2

7.8K 422 41
                                    

"Sayang, mas pergi kerja dulu ya. Kalau ada apa-apa kamu hubungi mas." ucap Randi pada Tiara yang duduk diam di ranjang di kamar Ditya.

Tak ada respon. Tiara hanya diam. Lebih mirip mayat hidup.

Randi menarik nafas dalam lalu menghembuskannya kasar menatap kondisi Tiara yang tak kunjung membaik malah sepertinya memburuk selama sebulan ini.

Ia keluar dari kamar Ditya berpapasan dengan Sarah dan keduanya berhenti, saling menatap.

"Aku enggak tahu lagi harus berbuat apa untuknya Rah..." ucap Randi sedih.

Sarah ingin menghibur lelaki itu, tapi ia tak mungkin melakukannya.

Sikap dan kelakuan Tiara memang memburuk pada Randi sejak kehilangan Ditya-anak mereka.

Sebulan ini, ia tak bicara pada Randi. Ia seperti mayat hidup yang tinggal di dunianya sendiri. Sejak kematian Ditya, Tiara memutuskan resign dari pekerjaannya sebagai accounting di salah satu Bank swasta ternama.

Ia memilih di rumah. Melakukan kegiatan seperti masak dan berberes lalu menghabiskan waktu di kamar almarhum Ditya. Dan, sedikit mengabaikan Randi.

"Biarkan dia sembuh dengan waktu Ran... Ada yang bilang, luka hati bisa sembuh seiring waktu. Kamu yang sabar ya. Someday, Tiara akan kembali jadi Tiara yang dulu. Tiara yang semangat, ceria, dan cerewet." hibur Sarah. Tangannya tergerak hendak mengusap bahu kekar lelaki itu, namun niat itu ia urungkan kembali.

"Kamu udah makan?" tanya Sarah.

Randi menggeleng.

"Aku lihat Tiara udah masak nasi goreng. Kamu mau aku siapin sarapannya?"

"Itu sarapan kesukaan Ditya, Rah. Tiara pasti kangen sekali pada anak kami." ucap Randi dengan mata berkaca-kaca menatap meja makan yang 4 kursinya kosong.

Bayangan keceriaan mereka bertiga terlintas. Saat Tiara sibuk di dapur kecil dan membuat nasi goreng untuk sarapan ketiganya.

"Makan... Makan... Makan...!" seru Randi dan Ditya sambil memukul sendok ke piring kosong membuat Tiara kelimpungan. Lalu Tiara dengan celemeknya akan berkacak pinggang lalu menjewer dua lelaki kesayangannya itu dan mereka bertiga berakhir dengan tawa.

Senyum penuh kesakitan muncul di wajah Randi sambil menatap meja makan kosong.

Akhirnya tangan Sarah terangkat refleks menyentuh pundak Randi. Tak sanggup melihat luka di mata lelaki itu. Ia mengusapnya lembut.

"Titip Tiara ya Rah. Kamu agak siangan lagi ke butikmu hari ini. Maaf ya merepotkan. Nanti siang mbak Kayla datang kok, seperti biasanya." pinta Randi.

Sarah mengangguk.

"Tapi, sarapanlah dulu Ran..." pinta wanita itu memelas. Randi akhirnya mengangguk setuju.

Ia duduk di salah satu kursi kosong menanti Sarah yang meladeninya menyiapkan sarapan yang sudah dimasak Tiara.

"Mau dibuatin kopi atau teh?" tanya Sarah.

Randi terdiam.

"Tiara bisa marah kalau aku minta kopi. Dia bilang ngopi itu jangan pas sarapan, supaya lambung enggak sakit. Teh hangat saja, Rah. Aku ngopi di kantor aja nanti." pinta Randi.

Sarah mengangguk dan menyiapkan permintaan Randi.

---

Randi menggendong Tiara ke kamar mereka yang lagi-lagi tertidur di kamar Ditya. Setelah mereka tiba di kamar, Ditya membelai kepala Tiara lembut lalu mengecupnya.

Someday... HAPPY. (SEGERA DI HAPUS TGL 17 AGUSTUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang