Chapter 11

451 56 15
                                    

A R O M A
.
.
.

"Apa dia melakukan hal buruk padamu?" Tanya Sasuke pelan, ia tengah mengupas kentang untuk di potong oleh Ino.

Sementara gadis itu menggeleng, "walau sedikit aneh, tapi ibumu benar-benar orang baik." Jawabnya jujur. "Dia hanya mencecariku dengan pertanyaan-pertanyaan umum."

"Syukurlah."

Sasuke menyelesaikan kentang kedua, Ino meraih usai lelaki itu menjauhkan tangannya dari wadah.

Merasa Sasuke menganggur ketika ia memotong-motong kentang, Ino lantas menitah. "Kupas bawangnya." Semakin cepat selesai, lebih baik.

Memasak seperti ini dengan orang asing membuat Ino benar-benar merasa tidak nyaman. Terlebih ia tidak pandai memasak, dan seseorang yang sedang membaca di ruang tamu sana akan menjadi semacam juri pencicip.

Ah, sejak kapan Ino berubah lunak sampai mau-mau saja menuruti orang asing tanpa bantahan. Lupakan tentang ancamannya.

Gadis itu mengangkat wajah, ketika di rasa Sasuke belum bergerak menuruti perintahnya. Di lihatnya, Sasuke nampak diam dengan tuju pandang kearah bawang lalu kearahnya.

"Apa?" Ino kebingungan.

"Kau memintaku mengupasnya?" Lelaki itu terdengar tidak setuju, dengan telunjuk mengarah pada mangkuk berisi bawang.

Ino mengangkat alis, "Ya, lalu?"

Sasuke menggeleng, ia tidak bersuara dan memilih meraih daging untuk di potong.

Apa Sasuke sedang menghidari bawang?

Gadis itu menilik si lelaki yang sepertinya agak kebingungan untuk memulai. Ia terlihat mengernyit beberapa kali, lalu dengan asal—menurut Ino, memotong daging tersebut dalam bentuk yang tidak terdeteksi. Ino melotot, bisa-bisanya dia hidup dua puluh tujuh tahun tapi memotong daging saja tidak bisa.

"Hentikan!" Ino berkata setengah berteriak. Melihat daging tidak berbentuk itu, ia mendadak menjadi seorang perfeksionis. "Kau berniat menghancurkan dagingnya? Kita tidak sedang membuat daging giling, tapi Nikujaga! Kau tentu tahu bagaimana bentuknya bukan?" 

Walau sedikit terkesiap, Sasuke melepas terpaksa pisau dalam genggamannya. Ia seperti linglung untuk beberapa detik. Sepertinya terguran semacam itu adalah hal baru untuk Sasuke.

Lelaki itu tidak bereaksi lebih, ia menjadi patung sementara Ino meraih dagingnya untuk di sisihkan kesebelah kiri gadis itu.

"Sudah kubilang kupas bawang saja 'kan." Bibir Ino mencebik, ia menyodorkan bawang dengan sedikit menghentakkan wadahnya. Ino kesal. Masih kesal, karena dagingnya.

Sasuke menjatuhkan pandangan pada wadah berisi bawang. Ini benar-benar tidak penting, ketika mereka sedang berbicara hal yang lumayan perlu tiba-tiba segumpal daging mengubah segalanya.

Bahkan nampak jelas di telinga Sasuke, gadis itu terus menggerutu sembari memotong kentang.

Karena tidak ingin lebih memperkeruh keadaan, dengan terpaksa ia meraih bawang untuk di kupas kulitnya.

"Heh, Uchiha-san," Ino menegur, gadis itu kini menumpu pandang pada genggaman lelaki itu, lalu ganti kewajahnya. "Jangan bilang kau tidak tahan bau bawang?"

Sasuke tidak langsung menjawab, ia sibuk menjauhkan muka. "Ya."

"Lepaskan itu," gadis itu kembali menitah. "Kau seharusnya bilang. Terus menutup mulutmu seperti itu, lama-lama kau bisa jadi bisu."

Ino mendapatkan tatapan tidak senang. Sasuke sepertinya hanya menahan diri agar tidak menanggalkan celemek dan pisaunya lalu pergi begitu saja. Apa bibi Mikoto semenakutkan itu hingga Sasuke bahkan kesulitan berkutik?

A R O M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang