Chapter 2

344 207 211
                                    

*Tet....tet...tet*

"Ah gila udah istirahat aja. Bakal rame nih kantin." Gerutunya sebal.

Ia masih berkutat dengan soal hukumannya. Kepalanya seakan mau pecah melihat deretan angka-angka tersebut.

Belum lagi konsentrasinya buyar ketika kantin mulai ramai oleh para siswa pencari asupan.

'18...19...20...21...' Ara menghitung soal yang sudah dikerjakannya

'BRAK!'

"ARAAA!"

Suara gebrakan meja serta teriakan membuat gadis yang tengah mencoba fokus dengan soal-soalnya itu menengang kaget.

"Heh! Kalian mau buat gue jantungan apa?!" Maki gadis yang bernama Ara tersebut.

Kedua gadis yang membuat keributan di meja itu hanya nyengir tanpa dosa sembari terkekeh ringan. "Hehe apasih galak amat neng."

Kedua gadis tersebut adalah Febby dan Clarissa yang saat ini menjabat sebagai sahabat dari Aradella Farista, tokoh utama dalam cerita ini.

"Gimana ra udah selesai belum? Pasti udah dong, lo kan pinter. Kenyang tuh makan segitu." ejek Febby diikuti tawa renyah. Ia tak habis pikir berani-beraninya Ara terlambat di jamnya guru yang super itu.

"Selesai-selesai pala lo jajar genjang! Soal segini lo bilang selesai? Bantuin kek apa kek, jadi temen gaada baik-baiknya."

"Gue tuh sebenernya mau bantuin lo, Ra. Tapi, otak gue udah bebel sama rumusnya tuh guru." Sahut salah satunya.

"Alah ngeles mulu kek bajaj. Bilang aja gamau bantuin gue." Ara kembali memfokuskan dirinya lagi pada lembar-lembar kertas didepannya dengan bibir yang mencebik kesal.

"Elah gitu aja marah lo. Iya nanti gue bantuin. Tapi nanti ya kalo perut gue udah isi. Hehe," ucap Febby sembari ngacir ke tempat mie ayam Mang Ujang.

"Elah gue ditinggal lagi. Gue juga laper kali. FEBBY! gue sekalian!" teriak Clarissa tak tahu malu.

"Dasar jadi cewek gaada kalem-kalemnya lo." cibir Ara. Menggelengkan kepalanya dengan tingkah sahabatnya yang sangat tidak tahu malu itu. Pasalnya seluruh penjuru kantin telah menengok ke arahnya. Suara Clarissa yang begitu merdu amat sangat terasa diseluruh sudut kantin.

"Biarin, eh ra gue bantuin doa aja deh ya. Udah pusing gue liat kertas- kertas itu. Apalagi nih ya masa tadi gue disuruh maju ngerjain soal di papan cuman gara-gara gue jatuhin pulpen. Katanya itu bikin keributan dan menganggu konsentrasi. Gila! Mana soalnya susah lagi!" cerocos Clarissa panjang lebar. Tangannya tak berhenti memukul-mukul meja sebagai pelampiasan kekesalannya.

"Hahahah! Gila-gila segitunya ya tuh guru. Gabakal lagi gue telat di jamnya." Sudah bulat tekatnya untuk tak berani terlambat. Ia tak mau lagi berurusan dengan Pak Bledek yang satu itu.

"Lo juga sih. Kok bisa telat sih. Lagian kan udah gue spam tadi. Nggak gercep lo."

"Ye lo kira kesini bisa langsung apa! Macet juga kali. Tapi btw thanks ya. Mungkin kalo lo gak spam bisa kagak bangun gue."

Clarissa hanya membalas dengan anggukan karena sedari tadi telinganya telah ia sumpal dengan earphone. Entah itu anggukan sebagai jawaban dari Ara tadi atau malah anggukan ia menikmati musik yang didengarnya, Ara tak terlalu memusingkan diri.

Hingga tak berapa lama Febby datang dengan nampan berisi dua mie ayamnya. "Heh itu kertas-kertas lo singkirin dulu, gue mau makan. Penuh amat sih ni meja."

Ara pun hanya mampu menuruti kemauan sahabatnya itu. Karena memang meja itu penuh dengan kertas-kertas miliknya.

"Makan dulu gih lo. Bisa pingsan terus mati nanti." Canda Febby dengan tawa garingnya. Padahal nada yang diucapkannya cenderung datar. Ck! Aneh memang.

About YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang