Ucapnya yang terdengar ingin mengakhiri hidupnya membuatku terdiam dan bayangan buruk tanpa dirinya membuatku berteriak dan berlarinya mengejarnya.
POV Yunho
Saat berada didapur, aku melihatnya sudah mengambil pisau langsung saja aku berlari dan menarik pisau dari tangannya tapi dia tidak mau melepaskannya hingga aku berteriak karena tidak sanggup menahan emosiku kembali.
"CUKUP JUNG JAEJOONG, lepaskan pisau itu, aku tidak ingin kamu terluka, berikan pisaunya, oke??" ucapku dengan nada yang cukup tinggi, aku hanya takut jika sampai pisau itu melukainya.
"Aku lelah Yunho, sangat lelah, biarkan ini segera berakhir" ucap lirih Jaejoong sambil menatapku dengan tatapan kosongnya.
"Aku mohon jangan seperti ini, aku menyesal, aku salah, aku mohon jangan seperti ini" aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi, tapi Jaejoong seakan tidak mendengar suaraku, ia hanya tersenyum sambil mengarahkan pisau ke nadi tangannya.
"Selama tinggal Yunnie" ucapnya sambil tersenyum kepadaku
Senyum itu, senyum yang sudah lama tidak pernah kulihat dari dirinya, senyum yang selalu membuatku terhanyut kedalamnya, senyum yang selalu kurindukan, hingga membuatku menjadi gila karena tidak melihatnya lagi.
Waktu seakan terhenti, entah bagaimana pisau itu menancap dibagian perutku, tapi semua tidak apa-apa, tidak ada rasa sakit yang kurasakan, aku malah merasa bahagia karena dapat melihat Jaejoong terakhir kali, setidaknya Kami-sama masih berbaik hati kepadaku.
Memori-memori dalam hidupku seakan ditarik kembali, seperti kaset rusak setiap bagian itu berputar-putar dalam pikiranku.
"Yunho ingat kita dari keluarga terpandang, kamu sebagai pewaris keluarga Jung harus bersikap secara terpandang"
"Yunho, appa percaya kelak kau akan menjadi anak kebanggaan keluarga Jung"
"Aduh, cucu kesayangan halmoni apa yang kamu lakukan, jangan dekat-dekat dengan pengemis itu, mereka kotor tidak seharusnya kamu dekat dengan orang seperti itu"
"Yunho sunbae, hari ini aku membuat bekal kesukaan mu, ayo kita makan"
"Yunnie, jangan terlalu serius, Joogie tidak mau punya pacar yang penuan dini, heheeh"
"Yunnie, ayo kita pergi kencan"
"Yunnie, saranghae"
"Apa yang kau pikirkan, kamu anak tunggal jadi mengapa kamu bisa berpacar dengan seorang namja, umma tidak pernah mendidikmu seperti ini"
"Serius seorang Jung Yunho pacaran dengan seorang namja, jadi dia Gay, pantes saja yeoja cantik seperti Ahra saja ditolak olehnya, orang sukanya batang, tidak disangka keluarga terpandang sepertinya seorang gay, menjijikan sekali...hahahahaha"
Kilasan demi kilasan memenuhi pikiran ku, menunjukkan betapa bodohnya aku yang terpengaruh dengan semua omongan orang, hingga aku harus menyakiti orang yang aku sayangi, jika waktu bisa diputar kembali aku tidak akan memperdulikan ucapan orang lain, hanya ucapan Jaejoong yang harus ku dengar, hanya dia yang benar-benar ada dan menerima diriku selalu.
"Yunnie sadar, yunnie buka matamu, sadar, jangan menakutiku, seharusnya aku yang pergi, jangan pergi" ucap Jaejoong memasukki pikiran ku, pelukannya memberikan kehangatan dalam hatiku
"Yunnie, sadar...hiks...yunnie...hiks, buka matamu, sebentar lagi ambulan akan datang, jadi kamu harus tetap sadar..hiks..hiks" ucap Jaejoong sambil memelukku dengan erat.
"Joogie, jangan menangis, biarkan terakhir kalinya aku melihat senyummu, maafkan aku"
"Aku selalu mencintaimu, didalam hatiku hanya ada kamu, itu yang harus kamu tau, aku harap kamu bisa bertemu dengan orang yang tepat, bukan seorang namja brengsek sepertiku" ucapku sambil menutup mataku kembali, rasa ngantuk tidak dapat kuhidari, mataku terasa berat.
**************
POV Jaejoong
Aku hanya terduduk diam didepan ruang operasi, rasa takut menghampiriku, aku sudah menghubungi keluarga Yunho, agar mereka segera datang, aku pun baru tau ternyata Minnie ikut kemari, apa yang kulakukan. Jika terjadi sesuatu terhadap Yunho mereka akan semakin membenci ku, Minnie mungkin akan menangis dan membenciku juga.
Kami -sama, aku mohon selamatkan Yunho, aku tidak ingin dia seperti ini, bukan itu mauku, aku mohon, doaku
Air mataku seakan kering, sudah 2 jam aku menunggu tapi belum ada tanda-tanda operasi ini selesai, keluarga Jung juga masih belum datang, aku juga sudah menelpon ahjumma Hwang untuk menjemput Minnie, ia pasti ketakutan sendiri di hotel begitu lama.
Tidak lama terdengar suara langkah kaki berlari menghampiriku.
"J........"
Langsung saja aku melihat siapa yang datang, hatiku serasa hancur melihat wajahnya dipenuhi air mata.
Bukan itu mauku, teriakku dalam hati.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Adakah Ruang Untukku???
Fanfic5 tahun, menurutku bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah penantian...Aku hanya berharap ada keajaiban untuk orang sepertiku, tapi semua hanyalah anggan-anggan, karena tidak ada kebahagiaan bagi orang sepertiku.... Peringatan!!! Cerita ini tentang...