Saranghaeyo

2.5K 230 14
                                    

Sudah seminggu Yunho dan Changming menetap di Desa Miwa, tapi belum ada tanda-tanda kehadiran Jaejoong selama mereka menetap disana. Yunho masih terus menanti kehadiran Jaejoong dia tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Sekertarisnya menghubunginya beberapa hari yang lalu karena ada pertemuan penting yang harus Yunho datangi 2 hari lagi.

Tapi Yunho binggung, ia takut jika sampai tidak bertemu Jaejoong saat ini, dia takut Jaejoongnya akan pergi ketempat lain lagi karena tau ia mencarinya. Ia takut tidak bisa menemukannya lagi. Hanya tinggal hari ini kesempatannya untuk bertemu Jaejoong, dia hanya berharap bisa bertemu dan membawanya kembali, kembali kesisinya.


POV Yunho

Hari masih sangat pagi, udara diperdesaan memang sangat menyejukkan sedikit membuatku lebih rileks dari beban kerja dan kegundahan hatiku. Aku sedang berjalan-jalan sendiri pagi ini, Minnie masih asik tertidur dihotel. Aku berjalan menggelilingin desa hingga aku sampai ke rumah Jaejoong.

Aku hanya berharap diberikan kesempatan bertemu dengannya, aku ingin ia disisiku kembali walau aku tau hal itu mungkin mustahil setelah apa yang terjadi tapi aku sangat mencintai dan menyayanginya.

Aku duduk dibangku dekat rumah Jaejoong sambil menatap pintu rumahnya berharap suatu keajaiban Jaejoong keluar dari sana, hingga aku merasa berhalusinasi melihat pintu itu bergerak padahal jelas-jelas kemarin malam aku baru saja mampir kesini dan tidak ada tanda-tanda Jaejoong sudah kembali.

Saking merindukannya aku sampai berkhayal yang tidak-tidak, aku melihat Jaejoong keluar dari rumahnya dan melihatku sedang duduk dengan wajah kagetnya. Tapi mengapa ini terasa begitu nyata, begitu besarnyakah kerinduan ku.

Aku terus menatap Jaejoong walau ini hanya halusinasi tapi aku cukup senang dapat melihatnya hingga aku tersenyum sendiri, mungkin orang yang lewat akan mengira aku gila karena senyum-senyum sendiri.

Tapi kenapa semua terasa nyata, aku lihat bayangan Jaejoong semakin dekat menujuku. Aku ingin sekali memeluknya hingga saat ia sampai didepanku aku langsung memeluknya.

"Bogoshipo Joogie, saranghaeyo" ucapku sambil membawanya dalam pelukanku, semua terasa nyata kehangatan ditubuh Jaejoong mengantarkan kehangat ditubuh dan hatiku, rasanya sangat hangat. Serasa bebanku terangkat semua karena kehadirannya.

Aku masih menikmati khayalan ini hingga berharap hidup dalam halusinasi ini, aku tidak peduli asal bersama Joogie, bersama dia. Hingga sebuah suara yang sudah lama kurindukan terdengar kembali ditelingaku.

"Yunho, apa yang kamu lakukan disini" ucap Jaejoong hingga membuat aku tersadar bahwa ini memang Jaejoongnya, Joogienya telah kembali ada disini dalam pelukannya.

"Joogie, ini benar-benar kamu, bukan khayalanku" ucapku sambil melepaskan pelukanku untuk melihat wajahnya lebih dekat. Jaejoong tidak menjawab apapun hingga aku mendekatkan wajahku dan mencium bibir merah merona yang selalu membuatku ketagihan. Hingga terdengar surah desahan yang sangat ingin ku dengar kembali membuat tubuhku semakin panas.

"Akhhh, akh, Yun leeepppas" ucap Jaejoong disela-selah desahannya tapi aku tidak peduli aku hanya ingin terus menciumnya melepaskan rindu disekujur jiwa dan ragaku.

Hingga aku merasakan air mengenai wajahku dan melihat wajah Jaejoong penuh dengan air mata membuatku menghentikan aksiku.

"Hiks...hiks...apa aku serendah itu bagimu Jung? apa yang kau mau dariku lagi, apa kamu rindu dengan pelacurmu ini?" ucapnya membuat hatiku tersayat, serendah itukah ia memandang dirinya, tidak pernah sekalipun aku menganggapnya serendah itu walau sikapku yang kadang keterlaluan kepadanya.

"Tolong pergi dari hadapanku, tolong jangan sakiti aku lagi, maafkan kesalahanku yang memaksa mu dulu, tapi sekarang aku sudah pergi apa yang kamu mau lagi, apa yang harus aku lakukan agar kau pergi dariku, apa aku tidak mua menjadi pelacur mu kembali?" ucapnya sebelum aku sempat bersuara

"Aku tidak bisa pergi, aku ingin disisimu tolong kembali kesisiku, aku mohon" ucapku kepadanya

"Apa keluarga Jung sudah kekurangan uang hingga memohon untuk seorang pelacur kembali padanya, kamu cukup membayar pelacur yang bisa memuaskanmu, jadi kembalilah ketempat seharusnya kamu berada" ucap Jaejoong yang membuatku kesal

"PELACUR...PELACUR, kenapa kamu terus menyebut dirimu pelacur, kamu istriku, pedamping hidupku, aku tidak membutuhkan pelacur diluar sana" teriakku meluapkan emosi ku, aku memang paling tidak bisa menaham emosi, itu juga yang membuatku jadi bersikap kasar kepada Jaejoong, karena kau ingin memilikinya utuh hanya untukku, tapi Jaejoong seakan tidak pernah peduliku, dengan siapa aku pergi dan dekat dengan siapa.

"Mari kita akhir ini semua demi kebaikkan kita bersama, dulu aku memang mencintaimu tapi sekarang sudah ti..." aku langsung menciumnya kembali aku tidak ingin mendengar lanjutan ucapannya yang akan menyakitiku, tidak peduli apapun aku ingin dia terus mencintaiku, seburuk apapun aku, aku egois tapi siapa peduli demi dia disisiku aku akan bersikap egois.

Aku melepaskan ciumanku kepadanya, sambil tetap memegang wajahnya dikedua tanganku berucap dengan lembut kepadanya

"Aku mencintaimu Jung Jaejoong dulu maupun sekarang hanya kamu yang selalu dihatiku, aku sempat berbuat buruk kepadamu karena aku kecewa dengan sikapmu selama ini, tidak pernah sekalipun kamu melarangku melakukan apapun, dari kita masih bersekolah bersama setiap wanita yang mendekatiku kamu selalu bersikap biasa saja, melihat aku dekat dengan wanita lain kamu selalu diam, aku tidak tau sebenarnya kamu mencintaiku atau tidak." ucapku dengan suara yang sangat lemah sambil menatapnya

" Hingga aku memutuskan kuliah ditempat jauh kamu selalu mendukungku tidak pernah terlihat keberatan berjauhan denganku. Aku putus asa Jaejoong, aku seakan kehilangan harapan saat kamu mengijinkanku pergi ketempat yang jauh, aku berharap kamu melarangku, aku berharap banyak saat itu, berharap kamu mencegahku, atau setidaknya mengeluarkan keberatan, tapi kamu terlihat baik-baik saja, bahkan walau kita jarang bertemu kamu tidak pernah terlihat keberatan dengan hal itu" mengucapkan hal tersebut menginggatkan ku kembali kemasa-masa tersebut, masa dimana aku sangat merasa putus asa

"Aku mulai dekat dengan Ahra pun karena mu, semua karena mu, sekarang kamu malah menyalahkanku dan mencoba meninggalkanku, kamu yang membuatku seperti ini, membuatku gila setiap memikirkan mu, membuatku terjerat hingga ingin mati karena ingin memiliki kamu seutuhnya" ucapku meluapkan segala emosi yang selama ini kutahan

"Aku memang salah, semua memang salahku, dari awal aku memang tidak seharusnya hidup, aku hanya bisa membuat orang menderita. Apa kamu ingin aku mati, diamlah disini, aku akan mengambil pisau agar dapat membunuh diriku disini, didepanmu sebagai permintaan maafku" ucap Jaejoong sambil berjalan meninggalkanku.

Ucapnya yang terdengar ingin mengakhiri hidupnya membuatku terdiam dan bayangan buruk tanpa dirinya membuatku berteriak dan berlarinya mengejarnya.


Tbc....


Adakah Ruang Untukku???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang