Selesai mandi Miranda tak menemukan sosok Ferral. Ia mencari pria itu namun tak melihatnya di dalam kamar.
Miranda putuskan keluar kamar setelah berpakaian rapi. Ia melihat Ferral sedang berusaha melepas kemejanya di dekat teras belakang kamar mereka yang menghadap ke kolam renang. Dengan tergesa ia pun menghampiri Ferral dan membantu Ferral melepas kancing kemeja lelaki itu.
Ferral tersentak kaget. Ia memang kesusahan melepas kemejanya karena tangan kirinya masih di gips tapi sebenarnya ia sengaja pergi agar tak dilihat Miranda dan untuk menghindari hal yang saat ini sedang dilakukan perempuan itu.
Dengan sangat lembut Miranda melepas tali penyangga lengan kiri Ferral dan sedikit berjinjit karena memang pria itu bertubuh lebih tinggi darinya. Mungkin tingginya hanya sampai bahu lelaki itu.
Jarak mereka yang cukup dekat membuat aroma shampoo yang dipakai perempuan itu masuk dengan cepat di indra penciuman Ferral. Harum dan menggelitik hatinya.
Ya... Sosok Miranda memang sangat cantik, tak kalah cantik dari Miranda yang ia kenal, tapi kedua perempuan ini memiliki sikap yang berbeda.
Miranda istrinya, perempuan tegar yang optimis dan jarang bersikap lembut. Ia wanita karir yang sangat mandiri. Sedangkan Miranda yang ini, terlihat lembut dan ... Rapuh.
"Ehm... Kamu mau aku bantu mandi?" tanya Miranda dengan wajah merah dan menunduk. Membuat Ferral entah kenapa merasa gemas dan tersenyum kecil tanpa ia sadari.
"Ih kok malah senyum... Aku malu ini, tapi namanya suami sakit masa aku biarin kamu mandi sendiri dan kesusahan sih." ucap Miranda lagi.
"Aku bisa mandi sendiri. Kamu, lakukanlah kegiatan apapun yang kamu mau di rumah ini." ucap Ferral menegakkan kepalanya menghilang senyum dan mengusir sesuatu yang menggelitik hatinya.
"Tentu saja. Aku kan nyonya di rumah ini." ucap Miranda berkacak pinggang dengan gaya yang sedikit jenaka.
Ferral kembali melihat pada perempuan cantik itu, ia terhanyut dalam sikap Miranda. Bagaimana bisa ia membawa perempuan asing ke rumahnya, dan dalam sekejap jadi nyonya di rumah tersebut.
Tapi sikap Miranda sangat baik dan ia tampak menyayangi Venna setulus hati. Mungkin mulai hari ini ia harus menerima Miranda sebagai Miranda.
---"Papi... Cepetan Venna udah kelaperan ini..." seru gadis kecil itu di depan pintu kamar Ferral.
Ferral membuka pintu menatap Venna bingung. Biasanya putrinya itu susah kelaparan alias malas makan kecuali jika dibawa makan junk food seperti McD, KFC dan semacamnya.
"Kamu kelaparan? Tumben?"
"Iya. Kan sekarang Ve udah punya Mami yang akan selalu masakin Ve makanan enak. Emm... Mami masaknya enak deh Pi. Ayo cepetan..." rengek Venna menarik tangan kanan Ayahnya dengan menghentakkan kakinya manja.
"Tunggu Ve... Papi belum pakai baju. Susah ini." ucap Ferral yang kesusahan memakai kaos rumahan.
"Ck. Ya udah deh, Ve panggilin Mami aja. Papi manja ih kayak adek bayi. Pakai baju aja mesti Mami yang pakein" gerutu Venna meninggalkan Ferral.
Ferral terbelalak setelah mencerna kalimat putrinya. "Apa dia akan meminta Mira untuk-"
"Kenapa Fer? Oh..." ucap Miranda mengerti saat melihat kaos yang dipakai Ferral masih di tangan.
Dengan lembut dan senyum menawan ia memasukkan tangan Ferral ke lengan baju bergantian lalu berjinjit untuk memasukkan kepala pria itu ke dalam baju tapi susah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday... HAPPY. (SEGERA DI HAPUS TGL 17 AGUSTUS)
RomanceDewasa, 21+ Sudah diperingatkan ya !!!! --- --. CERITA LENGKAP TERSEDIA VERSI EBOOK. THANKS. - Mana yang lebih sakit...??? Kehilangan Orang tua, kehilangan sahabat, kehilangan anak, atau kehilangan pasangan hidup...? Rasa sakit, tetaplah rasa sakit...