-spinoff Well I Gave up maybe It's really You-
...
"Yakin lu mau tanding lari pakai pantofel?"
"Yakin. Dan lo? Elo yakin mau ke pelaminan bareng gue pakai sneakers?"
.
.
.
[On going]
Judul : Fantofel VS Sneaker
Genre : romcom
Status : on going
Sub-c...
Beberapa hari ini, otak dan hatiku gak lagi dlm keadaan baik. Eeaa curhat, ma?! Boleh lah ya muehehe. Ada satu tanya yang buat aku gak bisa yakin toh jawabannya sudah pasti benar.
Aku nganggap ada cinta aja gak cukup. Tapi punya cinta sekaligus sayang, bisa kuartikan bahwa kamu dan doi sudah pantas untuk mulai buka obrolan ke arah yg lebih serius. Yup, it's been happened. Pernikahan jadi bahasan, dan apalagi yg gak buat kamu bahagia kalau sudah sampai pada tahap ini. Apalagi sampai bawa nama keluarga besar. Dan pada akhirnya, entah kenapa, semua kandas di tengah jalan olehnya. Tanpa ada alasan yang jelas. Satu tanya pun timbul--- 'ada apa?'
Waktu memberimu saat untuk berpikir. Berpikir seberapa baik dan buruknya dia. Seberapa bodohnya cinta dan sayang menepis logikamu.
Hingga, satu tanya lagi muncul, karena nyatanya dia kembali dan ingin memulai lagi---'kok bisa? Situ waras?'
Balik lagi, cinta dan sayang kadang mengabaikan logika. Tak ada rasa benci, justru berharap adalah hal terbesar yang muncul dari semua logika yang mengatakan dia salah. Logikamu dan logika orang-orang sekitarmu meneriakan hal yang sama. Tapi sayang yang begitu besar tak bisa membangkitkan rasa benci. Dan di akhir dari semua, pertanyaan terakhir pun hadir--- 'aku harus bagaimana?'
Well, it's so complicated. Kalau ada diposisi itu jelas aku bakal gila. Ya kali, sudah tahap sayang-sayangan harus ditentang.
Pendapat kalian gimana?
***
"Di musim panas, merupakan hari bermain gembira. Sang gajah terkena flu, pilek tiada henti-hentinya. Sang beruang tidur. Dan tak ada yang berani ganggu dia. Oh sibuknya. Aku sibuk sekali."
Geo bersenandung senang tak peduli terik mentari coba memberi sengatan perih di kulit putih miliknya. Hari sibuk yang disenandungkan Geo memang benar nyata. Dia memulai pagi dengan seabrek tugas rumah yang wajib ia rapel per tanggal merah di tiap bulan. Kini berember-ember penuh cucian tengah antri untuk dijamah. Geo bahkan sampai mengelap peluh, karena teriknya matahari tak seperti hari biasanya.
"Ane pengen jadi Shincan, Lan. Bahagia banget masa kecil tuh bocah."
Orang yang disebut tak menjawab. Justru dia lebih memilih menikmati hari libur di bawah pohon rindang sembari mengistirahatkan tubuhnya di atas sebuah hammock yang terpajang di perkarangan belakang rumah Geo.Dengan kaca mata hitam, yang Geo bisa pastikan tengah terpejam rapat dibalik benda tersebut--- Alan hanya berdehem pelan, mengiyakan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Eh, Lan. Gak kangen ente sama masa kanak-kanak." Geo mengibas kasar baju basah di tangannya sebelum ia jejer rapi di tali jemuran. "Kayak si Sinchan, pulang sekolah, main sama teman, kumpul bareng keluarga,"