Chapter15

458 52 15
                                    

A R O M A

.
.
.

Ino menggali rambutnya dengan sedikit remasan. Gadis itu sedikit pusing dan berkunang-kunang, ia menoleh kesatu sisi, lalu sisi lainnya dan berdiam untuk beberapa waktu. Kakinya yang masih berpijak di lantai dingin beranjak, pendengaran mengatakan di luar telah terkendali—semua sudah sunyi, untuk itu ia memutuskan sedikit menunjukkan diri.

Berantakan.

Ino menangkap banyak barang berserakan dan beling. Rupanya, keramaian tadi bukan hanya keramaian biasa. Haruno mengamuk dan hampir mengacaukan seisi rumah. Anehnya, Ino bahkan tidak begitu mendengar perkaranya.

Gadis itu sejenak terdiam, lalu lekas beranjak untuk mendahulukan beberapa perabotan utuh, baru membersihkan yang pecah, lantai berair, kemudian beberapa sampah yang menjadi satu. Perlu berpuluh menit dalam keadaan tubuhnya yang kurang bertenaga, Ino akhirnya membersihkan segalanya.

Sebelumnya, ia telah melihat Sasuke tidur di atas sofa dengan pergelangan menutupi kedua belah mata. Latas, Ino beralih untuk itu.

Pertama, mari pindahkan lelaki tidak berdaya kekamarnya. Bagaimanapun, bernapas saja Sasuke terlihat sulit, bagaimana dengan beranjak?

Ino meraih sebelah tangannya yang lain, lantas terkejut ketika Sasuke sedikit menurunkan tangan yang menutup mata sedikit. Lelaki itu bangun, matanya telah terbuka dan sedang menatap Ino dengan pandangan bertanya. Seperti apa yang kau sedang coba lakukan?

Ino nengangkat alisnya, ia masih menggenggam pergelangan. "Oh, kau bangun?" Itu pernyataan.

Sasuke tidak merespon, ia mencoba duduk namun tidak bisa. Ino ingin menertawainya, ia malah mengejek. "Lihat dirimu, sekarat bukan hanya peribahasa semata."

Ino menariknya perlahan, membantu duduk dan mengatur posisi untuk bersandar. Gadis itu masih berdiri, memandangi Sasuke yang masih mengatur napasnya.

"Kenapa memaksakan diri kalau tidak bisa?" Ino mengomel, ia menghempaskan pantat di sisi kanan Sasuke dan menaikkan lengan lelaki itu kebahunya.

Sasuke jelas menolak, meskipun sempat terkejut dan terheran-heran hingga lebih tiga puluh detik, ia  kembali menatap Ino dengan, apa yang kau lakukan.

Gadis itu memutar bola mata, ia mendecih selagi mencebik. "Kau pikir aku seidiot itu membiarkanmu di sini semalaman? Atau hingga lusa? Kak, yang sakit tubuhmu, bukan pikiranmu bukan?"

Tapi Sasuke masih menolak, "kau bisa meminta yang lain." Suaranya rendah, bercampur napas.

"Siapa yang gila tengah malam bangun dan bepergian? Ini berbeda jika kau sendirian. Ingat di sini masih ada aku!!"

Sasuke masih menyahut, "Nar—,"

"Dia tidak sedang di Jepang!" Ino memotong, "atau kau ingin dia segera datang untuk menggendongmu kekamar? Mesra sekali kalian!!"

Wajah Sasuke menggelap, ia mengantup mulutnya. Lelaki itu lupa Naruto sedang tidak ada.

Ino merasa sedikit keterlaluan, melihat bagaimana Sasuke sontak terdiam dengan wajah demikian. "baiklah, baiklah, aku akan berhenti beromong kosong." Ia menghela napas lagi. "Lihat, aku tidak apa-apa jika itu sebab kau keras menolak bantuanku."

Sasuke melirik, tidak merespon.

Ino kembali berbicara. "Kamu tidak memiliki pilihan lain sekarang. Ayo, sudah hampir lewat tengah malam kau sebaiknya istirahat."

Gadis itu mencoba bangkit, tapi Sasuke seperti batu. Ia mengamuk. "Ayolah Sasuke!! Kamu pikir apa yang sedang kau lakukan?! Atau kau ingin aku menguhubungi Haruno-san lagi?!"

A R O M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang