|Written on August 25th, 2019|
...Feb to August--- Lama ya?!
Yook, *Timpukrame-rame wkwkwkw
Aku bentar lagi gak bobo sendiri, jadi selama beberapa bulan terakhir ini, diriku disibukan ini-itu de el el. Eh tiba² aku keingat cek part terakhir tiap tulisan yg kupublish.. en yu nooo, pada byk yg teriak minta apdetan.. ya udah, aku publish aja dulu seadanya.
Eh betewe aku pengen nerbitkan satu anakku, mungkin satu dua bulan ke dpn.. entah bukuin atau numpang di terbit digital. Biar dunia luar (*di luar dunia oren) tau kalau nona yang wajahnya cem teklen le mineral ntuh ternyata ada numpang hidup dibumi buat cari pundi-pundi harta bhahahakk.
Pertanyaannya--- kalian minat gak beli?!***
Suara ketukan keyboard berbunyi nyaring dari arah kanan Alan berada. Sesekali diliriknya Geo dari balik kaca--- pembatas kubikel di antara mereka. Sudah setengah jam semenjak mereka tiba di kantor dan memulai aktifitas masig-masing, Alan merasa diacuhkan. Geo ngambek, nggak ada manis-manisnya!, pikir Alan sedang matanya berkali-kali melirik Geo di sebelah. Pria itu akhirnya mendesah kesal. Teman padang pasirnya tak acuh. "Yo!" Ketukan keras menyentuh kaca dan Geo hanya melirik sekilas. "Apaan sih lo, Yo? Tumben tuh mulut gak ngebeo."
Pria yang dimaksud cuma melafalkan kata sibuk tanpa suara. Bahkan wajahnya hanya berpaling tak lebih dari tiga detik.
Roda kursi yang diduduki Alan melaju kebelakang saat dua kaki itu menendang keras lantai di bawah kakinya. "Lo sok cantik bener, mau juga lo gue lirik berjam-jam kayak tadi?!"
Tak ada jawab.
"Jadi ngambek beneren nih? Sebulan kayak dulu lagi?"
Geo menarik satu sudut bibirnya ke atas. Alan jelas tau itu bukan senyuman. "Menurut ente?"
"Gak usah ditanya! Lah, dari tadi kan gue nanya lo lempeng ae."
"Ane gak marah."
Alan tertawa getir, "Dosa lo bohong!"
"Serius, ane gak marah. Lagian itu masalah ente sama si gadis kurma."
"Nah, lo. Gue gak lagi bahas si dekil. Ketahuan kan lo dendam ke gue pasal kemaren."
Pria yang dimaksud bergerak merapikan tumpukan kertas yang tak tersusun rapi di sebelahnya. Seakan tak acuh dengan ucapan Alan, ia malah bergerak menuju dispenser dekat meja Koko--- si pria mata minimalis. "Tengkar lagi ko berdua?'
Geo tertawa sembari mengisi penuh tumbler miliknya. "Demi Allah, ane fine fine aja sama tuh mahluk Tuhan."
"Kalau bukan lagi tengkar, terus kenapa tuh sesepuhnya bucin lihat mata ko kayak lagi liat layar tancap, satu jam'an. Falling in love ko berdua?"
Mendengarnya, Geo hanya mengibaskan tangan dan berlalu menghampiri mejanya kembali. Tak peduli si koko penghuni kubikel seberang itu bermonolog sambil tertawa garing. Yang dilakukannya hanya menduduki kembali kursi miliknya dan menuangkan dua saset Torabuka ke dalam tumbler.
Tak lama harumnya kopi mulai menguar di sekitaran dia dan para tetangga. Alan bahkan kembali menyembulkan kepala dan tersenyum manis. "Wangi banget, nta. Sejak kapan onta doyan kopi sasetan?"
Pria berhidung elang yang dimaksud hanya diam dan menikmati kopi bikinannya sendiri.
"Biasanya lo langsung narik gue ke bawah buat ngopi bareng."
"Males." Jawab Geo akhirnya.
"Gue traktir."
"Malas ane."
"Kapan rajinnya? Malas terus." Cibir Alan mulai tak sabaran. "Gue traktir lo."
"Gue sibuk, Lan."
"Tumben. Dengar gratisan harusnya lo maju pantang mundur." Alan menggaruk kepala kesal. "Gue traktir kopi lo, makan siang, sekalian jatah hidup lo sebulan ini. Gimana, nta? Please!"
Geo bukannya tak paham. Jika dibilang tumben dirinya yang hidup super pingiritan ini harus menolak rejeki dari Allah SWT, maka apa bedanya dengan Alan. Pria yang mengagungkan harga diri, sampai rela pakai acara bagging seperti yang ia lakukan sekarang.
"Please, Yo. Gue rela habisin gaji gue bulan nih, asal kita jangan puasa ngobrol dong Yo, kayak tempo lalu."
Geo menyerah. Jika harus mengingat kejadian saling tak teguran selama sebulan antara dia dan Alan waktu itu, Geo memilih mengiyakan pinta Alan barusan. Gila saja, Geo menimbun dosa dengan tak menegur sesama saudara muslimnya lebih dari tiga hari dan jelas akibat mantan Alan yang---sumpah, Geo benci setengah mati. "Harus banget ane jawab 'iya' nih?"
Alan menangguk cepat, "sebulan penuh."
"Tak perlu sebulan."
"Janji gue tadi nyebut sebulan."
"Cukup sehari saja. Dan ente ngopi sekalian makan siang bareng ane di camel cafe. Kita bahas soal rencana ente buat dzolimin tuh gadis kurma."
Dan booooom, seketika apa yang ada di dalam otaknya meledak. Tentu dalam makna kiasan. Yang ada sekarang mata Alan membelalak. Tak percaya betapa tegaannya si punuk onta pada dirinya. Bagaimana bisa dia sebut itu 'mendzolimi' dengan kata lain 'menyakiti' bukan sih. "Lo waras? Dzolim lo bilang? Dan gak salah pilih tempat lo, nta? Kita bakal bahas masalah gadis dekil itu di tempat kerjanya?" Sekali lagi Alan tak habis pikir. "Lo jahat tahu, nggak?"
Derit kursi berbunyi, Geo beranjak dari benda itu. "Ane tunggu dibawah. Dan kalau ente gak nyusul, biar ane yang obrolin masalah ini ke gadis kurma ane sekalian?"
"What?! Gadis kurma lo? Sejak kapan dia jadi milik lo?"
"Sejak lo kibarin bendera perang di rumah ane kemaren. Dan sekarang putuskan ente mau kita baikan apa enggak?" Geo tersenyum manis. "Ane duluan. Makan siang dulu kita. Ane tunggu ente. Wasalamualaikum."
"Wuanjir lo. Dasar punuk onta. Lo mau makan siang apa makan teman." Alan berjalan mondar mandir. "Masalah kalau sampai si dekil tau. Gila, bikin dedegan setengah mampus. Nyesal banget tuh onta dikasih hati malah nelan jantung gue. Parah."
Lama berpikir, akhirnya dia membulatkan keputusannya--- untuk membungkam mulut si onta segera. Mungkin, mungkin saja dia cuma menggertak. Toh, Geo sohib sehidup sematinya. Tak mungkin, punuk ontanya tega membiarkan Alan jadi pria berengsek yang tega menjahati seorang gadis seperti di film-film.
Eh, tunggu? Batin Alan. Pria berengsek? Apa aku bener jadi pria berengsek macam di film-film. "Masa bodoh! Yang pasti Geo jauh lebih berengsek kalau sampai dia buka mulut sekarang."
***
C u at 09:36
Wew -_-
Cerita apaan ini ?!
Apdetnya udah? Segitu aja?
Gantung bgt.
Tapi cukuplah buat ngobatin kangen ko semua sama bang Alan hihihi
Ya, ya. Aku tahu, diriku udah makin mirip sama kolestrol jahat. Jahat bgt apdet macam nulis di kolom deretnya koran. Singkat, sesingkatnya buahahak
Salam,
NH
![](https://img.wattpad.com/cover/155594957-288-k472641.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantofel VS Sneakers
Ficción General-spinoff Well I Gave up maybe It's really You- ... "Yakin lu mau tanding lari pakai pantofel?" "Yakin. Dan lo? Elo yakin mau ke pelaminan bareng gue pakai sneakers?" . . . [On going] Judul : Fantofel VS Sneaker Genre : romcom Status : on going Sub-c...