15. Big Trouble

14.1K 716 12
                                    

"Untuk apa ciuman tadi, Valery?"

Valery menatap punggung pria yang tengah membelakanginya saat ini, tak percaya ia berani melakukan hal tersebut hanya untuk membalas sakit hatinya karena ucapan Chris kemarin. Valery berani bersumpah, ia melakukan itu hanya untuk membuat Chris cemburu kepadanya, tak bermaksud memperalat Alan untuk membantunya, sungguh Valery telah menyesal telah melakukannya.

"Maafkan aku, itu tidak akan terulang lagi" cicit Valery.

Alan menghembuskan nafas kasar, "aku akan kembali keperayaan, mereka pasti mencariku" ujar Alan tanpa menatap Valery dan meninggalkan gadis itu terduduk sendiri.

Valery tertunduk lesu, bahunya terasa lemas dan semua ini salahnya. Tak seharusnya ia melakukan hal itu pada Alan jika akhinya ia tak menginginkannya.

Valery bahkan merasa risih pada dirinya sendiri, mengapa ia menyentuh pria lain selain pria itu.

Chris...
Dimana ia sekarang?

Valery mendongakan kepala, menelusuri setiap ruangan sepi itu. Tidak ada seorangpun, syukurlah, ujar gadis itu dalam hati. Karena biasanya pria itu selalu muncul secara tiba-tiba.

"Aku harus segera mendampingi Alan" ujar Valery.

Ia berdiri seraya merapihkan riasan rambut dan wajahnya lalu berlari menuju aula utama.

Namun tubuhnya menabrak seseorang, seseorang dengan tubuh kokoh yang berhasil membuatnya jatuh kelantai. Valery meringis, bokongnya terasa sakit setelah terjatuh kelantai, ia melihat sepatu hitam mengkilap dihadapannya.

Lalu mendongak melihat pemiliknya, pria itu mengetatkan rahangnya. Terlihat dengan jelas kemarahan yang menguar dari raut wajah pria itu, wajah yang tampan dengan bulu halus menutupi rahang itu tertutupi oleh amarah. Dan Valery merutuk dirinya sendiri, ini adalah awal kesengsaraannya dan ia hanya bisa terdiam, memohon ampunpun kini sudah tak guna lagi, ia telah membangunkan banteng pemarah itu.

Chris menghembuskan nafas kasar, tanpa basa-basi ia menarik pergelangan tangan Valery. Gadis itu sempat menjerit dan melakukan perlawanan ketika Chris menariknya, namun usahanya pasti sia-sia ketika pria itu sudah menunjukan tanduknya.

"No Chris, kumohon" rintih Valery, pergelangan tangannya terasa sakit akibat cengkraman Chris.

"Kau telah melakukan hal yang fatal Valery, dan aku tidak akan meminta maaf jika malam ini aku akan menghancurkanmu" desis Chris, membuat gadis itu makin ketakutan.

Valery ingin meminta maaf, namun lidahnya terasa kelu untuk mengeluarkan kata karena ia terus mengemis kepada pria itu untuk melepaskannya. Chris menyeret Valery keluar dari bangunan hotel tersebut, menghilang disemak-semak tanpa siapapun mengetahuinya.



...

Alan menegak segelas minuman berakohol seusai acara, ia duduk sendiri tanpa siapapun menemaninya. Frustasi, tentu saja. Gadis itu mempermainkannya begitu saja, dan pergi entah kemana dalam keadaan ponsel mati.

Sial....

Alan mengumpat, kerah baju dan dasinya sudah tidak beraturan lagi, keringat membasahi kemejanya. Penampilannya yang urak-urakan tak mengurangi nilai ketampanan pria itu.

"Kau lemah Alan, menjerat hatinya saja kau tidak mampu" ujar wanita disebelahnya, sungguh saat ini Alan ingin menampar wanita itu sekarang juga karena telah meremehkan dirinya. Sedari dulu ia tahu, Valery adalah gadis keras kepala yang sayangnya sangat susah untuk didekati, tapi sekarang Alan mengerti alasannya.

Itu semua karena pamannya....

"Kau harus berhasil menjeratnya Alan, akan kupercepat acara pertunangan kalian dan kau akan mendapatkan gadis itu selamanya"

"Bagaimana jika ia menolak?" Tanya Alan.

Wanita itu tersenyum sinis, tak habis akal untuk memisahkan Valery dan Chris.

"Dia tidak akan menolaknya, percayalah padaku"

"Yes Aunty...." ujar Alan malas, melanjutkan acara minumnya yang hanya seorang diri. Apapun rencana Carol selanjutnya akan ia turuti demi gadis itu.





***

To be continue

14 Oktober 2018

***

Cause you're mine, babygirl 💖

BONDAGE DREAMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang