Mark dan Renjun pergi
Jaehyun marah besar namun terlebih dari itu ia tidak bisa apa apa sebab tak ingin isterinya semakin bersedih.
Sementara itu Haechan terluka
Ia bahkan tidak lagi bisa mendeskripsikan bagaimana hatinya yang sudah hancur menjadi butir debu tidak berbentuk sejak kepergian Mark dua hari lalu.
Tidak ada yang tau kemana perginya dua kekasih itu, pelukan terakhir yang Mark berikan hari itu adalah hari terakhir Haechan melihat wajah suaminya.
"pendek"
Lucas berlutut dihadapan Haechan yang termenung yang ia yakin pastilah sedang memikirkan suaminya yang menghilang. Pemuda blasteran itu memasang senyum jenaka, memamerkan bunga baby's breath yang ia bawa kearah Haechan. Berusaha menghibur
"Tersenyumlah Haechannie, kau mengerikan sekali tau!"
Lucas mencubit pipi sedikit gembil itu gemas yang dibalas Haechan dengan senyum kecil lewat sudut bibirnya. Senyum terpaksa
Menghela napas, Lucas berpindah untuk duduk disamping Haechan. Ikut menatap kearah tenangnya sungai Han sore ini.
"monster, Dia sangat mencintai Renjun, benarkan?"
Haechan menoleh dan menatap Lucas. Laki laki yang lebih tua itu menggigit bagian dalam bibirnya, tidak sanggup melihat bola mata berkaca kaca milik pujaan hatinya ini.
"Hey, jangan menangis little one"
Lucas memeluk Haechan yang kemudian membuat laki laki manis itu terisak dan menangis semakin menjadi jadi. Hal yang membuat sesuatu dalam hati Lucas juga terluka. Terluka karena Haechan sangat tersakiti, dan terluka karena dia tidak ada satupun tempat untuknya dihati sang pujaan.
"Lucas"
"Hmm?"
"Kenapa Tuhan menjatuhkan hatiku pada Mark dan bukannya padamu saja?"
Lucas terkekeh, Ya untuk bagian ini Lucas pun berpikir jika Tuhan tidak adil
"Lalu, apa sekarang kau mau untuk menjatuhkan hatimu padaku?"
Haechan melepas pelukannya, menatap kearah Lucas yang memasang senyum kecil.
"Kau selalu tau jawabannya, Xuxi"
Lucas terkekeh, mencubit pipi Haechan gemas yang membuat si manis itu terkekeh pelan. Setidaknya untuk saat ini ia bisa membuat Haechan tersenyum.
{}
Jaemin diam, menatap langit langit kamarnya. Ia kehilangan bayinya dan Jeno tidak pernah muncul, tidak hingga saat ini. Orangtuanya juga tidak satupun yang datang atau setidaknya bertanya apakah ia baik baik saja, atau mengajaknya untuk ikut keduanya. Jaemin sedari kecil selalu sendiri, ia tumbuh dan besar bersama para pengasuhnya. Hal yang mungkin menjadi alasan mengapa ia sangat membutuhkan Jeno dihidupnya. Karena Jeno semarah apapun tetap bersamanya. Karena semuak apapun, Jeno tetap membiarkannya tetap disisi laki laki itu.
Jaemin tidak akan menyalahkan Haechan yang kemudian membuat Jeno-nya jatuh hati. Karena Jaemin paham sekali Jeno juga sudah lelah pada hubungan mereka. Laki laki itu sudah bosan padanya. Namun yang selalu membuatnya yakin adalah, Jeno masih mencintainya. Sekecil apapun itu, Jeno masih mencintainya.
Setidaknya ia masih yakin hal itu sampai hari dimana Jeno memintanya untuk menggugurkan kandungannya
Hari dimana Jaemin merasakan sakit yang luar biasa dan menyadari jika ia sudah terlalu bodoh mencintai Jung Jeno dengan cara cara berlebihan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Unrequited
Fanfictionun⚫re ⚫quit ⚫ed ˌənrəˈkwīdəd Adj. (of a feeling, especially love) not returned or rewarded.