X

11.7K 1.3K 112
                                    

Untuk Xuxi yang baik hati

Maaf, kupikir dengan pergi ke China bersama hanya akan memberi harap dan berujung sakit hati

Monster, kau teman yang baik dan untukku akan selamanya seperti itu.

Aku pergi. Jangan tanya kemana dan jangan coba mencariku! XD

p.s : i'm okay!


Lucas terdiam. Entah sudah keberapa kali membaca surat yang tiba dikediamannya sejak sore kemarin itu. Haechan pergi dan laki laki manis itu tidak ingin dicari. Mendadak kepalanya pusing, berpikir bagaimana caranya ia bisa menemukan Haechan. menghela napas, kali ini disesapnya americano kedua miliknya hari ini sambil membaca lagi surat singkat berisikan kata pamit dari sang pemilik hati.

"Oh, Lucas-ssi mampir lagi?"

Suara dengan nada manis itu membuatnya menoleh, lantas menemukan sosok cantik yang kini memasang senyum kearahnya.

"Halo, Jungwoo"



{}



Amplop yang dua tahun lalu dibawa oleh Jeno berisikan surat perceraian

Dua tahun. Bahkan hingga saat ini surat itu masih tersimpan rapi didalam laci meja nakas kamar tidurnya tanpa pernah ia sentuh. Tidak hingga dia menemukan keberadaan Haechan yang seolah hilang ditelan bumi.

Jung Haechan. dia selalu pandai pergi tanpa kata pamit. Hal paling menyakitkan yang sudah dilakukannya sejak dulu , hal yang Mark tidak pernah menyangka akan dia lakukan lagi. Menghela napas, ia menemukan foto pernikahannya yang dicetak besar dan terpajang di kamar. Berisikan dirinya juga Haechan yang saling bertukar tatap dan senyum.

Mark tidak akan berbohong, dia benar benar tersenyum tulus saat itu. Meski dilanda kegundahan, selalu ada bagian kecil dari hatinya yang merasa senang saat menikahi Haechan.

"Aku harus mencarimu kemana lagi, Donghyuck-ah?"

Tanyanya pada diri sendiri, teringat pada tiap orang yang dimintainya bantuan mencari keberadaan isterinya itu yang selalu berujung nihil.

"Minhyungie"

Menoleh, ia menemukan sang ibu yang merentangkan tangan menawarkan pelukan. Taeyong sudah bisa berjalan sejak tahun lalu meski dokter mengatakan agar tetap hati hati dan jangan sampai kelelahan.

"Mom, kemari dengan siapa?"

Mark mengecup pipi Taeyong, mengajak ibunya itu untuk duduk diruang tengah dan bermanja dengan menyandarkan kepalanya pada laki laki kecintaan ayahnya ini.

"Tadi Dad mengantar mom kesini, tapi tidak bisa mampir karena buru buru ke bandara"

Mark mengangguk, menikmati tiap sentuhan jari sang ibu pada dahinya.

"Mom"

"Ya?"

"Kenapa dulu bertahan bersama Dad?"

Mark menatap lekat bola mata ibunya. Laki laki cantik itu tersenyum kecil, lantas kembali menatap si sulung yang ia paham benar begitu gundah sejak kehilangan kekasih juga isterinya dua tahun lalu.

"sederhana, karena aku sangat mencintai ayahmu saat itu"

"Apa pernah sekali saja, mom berpikir untuk meninggalkan daddy?"

[END] UnrequitedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang