“Kau menghamili Huang Renjun kan? Jung Minhyung!”Mark terdiam
Sementara Jeno telah mengambil kesimpulan atas keterdiaman kakaknya itu sebagai sebuah persetujuan dari pertanyaan yang ia lontarkan. Berdecak pelan, Jeno nyaris melayangkan satu pukulan lagi pada wajah tampan dihadapannya, namun tangan Haechan lebih cepat menahan lengannya.
Menatap kearah sang kakak ipar, Jeno menghela napas kasar dan mengurungkan niat ketika bola mata jernih itu menatapnya memohon disertai gelengan pelan.
“keluarlah Jung Jeno, biarkan aku dan Mark hyung bicara. Bisakah?”
Jeno menghela napas lagi, amarahnya masih di ubun ubun, namun dia paham untuk tidak ikut campur pada masalah rumah tangga kakaknya ini. ya, dia harus tau diri sebab dia bukan siapa siapa disini.
Sepeninggal Jeno, Haechan mensejajarkan tubuhnya pada tubuh Mark yang masih duduk dilantai dengan hidung berdarah. Haechan tersenyum kecil, menangkup wajah suaminya dan mengelus pelan darah yang mengotori sosok tampan itu.
“Biar aku obati ya hyung”
Ucapnya dengan nada lembut, seolah melupakan fakta apa yang baru saja didengarnya beberapa saat lalu.Jung Minhyung hanya diam dan sesekali meringis ketika Haechan menekan terlalu kuat bagian hidungnya.
Sialan!
Pukulan adiknya ternyata lumayan juga. Lain kali ia harus membalas perbuatan Jeno. Ya, lain kali.
Namun lebih dari rasa sakit pada hidungnya, Mark ingin Haechan sedikit saja bertanya tentang apa yang baru ia dengar. Fakta bahwa si brengsek Jung Minhyung ini sudah menghamili Huang Renjun. Mark menunggu, namun isterinya itu tetap diam dan sedikitpun tidak menyinggung apapun tentang itu.
“Haechannie”
Pada akhirnya, Jung Minhyung tak tahan akan keterdiaman ini. Pikirnya, mungkin Haechan memang ingin ia sendirilah yang menjelaskan semuanya tanpa lelaki manis itu yang bertanya.
Menghela napas sejenak, Mark menatap isterinya yang rupa rupanya juga tengah menatapnya dengan senyum kecil. Tidak! Hanya bibir itu yang tersenyum, namun sorot matanya menjelaskan jika ada sebuah luka disana.
“duduklah disini, biarkan aku menjelaskan semuanya padamu”
Haechan mematuhinya, sementara Mark masih belum melepas tangannya yang menggenggam pergelangan tangan sang isteri. Nyatanya, ia pun tak sanggup untuk menyembunyikan rahasia kehamilan Renjun seorang diri.
“Renjun hamil. Anakku, positif anakku”
Lima kata itu keluar begitu saja dari bibirnya. Mark menatap Haechan, menunggu bagaimana lelaki itu akan bereaksi seperti apa. Namun Haechan hanya diam dan menatap lurus kearahnya, membuat Mark semakin gugup untuk melanjutkan kalimatnya.
“aku sudah mengetahuinya sejak hari pernikahan kita. Dan aku berencana untuk bertanggungjawab”
“Ya, bertanggungjawablah hyung. Bayi itu jelas butuh pengakuan ayahnya bukan?”
Alih alih bernada marah, Haechan mengatakan itu dengan sangat tenang. Seolah perihal tanggungjawab yang Mark bicarakan hanyalah soal mengganti rugi sebuah mainan.
“Lalu bagaimana denganmu? Kita baru saja menikah Donghyuk-ah”
Haechan tersenyum miring, melepas genggaman tangan Mark pada pergelengan tangannya. Tatapan matanya berubah menjadi dingin dan senyum manis itu hilang digantikan sebuah smirk yang terkesan jahat.
“Bertanggungjawab bukan berarti menikahi Huang Renjun, Jung Minhyung. Kau milikku, milik Lee Haechan dan aku tidak sekalipun ingin berbagi apa yang sudah menjadi milikku”
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Unrequited
Fanfictionun⚫re ⚫quit ⚫ed ˌənrəˈkwīdəd Adj. (of a feeling, especially love) not returned or rewarded.