"Haechannie...."
"Xuxi?"
Haechan menghapus air matanya cepat, membiarkan Lucas mendekat dan memeluk tubuhnya erat. Ia sempat melirik ke arah pintu kamarnya dimana sang ibu tampak tersenyum kecil dan memberinya anggukan pelan
"Bagaimana kau bisa disini?"
Tanyanya yang dibalas Lucas dengan kekehan gemas. Laki laki dua puluh enam tahun itu lantas memamerkan sebuah undangan pernikahan kearahnya.
"Aku tidak bisa menikah tanpa kehadiranmu, little one"
Haechan tersenyum, membuka undangan pernikahan atas nama Wong Lucas dan Kim Jungwoo ditangannya lantas menatap sahabatnya itu jenaka.
"aku sangat senang! Selamat untuk pernikahanmu ya!" Haechan memeluk Lucas, membiarkan pemuda itu mengusap punggungnya lembut.
"Kalau Mark Jung sampai melihat ini, dia pasti langsung mati berdiri"
Tergelak kecil, Lucas sengaja mengangkat topik suami atau soon to be ex husband dari seseorang yang tengah dipeluknya ini. Haechan melepas pelukan mereka, menatap Lucas dengan tatapan sendu.
"Dia tidak akan perduli"
Lucas lantas meraih wajah Haechan sembari tersenyum ia menatap bola mata yang dulu sangat mempesonanya itu.
"Dia merindukanmu Haechannie, kembalilah"
"Untuk mendapat luka lagi?" Tanya Haechan lirih. Lucas menghela napas
"Setidaknya kalian harus selesai dengan baik baik"
.
.
.
.
Haechan menatap foto pernikahan yang selama ini selalu menjadi wallpaper ponselnya. Hari itu dirinya resmi menjadi bagian seorang Jung, menyandang gelar nyonya muda Jung Haechan. ada senyum kecil terukir dibibirnya, mengingat lagi bagaimana lancarnya Jung Minhyung mengucap janji suci mereka didepan altar. Kalimat pemuda itu begitu menyihir dan membuatnya terpesona.
"I promise to be with you, until death tear us apart"
Benarkah sampai maut memisahkan?
Di bukanya laci meja nakasnya, mengambil cincin pernikahan yang selama ini selalu disimpannya dengan baik. Diamatinya cincin itu, jemari lentiknya lalu menyentuh ukiran dipermukaan dalam cincin yang bertuliskan inisial namanya juga Minhyung.
"Kenapa harus kau Haechan-ah. Kenapa harus kita?"
Ucapan Mark pada suatu malam setelah beberapa hari pernikahan mereka terngiang dikepalanya. Saat itu Mark mengiranya telah tertidur, padahal sejak hari pertamanya menikah, Haechan tak pernah lelap dalam tidurnya. Menghela napas, ia mempertanyakan hal yang sama pada dirinya. Kenapa harus dirinya yang mengalami kisah cinta menyakitkan ini? Kenapa harus Mark yang menyakitinya?
"Kau akan meninggalkanku, minhyung-hyung?"
Ingatannya kembali pada saat dimana Mark hanya mampu berucap maaf atas pertanyaannya. Hari dimana laki laki itu memilih pergi bersama Renjun karena ketakutannya yang terlampau besar untuk berpisah dengan sang kekasih. Mengingat ini, air mata turun dipipinya bersamaan dengan rasa sakit yang menghujam ditiap detak jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Unrequited
Fanfictionun⚫re ⚫quit ⚫ed ˌənrəˈkwīdəd Adj. (of a feeling, especially love) not returned or rewarded.