chapter 10

424 59 15
                                    

A R O M A

"Rasanya tidak enak."

Ino menaruh—setengah membanting sendoknya dengan raut jengkel. Ia menarik kotak makanan dan beranjak dengan maksud untuk segera membuang apapun yang ada di dalam sana.

Kacau sudah acara makan enak dalam ekspetasinya. Gadis itu tidak berpikir makanan yang ia pesan akan memiliki rasa yang benar-benar tidak cocok untuk lidahnya. Dari segi tampilan dan ukuran, siapapun akan ngiler melihatnya, terlebih harganya yang terbilang tidak mahal itu.

Gadis itu lantas kembali mematri pantat pada kursi makan dengan pikiran-pikiran mengenai jalan keluar untuk perutnya yang sudah terlanjur lapar.

Ketika ia pasrah mengenai uang yang terpaksa harus ditarik sekali lagi, ponsel miliknya yang berbunyi di sisi meja menyita atensi.

Di sana tertulis Uchiha, lantas ia menjawab "Ya?"

"Di mana kau?"

Gadis itu mengerutkan alis, "Di mana lagi memangnya?"

"Ibuku sedang menuju kesana, kuharap kau segera bersembunyi."

Ah, memang apa lagi, kalau si Uchiha menelpon tentu berarti keadaan sedang agak gawat.

"Oke."

Sambungan diputuskan, Ino lantas beranjak menuju perpustakaan kecil milik Sasuke. Ia berpikir, jika bersembunyi dalam kamar mungkin Ibu Sasuke akan tinggal di sana dan barangkali ia akan mandi juga. Tentu itu akan berbahaya terlebih Ino adalah orang asing yang pasti akan menimbulkan pikiran-pikiran negatif bagi siapapun yang melihatnya.

Bunyi pintu setelah Ino masuk dalam perpustakaan membuat gadis itu terkesiap.

Secepat itu datangnya?!

Ino bahkan belum sempat bernapas di dalam. Gadis lantas mengutuk Sasuke yang memberitahu dalam selang waktu yang begitu singkat.

Bagaimana jika Ino masih di dapur?!

Ah, patas saja lelaki itu menanyai sedang di mana ia barusan. Rupanya sang ibu sedang menuju pintunya. Bukan baru berangkat dari rumah atau semacamnya.

Merasa tidak ada gunanya mengumpat sekarang, Ino mengambil langkah pelan untuk menyembunyikan tubuh kecilnya di antara lekuk lemari yang menghadap dinding. Untuk jaga-jaga ia juga mengatur poselnya menjadi mode senyap. Lalu berdiam dengan pokus pada pendengaran.

Untuk beberapa menit, Ino bertahan pada posisi tersebut, hingga kebosanan lama-lama menggelayuti. Ia meraih ponsel, lalu memilih berselancar di dunia maya. Setidaknya rasa bosannya berkurang setengahnya. Padahal, akan lebih baik lagi jika ia bisa bekerja dan ... Sedikit mengisi perut.

Ino merengut, ia menganggurkan ponselnya hingga kembali dalam mode tidur. Gadis itu kini kembali menyerapah dalam hati. Ada banyak andai tertulis di benaknya.

Matanya begulir kesamping, ia sedikit mengernyit mendapati semacam lipatan kertas terselip di antara dinding dan lemari. Gadis itu sudah akan meraihnya sebelum suara asing menembus gendang telingnya.

"Sedang apa kau di situ?"

"Eh?!"

Kemudian Ino tidak tahu cara mengekspresikan keterkejutannya.

...

Beberapa saat sebelumnya, Mikoto yang kebetulan memiliki jadwal di daerah yang sama dengan putranya, berinisiatif untuk memberikan kunjungan mendadak yang lebih mirip seperti kejutan untuk sang putra.

A R O M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang