III

9.6K 1.4K 477
                                    

"I want you, Jung Minhyung. I want you to touch me, right now"


Minhyung membolakan matanya, menatap Haechan yang menatapanya sendu dan bernafsu. Dimabukkan dengan ciuman yang diberikan oleh sang isteri jelas membuatnya kehilangan kesadaran, namun untuk menyentuh Haechan ia masih belum seberani itu. Tidak dengan konsekuensi semakin menyakiti pemuda Lee itu dan berujung rasa bersalah berkepanjangan dirinya pada Renjun. Mark menggelengkan kepala pelan, tidak sadar malah mendorong tubuh Haechan untuk menjauh darinya. Dalam gerakan cepat, ia keluar dari kamar membawa pakaiannya tanpa tau Lee Haechan terisak dalam tangisnya karena ditolak oleh suami sendiri.



Mark memasang kancing pada pergelangan tangannya, mematut dirinya didepan cermin. Lelaki Jung itu lantas menghela napas, teringat akan isterinya yang sudah ia tolak tanpa mengucapkan satupun kata maaf. Berjalan kembali kekamarnya, Mark menemukan isterinya itu duduk sembari memeluk lututnya dipinggiran balkon kamar mereka. Masih tiga puluh menit lagi sebelum janjinya pada Renjun, setidaknya ia masih memiliki waktu untuk menghibur isterinya terlebih dulu.


"Donghyuck-ah"

Mark berlutut, mensejajarkan dirinya pada tubuh Haechan lantas menangkup pipi isterinya itu dengan tangannya. Kembali menghela napas ketika didapatinya bekas bekas air mata disana. Minhyung merasa bersalah sekarang.

"i'm sorry"

Ucapnya lagi, menatap netra bulat milik pemuda Lee itu dengan sungguh sungguh sementara jemarinya mengelus pelan pipi Haechan lembut.

"Aku benar benar minta maaf, Donhyuck-ah"

Haechan hanya diam, mengalihkan pandangannya agar tak bersitatap pada netra sang suami yang selalu membuatnya lemah. Tanpa disadari, dirinya malah kembali menangis.

"sshh, tenanglah Donhyuck-ah, uljjima"


Nyatanya, semakin Minhyung memintanya untuk berhenti menangis malah membuat Haechan semakin terisak. Pemuda Jung itu lantas melingkarkan tangannya pada tubuh sang isteri dan mendekapnya berharap dengan begitu Haechan akan merasa lebih baik.


Pelukan ini


Haechan menumpahkan semua tangisnya, menangis dipelukan Mark dan menggenggam erat kemeja bagian depan suaminya. Entahlah, ia hanya ingin menangis saat ini.


"kajima"

Meski terisak, Minhyung dapat mendengar permintaan isterinya itu dengan jelas. Melirik jam tangannya, ia hanya punya waktu lima menit untuk menemui Renjun dan meninggalkan Haechan pada kondisi seperti ini juga tidak membuatnya tenang.


Haechan tertidur dalam dekapan suaminya, bahkan tak terbangun ketika Mark memindahkan tubuhnya ke ranjang. Menyeka helaian rambut di dahi sang isteri, laki laki dua puluh empat itu mengambil ponselnya mendapati ada banyak notifikasi dari Renjun.

"Mianhae Haechannie..."

Minhyung mengelus pelan pipi milik Haechan dan beranjak pergi meninggalkan isterinya untuk menemui Renjun yang berjanji akan menunggu seberapapun lama kedatangannya.

.

.

.

.

[END] UnrequitedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang