DUA BELAS

1.6K 197 57
                                    

Irene membuka pintu mobil bagian belakang dan mengeluarkan kardus berisi berbagai jenis kain. Sedikit kerepotan, karena lumayan berat, Irene berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya.

"Irene ssi" panggil seorang gadis, yang merupakan salah satu pegawai butik. Melihat Irene yang kerepotan, gadis itu dengan sigap membantu, "Biar saya yang membawanya." Mengambil alih kardus di tangan Irene.

"Tidak. Tidak usah, biar aku saja. Ini berat." Irene berusaha menolak. Walaupun gadis itu juga pegawai butik, namun ia selalu berpikir bahwa selama ia bisa melakukannya sendiri, kenapa harus merepotkan orang lain?

"Tak apa, Irene ssi. Saya akan membawanya. Lagipula, sekarang anda harus segera menemui tamu." ucap pegawai tersebut.

Irene memasang wajah bingung. Pegawai itu pun menjelaskan, "Seorang pemuda tinggi mencari anda. Sekarang ia menunggu di ruangan anda." Kemudian menambahkan,"Ia mengaku sebagai sepupu anda."

"Sepupu?" Irene mengucapkan terima kasih dan segera masuk untuk menemui tamu tersebut.

Seorang pemuda dengan penampilan santai namun rapi, mengenakan kemeja kotak-kotak dengan celana jeans tengah menatap gambar berupa desain baju yang dipajang pada papan kayu. Pemuda itu menganggukkan kepalanya kagum melihat karya-karya indah hasil goresan tangan Irene.

Irene menarik kedua sudut bibirnya ke atas saat mengenali postur tubuh dari pemuda yang tengah berdiri membelakanginya. Ia berseru memanggil, "Eunwoo oppa..."

Pemuda bernama Kim Eunwoo berbalik. Kedua matanya menyipit saat tersenyum memandang Irene. Menunjukkan deretan gigi yang tersenyum rapi. Sangat manis. Eunwoo membuka lebar kedua tangannya.

Keduanya berpelukan,"Kapan oppa tiba? Kenapa tidak memberitahuku terlebih dahulu?" tanya Irene sembari melepaskan pelukan.

Kim Eunwoo adalah kakak sepupu Irene. Umurnya hanya lebih tua dua bulan dengan Irene. Dibandingkan dengan sepupu-sepupunya yang lain, Irene paling dekat dengan Eunwoo. Selain ramah, Eunwoo merupakan sepupu yang tidak protektif terhadapnya. Dalam arti, selalu mendukung apapun keputusan Irene selama itu baik. Maka dari itu, Irene lebih nyaman dan terbuka padanya.

Eunwoo memasukkan kedua tangan dalam saku celananya dan mengangkat bahu,"Kemarin lusa. Setelah tiba, aku langsung tertidur seharian. Sangat melelahkan."

Irene menarik Eunwoo untuk duduk di sofa,"Tunggu sebentar. Akan kubuatkan segelas cappuchino." Gadis itu meninggalkan Eunwoo dalam ruangannya.

Beberapa pasang mata mencuri-curi pandang ke arah Eunwoo. Wajah tampan Eunwoo memang selalu menarik perhatian. Ruangan Irene dibatasi oleh dinding kaca. Hingga membuat pemandangan di dalam ruangan terlihat dari luar. Eunwoo yang sadar akan hal itu, memberi balasan berupa senyuman dan anggukan sopan. Spontan, para gadis tersebut menjerit girang. Eunwoo tertawa melihatnya. Ia pun memutuskan untuk melihat isi majalah fashion yang ada di meja kerja Irene dan hanyut kedalamnya.

"Ini." Irene menyodorkan segelas cappuchino,"Kedatangan oppa membuat para gadis heboh bahagia." Irene mengerling para gadis yang masih saja mencuri pandang ke dalam ruangannya.

Eunwoo tertawa kecil,"Aku merasa terhormat dapat membuat orang lain bahagia hanya dengan melihatku." ucap Eunwoo dengan nada sengaja dibanggakan.

Bibir Irene mengerucut,"Bagaimana Inggris?" tanya Irene.

"Seperti biasa. Big Ben tetap di London. Kota Birmingham dan Sheffield tetap disebut The Black Country." canda Eunwoo dengan nada serius.

"Oppa, aku serius." jawab Irene.

"Aku juga serius, Irene. Yang kukatakan barusan adalah fakta." jawab Eunwoo sembari tersenyum manis.

Irene menghela napas, mengalah, "Kenapa kembali? Bukankah masih dua bulan lagi?" tanya Irene.

We YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang