Chapter 10

88 41 42
                                    

Sore ini Ara sedang mengerjakan tugas di rumah Farel. Tetapi sebelumnya mereka berdua sempat berdebat. Ara pikir lebih baik mengerjakan di cafe dekat sekolah saja daripada di rumah Farel. Namun, Farel yang keras kepala tidak mau mengalah. Dan akhirnya pun Ara yang mengalah daripada tugas itu tidak selesai.

Ara sudah berpikir macam-macam tentang keluarga Farel. Bagaimana kalau bokapnya galak? Bagaimana kalau nyokapnya nggak ramah? Ia pasti akan canggung disana. Apalagi Ara tergolong gadis yang pemalu bila bertemu dengan orang baru.

Tetapi pemikiran Ara runtuh seketika saat kedatangannya disambut ramah oleh mama dan papa Farel. Juga Farah, adik Farel yang masih balita.

~Flashback on

Ara yang sedang duduk di samping kemudi itu bergerak gelisah. Tangannya saling bertaut dan meremas satu sama lain. Beberapa kali membenarkan posisi duduknya yang terus saja merosot.

"Ra?" Panggil Farel yang heran melihat kelakuan Ara. Farel mendengus kasar karena tidak mendapat sahutan dari Ara. Ia pun memberanikan diri menepuk bahunya. Merasa ditepuk, sang pemilik bahu pun menengok. "Lo ngapain? Ayo turun. Udah sampai." Tangan Farel beralih membuka pintu mobil bersiap turun.

"Rel..." panggil Ara sebari menarik tangan Farel berusaha mencegahnya untuk turun.

Merasa tangannya ditarik, Farel kembali duduk seperti semula. "Apaan?"

"Emm...engg-nggak jadi di rumah lo deh. Di rumah gue aja gimana?" Sirih Ara.

Farel merasakan dinginnya tangan Ara yang masih mencekalnya. "Kenapa? Ini juga tangan lo kok dingin? Lo sakit?"

Ara pun buru-buru melepaskan tangannya. "Eh eng-gak kok."

"Kalo lo sakit nggak papa, gue anter balik deh. Besok aja ngerjainnya."

Ara menggigit bibir bawahnya sedikit kuat. "Gue nggak sakit kok, cuma-" Farel mengangkat sebelah alisnya sambil menunggu Ara meneruskan ucapannya itu. "G-ue cuma takut. Emm..bo-kap nyokap lo ga-lak nggak? gue takut." Ara berusaha melirihkan suaranya. Tetapi tetap saja Faral mendengarnya.

Keadaan di mobil hening seketika. Sampai akhirnya gelak tawa Farel terdengar begitu menggema.

"Hahahah! Ja-jadi hahaha dari tadi lo gelisah sampe tangan lo dingin itu takut? hahaha! Aduh ampe nangis gue hahaha!" Tangan Farel bergerak mengusap matanya yang berair.

Ara yang melihat reaksi Farel yang seperti itu pun menabok keras bahunya. "Heh! Gue tanya beneran."

"Aduh... sakit elah. Abisan lo lucu sih. Ahhaha!"

"Bodo amat! Gue nggak jadi ngerjain tugas sama lo!" Ara langsung memalingkan badannya dan bersiap turun untuk pulang sendiri.

Farel menahan. "Elah ngambek. Santai aja kali, bokap nyokap nggak galak. Cepetan turun." Ucap Farel sembari turun dari mobil dan berjalan meninggalkan Ara.

"Lah ditinggal gue." Ara pun buru-buru turun dan mengejar Farel.

Sesampainya di depan pintu utama Farel berhenti dan membisikkan sesuatu pada Ara. "Nyokap bokap gue nggak galak, kalo lagi tidur! Yah sebenernya sih em... berapa kalinya pak Guntur."

Mendengar itu pun Ara langsung menegang dan menarik baju Farel. "Ya-yaudah gue pu-pulang aja deh. Lo kerjain sendiri ya." Ara kemudian berbalik badan dan mulai melangkah.

"Heh enak aja lo! Kagak bisa." Farel pun menarik tangan Ara untuk membawanya masuk.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, eh abang udah pulang." Jawab seorang wanita yang sedang duduk di sofa dan memangku seorang balita.

About YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang