Chris berlari layaknya manusia yang telah kehilangan akal sehat, menerobos hutan dan rumput yang kian memanjang. Tak memperdulikan ranting-ranting yang membuat kemejanya sobek dan suasana hutan yang sepi. Seperti orang gila, Chris mengacak rambutnya frustasi, berteriak mengumpat tidak jelas pada dirinya sendiri. Ia kehilangan cintanya, kehilangan mainannya, atau apapun sebutannya pada Valery ia telah kehilangan gadis itu.
Wajah Chris saat ini tak dapat diartikan. Sedih, kecewa dan marah bercampur menjadi satu. Beberapa menit ia berubah menjadi marah dan mengumpat pada apapun, beberapa saat kemudian ia begitu kecewa dengan dirinya sendiri, dan sedih tak dapat mempertahankan gadis yang ternyata sangat ia cintai tersebut.
Tubuh besar itu kemudian terduduk lesu diatas tanah, menatap tanah dibawahnya yang seakan lebih menarik dari hidupnya.
Apakah ia terlalu jahat pada gadis itu?
Apakah kasih sayang yang ia curahkan terlalu berat untuk gadis itu terima?
Ataukah gadis itu takut akan segala kegilaannya yang akhinya terbongkar?
Chris akui ia memang sangat gila, fantasi yang luar biasa disimpannya dalam-dalam selama beberapa tahun memang sangat tidak biasa. Chris akui hanya Carol yang dapat mengimbangi permainan gilanya, namun salahkah ia mencurahkan segala fantasinya kepada gadis yang ia cintai? Bukan kepada wanita yang hanya kebetulan memiliki seks menyimpang sepertinya.
Chris menghembuskan nafas kasar, merutuk dirinya yang akhirnya kehilangan Valery.
Hari telah sore, seharian mencari gadis itu disekeliling hutan tak kunjung menemukannya. Ketika Chris membuka kedua matanya dipagi hari, perasaannya begitu kalut setelah mengetetahui Valery tak lagi berbaring disampingnya. Gadis itu memang memiliki sebuah impian, impian dimana ia ingin memiliki hubungan yang normal dan menikah suatu saat nanti, yang sayangnya impian tersebut tak dapat Chris wujudkan.
Chris tersenyum layaknya orang gila, menikah? Ia tertawa sumbang, ia hanya akan menghancurkan gadis itu jika menikah dengannya. Menikah hanya untuk mendapatkan gadis itu seutuhnya, namun bisakah ia membuat Valery benar-benar bahagia?
Chris berdiri, berjalan menelusuri hutan yang cukup lebat oleh pohon pinus.
Langkah besarnya tak lama menuntunnya kepinggir jalan yang sepi dimana ia meletakan kendaraannya pada malam itu, Chris melajukan audinya. Mengeratkan pegangannya dikemudi, giginya bergemeletuk menahan sesuatu.
Emosi pria itu begitu labil, entah apa yang terjadi kepadanya jika kehilangan Valery ia akan terus seperti ini.
Haruskah ia pulang kerumah sekarang?
Chris melaju dengan cepat, menuju pusat kota. Mungkin Carol atau Alan dapat membantunya menemukan Valery, tak perduli jika Carol akan memaki dirinya habis-habisan setelah beberapa hari ini menghilang. Ia tidak perduli lagi, yang ia inginkan hanya Valery. Bahkan jika Carol menarik seluruh asetnya diperusahaannya, Chris akan menanggung segala resikonya.
Beberapa menit Chris tiba disebuah perumahan elit kota New York, mobil berbelok kearah rumahnya sendiri. Ia mengernyitkan dahi, mobil berjajar rapi cukup banyak dipekarangan rumahnya. Ia segera keluar dari mobil, tak perduli jika pakaiannya kini telah kusut dan penampilannya yang urak-urakan.
Chris memasuki rumah, beberapa orang sedang menenteng minuman dan botol minuman berjejer rapi dimeja. Jantung Chris terasa berdegub dengan kencang, apa yang terjadi?
"Oh, Chris... disana kau rupanya, aku merindukanmu" seorang wanita berambut pirang memeluknya, Chris mengernyit bingung, perlakuan Carol seakan-akan tidak biasa, ia bahkan tidak memarahinya karena beberapa hari tidak memberi kabar.
Dan yang paling membuat Chris bingung adalah rumahnya dipenuhi dengan tamu, seperti tamu undangan.
Tapi, perayaan apa?
"Bisa kau jelaskan ada perayaan apa disini, Carol?"
"Oh, kau belum tahu?" Ujar Carol yang menegak segelas sampanye ditangannya.
"Hari ini adalah hari pertunangan Valery dan Alan....."
"Apa?!"
***
To be continue
20 Oktober 2018
***
My dream is NOT to be your SUBMISSIVE, FOREVER 💔
KAMU SEDANG MEMBACA
BONDAGE DREAMER
RomansaWarning! The following content is intended for mature audience. Tersedia juga di platform Dreame (lengkap) Jam beker berbunyi, kedua mata Valery terbuka dan langsung buru-buru beranjak dari tempat tidurnya. Menuju kamar mandi lalu membersihkan tubu...