Valery duduk dimeja selama berjam-jam, riasan wajah minimalis, rambut hitam nan legamnya ia gelung keatas dengan sedikit helaian disamping telinga dan pelipisnya. Alis mata yang dibuat setajam mungkin dipadukan dengan lipstik berwarna peach alami makin mempercantik penampilannya. Ditambah dengan sentuhan dipipi tirusnya membuat wajahnya makin merona.
Gadis itu berdiri, dibantu oleh seseorang khusus untuk membantunya merias diri. Memakai gaun berwarna hitam yang sangat pas ditubuhnya, gaun berkilap berlengan panjang itu terbuka dibagian belakang punggung, memperlihatkan kulit mulus gadis itu. Ditambah lagi bagian paha yang sedikit terbuka, memperlihatkan kaki jenjang Valery yang dihiasi dengan heels tinggi merk ternama.
Valery menatap dirinya dari pantulan cermin, benarkah yang berdiri disana itu adalah dirinya? Sangat cantik dan begitu menantang, mungkin jika ia memilih dunia modeling daripada kedoteran Valery dapat menyaingi Aunty Carol, gadis itu tersenyum sinis. Senyum yang begitu cantik namun terlihat mematikan.
"Kau sudah siap?" Tanya seseorang dibalik pintu, Alan telah siap dengan tuxedonya yang membuat pria itu makin terlihat tampan.
"Aku siap" ujar Valery semangat, ia meraih lengan Alan dan keluar dari kamarnya bergandengan.
...
Mobil mengarah kesebuah hotel ternama kota New York, malam ini adalah perayaan pembukaan rumah sakit milik Alan. Dan tentu saja Valery akan mendampingi Alan karena ia akan menjadi salah satu anggota Alan nantinya. Hal yang tentu saja tidak akan Valery lewatkan, langsung mendapat pekerjaan saat dirinya selesai dengan studinya nanti.
Mereka berdua keluar dari dalam mobil, Alan membukakan pintu mobil layaknya sang pangeran menjemput permaisurinya. Valery melenggang indah dengan Alan disampingnya, pintu aula besar didalam gedung hotel tersebut terbuka.
Menampilkan dirinya dan Alan yang berjalan menginjak karpet merah dengan serasinya, awak media mengambil gambar mereka dan Alan membalasnya sangat ramah. Valery yakin sekali berita kedekatannya dengan pengusaha dan dokter muda ini akan menjadi sorotan media, well Valery tidak dapat menyangkalnya, lagipula ini dapat menunjang karirnya kelak.
Valery dan Alan terlihat sangat mesra, tanpa sadar ada sepasang mata yang sedang panas menatap mereka berdua. Seperti merasa diperhatikan, Valery mengencangkan rangkulan Alan dipinggulnya. Membuat Alan menatap kedua matanya langsung dan Valery tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, ia segera mengecup bibir Alan tepat dihadapan seluruh awak media yang tengah memotret mereka.
Well... this is for you Uncle.
Because i'm not you little doll.Valery tertawa dalam hati, tanpa memperdulikan seluruh tatapan semua orang. Mungkin semua orang turut bahagia atas hubungan anak muda tersebut, namun tidak dengan Chris.
Matanya memerah menahan amarah, tanpa sadar jika jemarinya kini tengah meremukan gelas sampanye yang sedari tadi ia genggam.
Chris mendengus kesal, ia melepaskan jeratan tangan Carol dan membenahi tuxedonya. Menuju belakang bangunan tak ingin melihat pemandangan yang mampu membuat hatinya memanas, sementara Carol hanya menyunggingkan senyum dan kembali bercengkrama dengan teman-teman sosialitanya. Membuat gosip bahwa keponakannya itu tengah menjalin kasih dengan Alan, sungguh ironi...
Valery menyudahi ciumannya, entah mengapa dadanya terasa sesak kini.
Ia menatap Alan, pria itu bukan pria yang biasa ia cumbu. Memang seharusnya seperti itu, tapi mengapa Valery seolah tak mengijinkan dirinya sendiri menyentuh pria lain. Otaknya berputar dengan keras, Alan yang seakan mengerti kebingungan pria itu menarik Valery dari rombongan awak media.
Menuju toilet belakang karena sepertinya gadis itu tengah linglung.
Alan mendudukan Valery dikursi pantry belakang, sementara dirinya mondar-mandir seraya mengelus dagunya.
"Untuk apa ciuman tadi Valery?" Tanya Alan yang tengah membelakangi Valery.
***
To be continue
14 Oktober 2018
***
Because i'm not your little doll 💔
KAMU SEDANG MEMBACA
BONDAGE DREAMER
RomanceWarning! The following content is intended for mature audience. Tersedia juga di platform Dreame (lengkap) Jam beker berbunyi, kedua mata Valery terbuka dan langsung buru-buru beranjak dari tempat tidurnya. Menuju kamar mandi lalu membersihkan tubu...