IV

9.1K 1.3K 288
                                    

Jeno tak habis pikir dengan apa yang direncanakan Haechan.
Apa kakak iparnya ini gila?
Membiarkan Renjun tinggal ditengah tengah dia dan Mark jelas bukan hal yang baik

Terlebih itu untuk diri Haechan sendiri.

Jeno menghela napas, menatap Haechan yang memain mainkan bubble tea miliknya tanpa minat. Hari ini dia sengaja kabur dari kantor hanya untuk mendengar curhatan Haechan dan bahkan membatalkan janjinya pada Jaemin. Ya, demi Lee Haechan, Jeno akan melakukan apapun.

“Tau tidak, aku kadang berpikir kenapa kau tidak menikah denganku saja? Aku jelas sangat mencintaimu Haechannie

Haechannie

Jeno mana mau sibuk sibuk menambah kata hyung atau kakak ipar disana.
Haechan yang mendengar ini tersenyum, menyentuh pipi Jeno dan mencubitnya kecil

“Karena sebenarnya kau tidak mencintaiku. Kau hanya mencintai Jaemin, dan aku mencintai hyungmu”

Jeno mendesah kecil, bagaimana Haechan se-yakin itu jika dia mencintai Jaemin?

“Jeno-ya, bagiku Minhyung adalah segalanya, sama seperti Jaemin yang menganggap kau adalah segalanya

Segalanya ya?

“tapi kau adalah segalanya untukku Haechannie”

Haechan terkekeh kecil, Jung Jeno yang keras kepala ini hanya belum sadar jika hatinya sendiri sudah memutuskan pada siapa hendak dimiliki.

“Jaeminnie!”

Ucap Haechan tiba tiba membuat Jeno menoleh, menemukan Jaemin yang berjalan kearah mereka dengan raut terkejut namun beberapa detik kemudian memasang senyum.
Lelaki manis itu awalnya hendak duduk disamping Haechan, namun kakak ipar Jeno itu memberi kode agar ia duduk disamping kekasihnya saja. Haechan menghela napas, menatap Jeno yang mengernyit kearahnya meminta penjelasan.

“Nah, silahkan berkencan ya, dan Jeno... sampai aku melihat Jaemin menangis, mati kau!”

Haechan melempar nada mengancam, Jeno meneguk ludah payah karena tau Lee Haechan itu tidak pernah main main dengan ancamannya.

Sepeninggal Haechan, dua anak adam itu hanya diam. Jeno tidak berniat memulai perbincangan dan Jaemin memain mainkan ujung pakaiannya. Lalu helaan napas terdengar dari keduanya secara bersamaan.

“aku ingin putus”

“aku hamil”

{}

Mark menggenggam tangan Renjun, mengajak pria manis itu untuk ikut masuk kekediamannya dimana Haechan sudah menunggu. Renjun tidak yakin dengan keputusannya untuk ikut tinggal bersama Haechan dan Mark, disatu sisi ia memang butuh keberadaan ayah dari anaknya ini, namun disatu sisi ia juga tidak ingin terlalu sering bertemu Haechan.
Ya, Huang Renjun memiliki banyak ketakutan dalam dirinya jika sudah berkenaan dengan Lee Haechan. Karena bagaimanapun, rumah ini juga Minhyung adalah milik Jung Haechan.

“Selamat datang”

Dan disana, ia menemukan Haechan menyambutnya juga Minhyung dengan senyum terpatri diwajah cantiknya. Renjun menggigit bibirnya gugup, tanpa sadar semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Minhyung.

“Renjunnie, gwenchana?”
bisik Mark pelan, menatap Renjun lalu beralih pada Haechan yang masih memasang senyum.

Senyum yang baik Mark atau Renjun tidak pernah tau adalah senyum penuh rasa muak atas apa yang dilihatnya saat ini.

“Aku, Jung Haechan”

Haechan mendekati Renjun, menawarkan sebuah jabat tangan kearah lelaki Huang itu yang diterima Renjun dengan takut takut. Dia dengan sangat sengaja menekan nada Jung disana, hendak membuat Renjun merasa tertekan.

[END] UnrequitedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang