EMPAT

1.8K 251 26
                                    

Is it Love? By VIXX - Ost. Are You Human too

Kim Yeri, gadis yang menyandang status sebagai sahabat Wendy, memperlihatkan raut kesal. Pandangan gadis itu memindai dari bagian ujung rambut hingga ujung kaki Wendy, kemudian menggeleng dengan wajah pias. Yeri memijat pelipisnya, lalu berkacak pinggang,"Kau berlebihan, Wen."

"Benarkah?"Wendy menaikkan sebelah alis, ia memastikan kembali penampilannya. Kemudian memutar tubuh sekali,"Tentu tidak. Aku melakukan ini dengan tujuan agar tidak dapat dikenali." Mendengar jawaban tersebut, membuat Yeri yang mendengarnya memutar mata.

"Kau bukan artis! Untuk apa memakai semua ini?" Yeri menghentakkan kaki untuk melampiaskan amarahnya yang sudah berada di ubun-ubun. Bagaimana tidak? Saat ini sahabatnya, Son Wendy tengah mengenakan atribut yang biasa melekat di tubuh seorang artis saat keluar atau berpergian ke tempat-tempat yang dipenuhi oleh kerumunan orang. Mulai dari topi hitam, masker hitam hingga jaket tebal dan besar yang dikenakan pun berwarna hitam. Padahal cuaca saat ini sangat terik, matahari terasa berada di atas kepala. Hari ini adalah hari pertama musim panas di Korea Selatan. Tentunya suhu naik menjadi lebih panas. Wajah Yeri mendekati Wendy dengan mata menyipit,"Lihat, kau sudah kepanasan sekarang!" Benar saja, baru lima belas menit yang lalu saja, keringat sebesar biji jagung telah menetes dari dahi Wendy yang menenadakan bahwa gadis itu kepanasan.

Yeri menatap sekeliling dan mendapati beberapa pejalan kaki mulai memperhatikan mereka. Lebih tepatnya memperhatikan Wendy. Mungkin dalam pikiran orang-orang tersebut, Wendy merupakan orang aneh yang betah mengenakan jaket tebal di cuaca yang memanggang tubuh. Atau adakah yang berpikiran kalau Wendy seorang artis? Yah, mungkin saja.

"Lepas atau aku tidak akan menemanimu!"Yeri melipat tangan di depan dada dan memandang lurus ke arah Wendy. Kaki berbalut flat shoes itu mengetuk trotoar yang terletak di samping jalan raya, tempat dimana mereka berdiri saling berhadapan.

"Aku sudah bercerita sebelumnya kan, tentang peristiwa memalukan yang menimpaku beberapa hari yang lalu di bengkel?" Wendy membuka suara.

"Lalu?" Yeri mengangkat sebelah alis. Tentu saja dia masih ingat, peristiwa memalukan yang dinobatkan Wendy sebagai hari tersialnya. Bahkan, Yeri sampai tertawa hingga berguling-guling di kasur mendengarnya.

"Tujuanku berpenampilan seperti ini agar dia tidak mengenaliku. Betapa malunya aku saat itu." Gadis itu berkata sembari menekankan kata dia. Kedua bahu Wendy turun dengan sorot mata memohon.Ia menangkup dua tangannya,"Jadi mau menemaniku kan?"

"Memangnya dia masih mengingatmu?"tanya Yeri. Ucapan Yeri membuat Wendy berpikir sejenak. Benar juga perkataan Yeri, tidak mungkin kan pemilik bengkel itu mengingat wajahnya. Memangnya ia siapa? Sepenting itu kah hingga layak untuk di ingat?

Wendy menggeleng,"Aku sangat bersyukur jika ia tak mengingatku. Itu yang paling kuharapkan. Namun tetap saja adegan itu berulang kali berputar dikepalaku."Gadis itu memutar jari telunjuknya yang mengarah ke kepala, seolah menunjukkan seberapa seringnya adegan itu hinggap di kepala mungilnya,"Tapi tetap saja, cara ini adalah yang paling aman."

"Jadi, tak ada penolakan!" Keputusan final Wendy tak bisa diganggu gugat. Yeri pun pasrah dan tak bisa menolak saat Wendy menarik tangannya untuk menyebrang jalan menuju sebuah bengkel yang terletak di seberang jalan.

😄😄😄

Chanyeol ditemani Minseok, melangkahkan kaki keluar dari lift. Sapaan hangat dari pegawai yang berada di bagian resepsionis disambut tak kalah hangat oleh Chanyeol. Sementara Minseok hanya memberikan anggukan serta senyum sopan. Sekeretaris Chanyeol itu menggeleng dan berdeham pelan saat mendengar pekikan bahagia dari pegawai resepsionis yang notabene perempuan karena mendapat senyuman selamat siang dari seorang Park Chanyeol. Hal itu sudah biasa bagi Minseok yang telah melayani Chanyeol sejak Young II menjadi bengkel besar.

We YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang