Baca Mulmednya... Syukur sekali readers kata2nya.... 😁
Selamat Baca ya....
Randi tampak frustasi saat dia putuskan menemui Kayla di sebuah cafe tempat ia janjian.
Wajah tampannya ditumbuhi jambang yang sedikit panjang akibat tak dicukur. Wajah pria itu sedikit tirus dengan kantung mata.
Kayla sejujurnya merasa kasihan melihat penampilan adik iparnya ini. Sudah 2 bulan sejak kejadian 'itu' dan lelaki ini terus membujuknya untuk mengatakan keberadaan Tiara.
Randi berdiri dari kursi yang ia duduki. Ia lalu berlutut di hadapan Kayla sambil menangis. Hal itu tentu langsung jadi perhatian pengunjung cafe lainnya.
"Randi! Kamu ngapain sih?!" Kayla terkejut dengan sikap Randi.
"Saya sudah putus asa mbak. Saya minta maaf. Saya khilaf. Saya yakin, jika mbak sudah tahu apa yang terjadi antara saya dan Sarah. Saya yakin jika Tiara pasti datang pada mbak. Saya sudah tanya semua kenalan dan saudara juga teman Tiara. Tapi semua tak ada yang tahu dimana dia berada. Tolong mbak. Saya harus menyelamatkan pernikahan saya. Saya sumpah, saya menyesal dan saya melakukannya hanya karena sebatas-- nafsu yang dikarenakan keputus asaan. Saya tahu saya bajingan. Saya brengsek. Tapi tolong mbak kasih saya kesempatan. Ijinkan saya berbaikan dengan Tiara. Dia satu-satunya perempuan yang saya cintai."
"Berdiri. Duduk di tempat mu kembali. Atau mbak akan pergi dari tempat ini." ucap Kayla tegas.
Randi menurut. Kayla bisa melihat jelas ketulusan dan kejujuran di mata Randi. Tapi, semua seperti terlambat sekarang. Adiknya terlanjur terpukul. Adiknya terlanjur hancur. Adiknya terlanjur rapuh. Dan, adiknya terlanjur mati.
Ya... Tiara yang labil sudah mati. Hatinya mati dan ia sudah hidup baru. Meskipun hidup baru yang palsu. Tapi 2 bulan ini ia melihat bagaimana Tiara sangat bahagia dengan keluarga yang mencintainya. Jauh lebih bahagia dibanding saat bersama suaminya.
"Mbak nggak habis pikir. Kenapa kamu bisa tega mengkhianati Tiara? Dia sedang rapuh karena kehilangan Ditya. Dia juga berusaha sekali tidak menyalahkan kamu sebagai ayah dan suami. Kamu ingat, Tiara sampai cuti dua hari karena khawatir Ditya yang demam naik-turun. Dia minta kamu mengantar Ditya ke rumah sakit tapi kamu terlalu sibuk dengan karirmu."
Randi teringat 9 bulan lalu. Saat ia direkomendasikan jadi salah satu pegawai teladan dan berprestasi di Perusahaan tempatnya bekerja. Dia sibuk menyiapkan diri dengan cara menyiapkan laporan bulanan sebaik mungkin dan prestasi yang terus menanjak dengan harapan untuk dipamerkan pada Tiara dan Ditya. Karena bagi pemenang pegawai teladan selain mendapat bonus liburan ke Bali bersama anggota keluarga selama 2 malam 3 hari juga akan mendapat kenaikan gaji sebesar 20%.
Saat Tiara mengeluh Ditya demam dan mengusulkan membawa anak mereka ke rumah sakit, Randi meminta Tiara memberikan obat penurun demam seperti biasa saja. Tapi Tiara bilang tidak manjur, sehingga sebaiknya di bawa ke Rumah Sakit karena sudah berhari-hari. Lalu Randi mengusulkan ganti merk obat penurun panas saja dulu dan setelah Ditya minum, demamnya memang turun. Tapi tanpa disadari itulah fase kritis dari penyakit Ditya. Demam Ditya turun dan ia muntah darah, membuat Tiara panik lalu menelepon Kayla dan David.
Kedua orang itu kesal karena Tiara terlambat menghubungi mereka.
"Mbak sama mas David sampai kesal karena Tiara nggak ngabarin keadaan Ditya jauh hari sebelumnya. Alasannya karena setelah ganti obat penurun panas, demam anak kalian turun. Tapi di saat itulah fase kritis demam berdarah. Jika sepele maka fatal akibatnya. Mbak dan Mas David segera membawa Ditya ke rumah sakit. Tapi anakmu itu sudah terlanjur parah, butuh transfusi darah. AB rhesus positif. Kata Tiara kamu dan Ditya memiliki golongan darah sama. Dia terus menelepon kamu meminta bantuanmu sebagai Ayah---" Kayla menangis mengingat malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday... HAPPY. (SEGERA DI HAPUS TGL 17 AGUSTUS)
RomanceDewasa, 21+ Sudah diperingatkan ya !!!! --- --. CERITA LENGKAP TERSEDIA VERSI EBOOK. THANKS. - Mana yang lebih sakit...??? Kehilangan Orang tua, kehilangan sahabat, kehilangan anak, atau kehilangan pasangan hidup...? Rasa sakit, tetaplah rasa sakit...