Realize It

274 47 2
                                    

Tahun 2110, manusia saat ini dalam kejayaannya yang paling atas. Semua yang dikerjakan oleh manusia selama kurang lebih 100 tahun berbuah manis untuk membuat manusia tidak bersusah payah lagi dalam bekerja. Saat ini tidak ada lagi pekerjaan yang di lakukan oleh manusia itu sendiri semua instan mereka lakukan dengan menyuruh robot-robot buatan mereka.

Hingga akhirnya, kepintaran manusia terlampau melalui batas. Hingga terjadinya perpecahan antara manusia-manusia pintar lainnya untuk membuat benteng-benteng pertahanan di rumahnya sendiri.

Semua ini berawal dari dia, penguasa keji yang membabi buta membedakan si pintar dan si bodoh. Di jaman ini jika kau tidak pintar kau akan terbuang dan jika kau pintar kau akan memiliki tempat nyaman dan aman. Aku rasa standar dunia ini semakin membodohi jati diri manusia itu sendiri.

"Dion! Cepat sembunyi!" pekik Reika yang sudah menarikku menjauhi jalan kosong yang segera dilewati oleh robot pengawas.

Aku adalah salah satu manusia bodoh di era yang canggih ini. Dan aku sudah hidup selama 15 tahun mengendap-endap seperti pencuri semenjak aku di nyatakan gagal memiliki otak yang pintar.

"Dion! Kau ini sudah gila? Kenapa kau malah berdiri di tengah jalan seperti itu?" Reika memarahiku, nadanya penuh penekanan. Sesekali matanya liar mencari-cari darimana robot-robot pengaman itu lewat.

"Kau tidak usah khawatir, malam ini kita akan makan." ucapku pelan, aku tatap dalam mata reika yang lelah. Reika adalah istriku, dia tidaklah bodoh sepertiku tapi dia ingin terus mendampingiku dan hidup denganku seperti ini.

Padahal aku sudah menyuruhnya untuk pergi dan gunakan kepintarannya untuk hidup tenang dan nyaman tapi dia wanita yang sangat keras kepala dan ingin terus menemaniku.

"Mana bisa aku tidak khawatir, ini hari terakhir dari minggu ini untuk bisa mengambil makanan yang bisa kita ambil dari para penghuni surga itu." ucapnya sedikit mengomel, matanya menatapku galak. "Kali ini, aku akan mengambil buku di perpustakaan. Dan kau fokus ambil makanan, jangan lengah!"

Aku mengangguk cepat. Reika cekatan sudah menekan password pintu perpustakaan menggunakan handphonenya yang ia buat sendiri dan membuka pintu tersebut tanpa menimbulkan keributan.

Aku dan Reika masuk, kami mengambil arah jalan yang berlawanan. Karena kebetulan bagian makanan ada di sebelah kiri menuju brankas bawah tanah. Sedangkan Reika kearah sebaliknya untuk mengambil beberapa buku yang bisa ia bawa untuk membantu para manusia buangan seperti kami agar bisa mencuri.

hal seperti ini yang sebenarnya paling aku benci, aku seperti tidak berguna untuk Reika sebagai suaminya. tapi, aku juga sadar diri karena belum bisa mempelajari sesuatu untuk membantunya.

"Dion, jika kau sudah menemukan makanannya segera keluar. Karena aku tadi melihat beberapa robot penjaga akan mengecek ruangan itu." ucap Reika sangat pelan, aku dapat mendengar suara Reika melalui implan yang sudah terpasang di dalam tubuhku saat menjalani tes layak atau tidaknya aku hidup di era ini.

"Ya, aku akan segera keluar. Aku sudah mendapatkan makanan yang cukup untuk kita makan."

"Baguslah, aku akan segera menemuimu di jalan kecil tadi."

Suara terputus, aku bergegas meninggalkan ruangan yang penuh dengan makanan itu dan mengemas makanan yang aku dapat kedalam kantung kecil yang bisa menyimpan beribu-ribu makanan. Tanpa harus merasa susah membawa banyak makanan dengan keberatan lagi. Setiap kali kami beraksi, kami hanya akan mengambil 100 sampai 200 makanan kotak saja. Satu kotak makanan pun saat ini bisa membuat kami merasa kenyang selama 2 hari.

Sesuai permintaan Reika aku sudah menunggu di jalan kecil. Tidak lama dari aku menunggu, Reika datang dengan wajah yang sangat ceria. Baru kali ini aku melihat Reika sesenang ini.

GenreFest 2018: DistopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang