SEBELAS

1.4K 215 53
                                    

Bae Taeyong, anak kedua keluarga Bae itu memandang sang kakak dengan mata yang menyipit. Sembari memangku dagu di atas lengan, ia mengerutkan alis. Irene hanya memandang sekilas sang adik, tanpa berkata-kata kembali menggerakkan tangan menggambar desain bajunya.

"Noonaa..."

"Hmm?" gumam Irene menanggapi panggilan sang adik.

Taeyong berdecih,"Noonaa..." kembali memanggil Irene yang masih di jawab dengan gumaman yang sama tanpa sekalipun memandang ke arah sang pemanggil. Irene sibuk dengan kertas dan pensilnya. Menghapus dan kembali menggambar saat apa yang digambar tidak sesuai dengan keinginan.

Sebal, Taeyong  merebut pensil Irene. Irene mendesah, lalu bergerak hendak mengambil cadangan pensil di laci meja kerjanya, namun terkunci. Taeyong menyengir jahil sembari menggoyangkan kunci laci yang berada di tangannya. Sejak kapan Taeyong mengambil kunci laci? Irene menggaruk kepalanya dengan satu jari. Adiknya memang sangat menyebalkan.

"Sudah kukatakan berulang kali. Kami hanya teman." jelas Irene. Kalian penasaran apa yang membuat Taeyong terus mengganggu Irene? Bahkan di saat Irene tengah bekerja.

"Tidak mungkin. Tidak ada sebutan teman antara laki-laki dan perempuan." elak Taeyong serius,"Lagipula selama ini noona tidak pernah memiliki teman laki-laki." tekan Taeyong saat menyebutkan kalimat teman laki-laki dengan nada sangat menyebalkan di telinga Irene yang mendengarnya.

Irene menatap Taeyong. Keduanya saling berpandangan. Taeyong dengan tatapan menginterogasinya dan Irene dengan tatapan pasrah dan lelah?

Semenjak Taeyong mengetahui bahwa ia memiliki seorang teman laki-laki yang menurut adik Irene itu memiliki hubungan cukup amat dekat dengan sang kakak hingga menemaninya semalaman di rumah sakit, Taeyong di setiap kesempatan selalu melayangkan pertanyaan. Siapa sebenarnya lelaki itu? Bagaimana laki-laki sepertinya bisa berteman dengan noona? Bagaimana pertemuan pertama kalian? Hingga menasihati Irene tentang berbahayanya berteman dengan seorang laki-laki. Irene tentu sebal, untung saja adik bungsunya tinggal di asrama, sehingga mereka jarang bertemu. Kalau tidak, pertanyaan yang sama dan mengintimidasi serta menyebalkan Taeyong juga akan ikut keluar dari adik bungsunya.

"Aku ingatkan kembali, jika si albino itu mengajak noona bertemu lagi, tolak. Katakan tidak, atau beralasan kalau noona sibuk. Kalau ia menjawab bahwa ingin bertemu jika tidak sibuk, katakan saja noona sudah dijodohkan oleh orang tua." Taeyong mencerocos. Ia memang tidak suka menyebut nama Sehun, sehingga menyebutnya si albino. Alasan konyolnya, menurutnya kulit Sehun terlalu pucat tidak sehat yang menunjukkan bahwa Sehun memiliki penyakit. Hal ini juga dijadikan alasan Taeyong untuk selalu menjelekkan Sehun.

Siapa yang mengira pertemuan Sehun dan Irene di cafe flower bukan hanya diketahui Baekhyun, namun juga sang adik, Bae Taeyong yang saat itu tengah berjalan bersama teman-teman sekampusnya.

"Omo...omo...Taeyong ah, bukannya itu kakak cantikmu, Irene noonaa?" ujar salah satu teman Taeyong yang berjalan paling depan sembari menyipit.

Taeyong yang mendengar nama sang kakak disebut, memutuskan sepihak perbincangan yang terjadi diantara ia dan teman yang dirangkulnya. Bukan hanya menarik perhatian Taeyong saja, namun juga seluruh temannya.

"Mana? Dimana?" teman-teman Taeyong ikut penasaran. Sebenarnya banyak teman Taeyong yang naksir Irene, namun apa daya. Penjagaan sangat ketat.

"Irene noona?" ulang Taeyong. Ia tahu jadwal kegiatan Irene. Di jam seperti ini, biasanya Irene sudah pulang ke apartemen dari acara menyendirinya di taman. Dia tahu, taman yang sering dikunjungi kakaknya setiap hari minggu berada di dekat sini. Semua pandangan tertuju pada sebuah cafe dengan banyak bunga yang ditunjuk oleh teman Taeyong yang menemukan Irene lebih dahulu.

We YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang