Chapter 6

479 58 12
                                    

AROMA

.

.

"Kupikir ini bukan hal yang mudah." Itachi mengatakan itu ketika Naruto dan Sasuke telah sampai. Ia melihat lagi ruangannya yang berantakan, sebelum mengambil langkah untuk mendekati gadis Yamanaka yang masih belum membuka matanya sejak datang. "Ia berada tepat di bawah jendela berkawat dengan banyak beling kaca di sekitar tubuhnya ketika aku kembali, aku belum yakin ini perbuatan dirinya sendiri, manusia lain, atau makhluk lain."

Lelaki berkuncir rendah itu mengamati, mencoba menelaah sekiranya apa yang telah terjadi. Mungkin, gadis itu telah bangun? Atau berjalan dalam mimpi dan menghancurkan segala yang ia jangkau?

Yang jelas, dengan keberadaan Naruto dan Sasuke di sini, ia akan pergi sesaat untuk memeriksa CCTV dan meninggalkan gadis itu dalam pengawasan.

"Aku pergi keatas sebentar," Itachi melepas napas berat, "jangan hilangkan pandangan darinya." Kemudian pergi begitu saja.

Sasuke melihatnya dan merasa Itachi sepertinya sedang memiliki banyak pikiran. Lelaki itu lantas beralih, menumpukan pantat di permukaan kursi lalu melihat kesekeliling.

"Apakah menurutmu ini berkaitan dengan hal-hal mistis seperti yang kau katakan sebelumnya, Naruto?" Ia bertanya dengan wajah dan nada yang begitu datar.

Lelaki Namekaze berdehem sedikit, suaranya terasa hilang sesaat sejak mereka datang. "Ya, kupikir," ia bersedekap, lalu menempelkan punggung pada dinding. "Aku berpirasat jelek saat kita di luar, dan ... Kau lihat sendiri." Bahunya terangkat setelah berhenti berbicara.

Beberapa hal memang benar terjadi saat kau berpirasat, Naruto kerap menjadi kenyataan saat ia mengungkapkan perasaan jelek yang di rasa akan datang. Sering, walau tidak semuanya memang benar.

Lalu apa lagi yang harus mereka lakukan? Mempercayai kekonyolan ini? Atau kembali menyelidiki?

"Kupikir kita harus menyelesaikan masalah ini segera, aku tidak ingin terlibat banyak."

Kemudian beranjak untuk segelas air dingin dari dispenser, Sasuke mencoba mendinginkan saraf yang terasa tegang.

"Yah, untuk sekarang lebih baik kita menunggu."

"Hn."

Menunggu untuk Itachi yang berpesan mengawasi, dan kesadaran gadis itu untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

....

"Aku kesulitan menjelaskan angin topan dalam ruanganku."

Itachi menunjukkan adegan rekaman CCTV dalam komputer jinjingnya pada Naruto dan Sasuke ketika urusannya sudah terpenuhi. Ia sudah beberapa kali memutar ulang—hingga berpuluh kali, untuk memastikan jika memang yang membuat berantakan ruangannya tidak bersangkutan tangan manusia.

Yang menjadi pertanyaan Itachi adalah gadis itu. Ya, mana ada orang yang tidak sadar terangkat, terpental, dan terseret menuju jendela?

Oke, Itachi mulai mempertanyakan kondisi mental dan matanya.

"Lihat? Aku tidak berbohong ketika melihatnya terseret tanpa seorang manusia lainpun di sana!"

Urat leher Naruto bahkan mengencang sebesar jempol saat ia berbicara.

"Lalu apa?" Sasuke mendengus, ia menunjukan tatapan tidak suka pada Naruto.

"Gadis itu tidak berbohong padaku!"

"Ya, lalu apa?" Sahut Sasuke lagi—menjawab seruan Naruto.

Lelaki berambut pirang itu terdiam. Ya, semuanya benar, lalu apa? Sudah terlibat dalam hal-hal tidak masuk akal, lalu apa?

A R O M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang