm, gue bareng Felia deh. Gue udah janji sama dia buat Q-time di rumahnya," jawab Azalea beralasan.

Haris mengangguk-angguk. "Oh, gampang itu. Felia nggak bawa mobil, jadi biar gue antar kalian saja. Yuk!" ajaknya seraya mengulurkan sebelah tangan hendak menarik tangan Azalea.

Azalea mulai kelabakan. Dia harus punya alasan lain agar bisa meyakinkan Haris untuk tidak memaksanya pulang bersama. "Gu-gue masih mau mampir ke kantor Papa. Papa minta gue makan siang bareng soalnya. Pak Satrio udah di jalan mau jemput gue."

"Tapi kok Papa lo nggak bilang apa-apa, ya, tadi pagi? Beliau malah nyuruh gue jagain lo."

"Ehm, Papa baru bilang soalnya." Azalea berdiri dan mengambil ranselnya. "Lo anterin Felia pulang, ya? Gue mau nunggu Pak Satrio dulu di depan," kata Azalea seraya hendak menyingkir dari hadapan Haris yang menatapnya bingung.

Namun belum sampai dua langkah, bahunya tertahan. Tangan Haris bertengger di sana dan perlahan turun menggenggam tangannya. "Gue temenin lo nunggu sampai Pak Satrio datang, baru gue pulang bareng Felia," putusnya.

What the? Umpat Azalea dalam hati.

Azalea menepis genggaman tangan Haris. Dia tersenyum semanis mungkin-gaya andalannya saat merayu Haris-sebelum berujar, "Gue masih harus ke perpustakaan. Ada buku yang mau gue balikin. Lo mending langsung pulang deh. Kasihan Felia. Temen lo gangguin dia mulu. Itu lihat!" Azalea mengendikkan dagunya mengarah ke luar kelas tempat Kamal menghadang Felia.

Bahu Haris turun beberapa senti. Dia menarik bibirnya menjadi satu garis lurus. Pandangan matanya datar dan tak terbaca. Azalea tahu kalau Haris sedang menaruh curiga. Namun apa yang Haris lakukan selanjutnya, benar-benar di luar perkiraan Azalea. Cowok itu mengacak pucuk kepala Azalea sembari tersenyum.

"Hati-hati pulangnya. Kabari kalo sudah bareng Papa lo, ya? Jangan keluyuran ke mana-mana," nasihatnya sebelum beranjak menghampiri Felia di luar sana.

Azalea mendesah lega. Buru-buru dia membalas chat Alvano. Dia takut cowok itu pulang dulu karena Azalea tak membalas. Akan tetapi, satu balasan dari Alvano setelahnya membuat dia benar-benar berjingkrak tanpa bisa dia tahan.

Gue masih nunggu di parkiran.
Mana mungkin gue ninggalin lo, Azalea?

oOo

SECOND LEAD SYNDROMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang