IX

11.2K 1.4K 189
                                    

Delapan tahun lalu, saat Mark mematahkan kakinya untuk menyelamatkan kucing milik Donghyuck ia terbangun dengan laki laki itu menangis memeluknya erat. Meminta maaf sekaligus memintanya untuk tidak lagi melakukan hal hal bodoh yang bisa membahayakan keselamatannya. Masih segar dalam ingatannya, alasan sesungguhnya ia melakukan aksi heroik seperti itu hanyalah untuk mendapat perhatian lebih dari Donghyuck. Sebuah harapan agar tidak hanya dianggap sebagai seorang teman.


Dan hari ini, seperti de javu. Lagi, diranjang pesakitannya ia tersadar dengan Haechan yang menangis memeluknya.


"Haechannie, mianhae"

Dua kata itu lolos dari bibirnya, memaksa jemarinya untuk meraih helaian rambut isterinya meski harus menahan sakit.

"Minhyungie...."


Ibunya yang masuk bersama ayahnya memasang wajah haru. Menatap wajahnya dan mengecup punggung tangannya berkali kali. Hal yang tidak Mark sadari saat itu adalah Haechan yang berjalan mundur dan keluar dari ruangannya. Pikiran laki laki manis itu makin berkecamuk hebat, cepat atau lambat sebuah keputusan harus diambilnya yang mana dari semua pilihan yang ada meninggalkan Jung Minhyung adalah ujung dari itu semua.



{}



"Feeling better?"

Mark mengangguk, tersenyum kecil pada Haechan yang juga tersenyum kearahnya. Ibu dan ayahnya kembali beberapa jam yang lalu dan sampai saat ini Haechan selalu disisinya. Melakukan atau menawarkan apapun yang dikiranya ia butuhkan.

"Aku minta maaf"

Mark menatap isterinya itu, entah kenapa merasa tenang saat melihat laki laki itu masih mengenakan cincin pernikahan mereka.

"Untuk?"

Haechan tersenyum lagi, kali ini memilih duduk disamping suaminya yang memasang wajah bersalah.

"Semuanya"

Satu kata itu mewakili segalanya. Semoga.

"Nan gwenchana. Hanya saja.... "

"Ya?" Haechan menghela napasnya, menyentuh pipi Mark yang menunggu kelanjutan kalimatnya.

"Jangan pernah melakukannya lagi. tidak padaku atau siapapun. Hyung tau, itu jahat dan menyakitkan sekali"


Mark terdiam, menatap isterinya yang masih mengulas senyum diwajah. Apa yang baru saja ia ucapkan layaknya tamparan keras untuk Jung Minhyung.


"Aku sangat menyakitimu, benarkan?"

Kali ini Mark menyentuh telapak tangan Haechan yang masih berada pada wajahnya. Membawanya tangan itu dalam genggamannya.

"Bukankah hyung sudah tau jawabannya. Oh! Hei! Hyung memakai cincin pernikahan kita!"


Ada rasa bahagia saat melihat wajah Haechan begitu girang menemukan cincin pernikahan mereka dijemari suaminya. Mata bulatnya menatap kearah Mark yang memasang senyum.


"Bolehkah aku memelukmu?"

Permintaan sederhana yang tentu saja langsung dikabulkan Minhyung dengan mudah.

[END] UnrequitedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang