No. 11

3.9K 464 8
                                    

|Written on January 3th, 2019|

...


Lanjutannya ya,

***

Semua orang tak banyak bicara saat makan. Karena sudah kepalang lapar. Lapar yang bukan main lagi. Anehnya, belum ada komentar terkait menu makan malam mereka kali ini. Jelas, nasi goreng, ayam goreng tepung, serta perkedel tahu nan sederhana punya Melati jadi santapan utama. Sedang salad sayur yang bersanding dengan fillet ikan tuna bakar saus manis hasil karya Ninda, cukup disantap olehnya dan Renata, yang katanya pengen makan Tuna.

Akhirnya mereka berkumpul di ruang tamu dengan perut kenyang dan hati senang, minus si Kanjeng Ratu. Karena wanita itu sibuk membersihkan koleksian panci dan wajan yang telah ternoda bumbu serta minyak. Well, Porsi nasi goreng gila-gilaan oleh Melati bikin perut siapa saja begah seketika.

"Mesti menu ala barat-barat gitu, ya, Nin?" Brama orang pertama yang membuka obrolan di tengah-tengah keramaian.

"Menu paling cepat jadi, ya salad. Dan fillet bakar saus." Jawab yang ditanya.

"Tapi siapa yang suka makan dedauanan di sini, kecuali lo." Itu suara Alan.

"Gak ada tenaga hulk gue, mau ngadon tuh nasi sewajan besar kayak si Melati lakukan tadi."

Alan melirik yanh disebut. "Serius tuh, lo sekali masak doang? Pakai koleksian wajan ibu yang nomor berapa, hm?" Kini semua mata menuju ke Melati berkat Alan.

Semua orang rumah tahu, koleksian panci dan wajan si Kanjeng Ratu akan berakhir di nomor berapa. Yang artinya, makin besar nomornya makin banyak juga deretan alat dapur itu memenuhi ruang dapur.

"Tiga." Teriak yang punya wajan dari arah dapur.

Dan jangan tanya bagaimana respon mereka. Alan sampai ternganga. Rahangnya mungkin kehilangan baut berkat ucapan si kanjeng ratu. Nomor tiga hampir sebanding dengan diameter ban mobil milik truk pengangkat barang-barang berat. Dan akhirnya semua sepakat, menegaskan kalau gadis yang mereka tatap itu punya tenaga kuda super ekstra.

"Hemat waktu. Saya pikir kalian pada lapar." Alasan yang logis bukan? Dan diucapkan dengan wajah datar Melati. Entah kenapa dengan wajahnya hari ini.

"Apa kabar Melati? gloomy banget hari ini?" Renata menaik turunkan alisnya lucu.

"Gak apa-apa, mbak."

"Capek kali ya, kamu?"

"Iya, sih. Abis kerja, kuliah, pulang langsung kemari."

Ninda menyela, "Kamu mahasiswi masih?"

"Semester akhir."

"Wow, masa-masa yang gak banget pengen gue ingat." Ninda mengibas rambutnya anggun. "Berarti lo adik gue dong soal umur. Gue udah dua lima, btw."

Melati tersenyum. "Sama."

"Serius?! Jadi lo mahasiswi telat gitu dong?"

"Ya begitulah."

"Lo kerja?"

"Barista."

Pantofel VS SneakersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang