No. 7

4K 539 9
                                        

|Written on September 14th, 2018|

...




Apa ada yang salah saat dua wanita yang mengunjungi satu cafe selama satu jam, akan menghabiskan setengah jamnya untuk berlama-lama di toilet?

Jawabannya, nothing!

Sudah jadi rahasia umum, bukan?! Wanita lebih suka menggosipkan teman semeja mereka di dalam toilet ketimbang harus bicara langsung di depan yang digosipkan. Dan pria memakluminya, bahkan jika harus melihat sekelompok kaum hawa itu ketawa-ketiwi berjamaah di balik dinding toilet. Garis bawahi, to-i-let!

Seperti sekarang, di tengah khitmatnya Alan menyeruput secangkir latte, Geo berlari heboh menghampiri mejanya dari pintu masuk Camel Cafe. "Ikut ane! Sekarang!"

Alan yang tangannya ditarik, balik menarik genggaman kuat di tangannya berkat Geo. "Eh, apaan nih? Ada apa?"

"Temani ane ke toilet, Lan."

"WHAT! TOILET?!" Pekik Alan.

Dan sialnya semua mata pengunjung memandangnya terkejut. Tatapan kaget hingga geli mengarah pada dua  sosok tersebut. Siapa lagi, kalau bukan Alan dan Geo. Sedang Geo justru tak ambil pusing. Di benaknya kini hanya terisi oleh satu tempat yang ia butuhkan sesegera mungkin.

"Buruan. Ane kebelet dah."

"Gila lo! Sendiri sana. Lo pikir kita apaan ke toliet aja mesti berdua."

"Please, Lan. I beg you. Darurat, ane butuh bantuan ente. Ane janji ane bakal balas budi. Tapi nanti, abis ane selesai buang hajat besar."

Anjir tuh mulut gak ada saringannya apa?! Buang hajat besar?! Alan menyumpah serapah.

Kikikan geli menggema hampir di tiap sudut. Sedang Alan sudah kepalang malu. Mau tak mau akhirnya dia menurut. Entah kata-kata ajaib apa lagi yang bakal dilontarkan si punuk onta sampai buat wajah Alan memerah menahan malu. "Lo duluan. Gue susul semenit lagi."

Sayangnya Geo tak sependapat. Wajahnya merah padam menahan yang harus ditahan. Sejurus kemudian, dia menarik paksa tangan Alan dan menggandengnya dengan kuat. "Sorry, Lan. Ane gak kuat lagi"

Bak drama romansa ala sinetron remaja, dua mahluk berjakun itu berlari dengan genggaman tangan yang tak mungkin terlepas. Geo berlari dengan gaya setengah bungkuk, wajah memerah, dan ekspresinya yang tak terbaca. Sedang Alan berlari sembari berupaya keras menutup wajahnya sebisa mungkin. Alan merasa sial, koridor yang mereka lalui tak sejauh biasanya. Tiap langkah seperti terasa dilempari oleh banyak pasang mata yang menatap mereka jijik. Apalagi saat Alan melewati satu lorong di tengah tujuannya melewati lorong utama.
Tak sengaja ia melihat, sesosok wanita berbaju hitam pekat, kaca hitam, dengan wajah tertutup kain nan hitam pula, tengah berdiri kaku di ujung sana mengawasi gerak mereka.

Alan sempat bergidik. Namun tarikan tangan Geo membuatnya sadar jika ada yang lebih mengerikan dari sosok  menakutkan yang ia lihat barusan. Apalagi kalau bukan, Geo. Entah apa tujuan si punuk onta sampai tega menyeretnya ikut masuk ke area rawan duga-duga. Pikir saja, seorang pria berdiam diri di toilet hanya untuk menemani temannya yang sesama pria pula. Ini jelas aneh, apaan sih tujuan si punuk onta nyeret gue ke toilet?! Memalukan!, pikir Alan.

Pantofel VS SneakersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang