Jeno tidak mencintai Jaemin
Setidaknya itulah yang terus ia rapalkan didalam kepalanya sejak lima tahun ia menjalani hubungan dengan pemuda manis itu. Iya, lima tahun keduanya memang sudah menjalin kasih selama itu. Awalnya menurut Jeno, Jaemin itu menarik, anak baik dan menggemaskan lalu keberuntungan berada padanya sebab Jaemin juga menyukainya. Voila! mereka sepakat berkencan. Namun nyatanya, setelah memiliki Jaemin, Jeno sadar yang ia rasakan hanyalah kekaguman sesaat, sebab setelah bertemu Haechan poros dunianya telah berpindah pada pemuda Lee yang kini berstatus sebagai isteri kakaknya itu.
Lima tahun
Bukan sekali dua kali Jeno meminta agar hubungannya dan Jaemin berakhir saja. Mereka memang sempat berpisah, namun kembali bersama dengan Jaemin yang kerap kali mengancamnya dengan banyak hal. Menyayat tangannya, menabrakkan diri pada mobil Jeno, minum racun, atau percobaan bunuh diri lain. Ya, Jaemin memang se-nekat itu, hal yang membuat Jeno semakin muak untuk terus bersamanya. Selain itu, Jaemin sudah terlanjur disukai oleh ibunya.
Dan sepanjang lima tahun mereka bersama, Jeno akui dia telah menyentuh Jaemin entah berapa kali banyaknya. Jeno adalah yang pertama untuk Jaemin, begitupula sebaliknya. Oh ayolah, Jeno jelas tergoda pada tubuh manis itu, belum lagi sorot mata Jaemin yang sendu membangkitkan gairah lain dalam dirinya.
"Aku hamil"
Ucapan Jaemin beberapa menit lalu masih mengiang dikepalanya. Niatan awalnya benar benar ingin putus dengan Jaemin dan tidak akan perduli apapun yang akan laki laki itu lakukan untuk mengancamnya. Namun disaat yang sama ia malah ditampar dengan fakta bahwa Jaemin juga hamil. Kalau begini, tidak ada bedanya antara dia dan Minhyung. Sama sama brengsek dan tukang menghamili anak orang.
"Kau yakin itu anakku?"
Jeno tau dia bodoh bertanya seperti itu, namun tidak ada salahnya memastikan kan?. Menemukan netra milik Jaemin yang menatapnya tak percaya, Jeno menghela napas, itu pasti anaknya. Lagipula sepanjang dua tahun ini kebanyakan malam malamnya ditemani oleh Jaemin baik itu untuk seks atau sekedar tidur dirumah. Jadi kemungkinannya kecil sekali jika itu bukan anak Jeno.
"gugurkan"
Jeno tidak siap.
Baik itu secara usia ataupun hal lain yang menyangkut tentang kesiapannya untuk memiliki seorang anak dan membangun sebuah rumah tangga. Belum lagi, dia tidak mencintai Jaemin. Atau sebenarnya dia mencintai Jaemin namun masih denial, masih butuh bukti lebih kuat untuk yakin jika Jaemin adalah That one person yang dia tunggu.
"Kau jahat"
Jaemin menatapnya dengan mata bulat yang berkaca kaca siap menangis kapan saja. Jeno menghela napas, membawa tangan Jaemin untuk ia genggam.
"Dengar Jaemin, apa dengan aku bertanggung jawab semuanya akan menjadi lebih baik? Tidakkah kau sadar aku tidak mencintaimu? Melahirkan anak itu tanpa cinta orangtuanya akan lebih menyakitkan lagi"
Jaemin menangis, bukan hanya sakit pada tangannya yang digenggam Jeno semakin kuat, namun sakit pada hatinya yang semakin parah.
"Kalau begitu, biarkan aku mati"
Ucap Jaemin final, membuat Jeno lagi lagi menghela napas dan kali ini melepas tangannya pada genggaman tangan Jaemin.
"Silahkan, aku tidak akan melarangmu"
Jaemin terdiam. Menatap Jeno dengan air matanya yang turun deras.
"Aku mencintaimu Jeno, Yeongwonhi"
Deg
Jeno tidak tau mengapa ada debar aneh pada dadanya mendengar ucapan Jaemin barusan. Netra kecoklatannya menatap punggung Jaemin yang makin menjauh, mendapati ada sesuatu yang mendadak kosong dalam dirinya.
BRAKKKKK
Fokusnya teralih, degub jantungnya berpacu dengan gerak kakinya yang ia rasa semakin lambat.
"Jaemin!"
{}
Tatapan Haechan sendu, menatap lewat jendela besar kamarnya dan mendapati pemandangan Renjun yang tengah duduk di beranda bersama Mark. Keduanya saling melempar senyum dengan tangan tertaut bersamaan dengan kepulan asap kopi yang masih panas. Haechan memainkan jari jarinya pada kaca, berpikir jika memang tak pernah ada dirinya di hati ataupun pikiran Jung Minhyung. Dengan langkah gontai ia meninggalkan pasangan yang membagi kasih itu, lantas hendak membersihkan dirinya dan menikmati sarapannya sendirian.
Ada sepiring bacoon, egg dan cheese sandwich bersama dengan segelas susu cokelat hangat. Lalu setangkai bunga mawar putih dengan notes Good Morning Haechannie, Have a nice day! –Mark.
Haechan menghela napas, harusnya ia bahagia, namun bagaimana ia bisa bahagia jika ia harus memakan ini sendirian? Sementara suaminya bermesraan ditempat orang lain. Ah, Huang Renjun bukan orang lain, Renjun kekasih Mark.
"Haechannie"
Si pemilik nama menoleh, menemukan Mark tersenyum dan duduk dihadapannya. Laki laki itu tampak sangat senang sejak Renjun berada disini. dia bahkan sudah mulai banyak bicara, tidak seperti sebelum sebelumnya. Hal yang membuat Haechan kembali tersenyum miris karena bagaimanapun kebagiaan Jung Minhyung ada pada Huang Renjun.
"Selamat pagi, Mark Hyung"
Haechan memasang senyum, menyembunyikan kesedihannya dan menyapa sang suami dengan ceria.
"Terimakasih untuk sarapannya ya"
"Renjun yang buatkan"
Senyum Haechan menipis, ah ya, bagaimana ia bisa melupakan fakta jika suaminya ini bahkan tidak bisa memasak sebutir telur pun tanpa mengacaukannya?. Tergelak dalam hati, Haechan menarik pelan tangan Minhyung untuk ia genggam
"Tidak apa apa, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih untuk bunga dan ucapan selamat paginya"Mark tersenyum, mencubit pelan pipi Haechan. Namun seketika isterinya menahan tangannya.
"Cincin, kemana cincin pernikahan kita?"
Mark diam, menatap Haechan yang menatapnya intens. laki laki itu lantas berjalan untuk mendekat namun Haechan menolak untuk menatapnya.
"Maafkan aku Haechannie"
"Aku tidak memintamu permintaan maaf hyung, aku bertanya kemana cincin pernikahan kita,kenapa kau tidak memakainya?"
Mark ingin jujur, namun gerak bibirnya tertahan. Ada sesuatu dalam dirinya yang tidak bisa mengucapkan apapun, terlebih jika ia jujur maka itu akan membuat isterinya semakin sedih.
"Apa karena Renjun?"
Mark menggeleng cepat, tidak, Renjun tidak pernah memintanya melepas cincin pernikahannya. Ia ingat betul, malam itu ialah yang melepas cincin pernikahannya. Menyimpannya baik baik disaku celana dan sekarang cincin itu ada di kotak kecil laci dasi dasinya.
"Apa pernikahan ini benar benar tidak berarti apapun untukmu hyung?"
Haechan menatapnya sendu, lantas bergerak menjauh dari Mark yang hanya bisa diam.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Unrequited
Fanfictionun⚫re ⚫quit ⚫ed ˌənrəˈkwīdəd Adj. (of a feeling, especially love) not returned or rewarded.