Tujuh

1 0 0
                                    

Progress Yang Terlalu Cepat

►►

Detik jam tangan Alfa sampai ikut terdengar di keheningan sejak Alfa terdiam menatap Rena yang fokus menatap smartphone-nya.

"Hmmmhh... Kayaknya udah bisa baca karakter cowok nih sekarang," Alfa menyilangkan kedua tangannya kedepan dada, memulai lagi pembicaraan. Selama satu tahun terakhir ini Rena selalu meminta saran Alfa untuk urusan mengenali karakter, apalagi karakter laki-laki.

Rena melirik dan tertawa kecil, "hehehe, nggak, nggak, nggak. Gue perlu bantuan elo lah. Kan elo seniornya." Rena mengedipkan matanya beberapa kali tanda memohon, "Bantu gue ya. Apa motif cowok-cowok ini sebenernya ngehubungin gue," lanjutnya serius.

Alfa membuang nafas menatap Rena, "Oke, tapi besok elo ikut gue".

"Kemana? Trus yang jaga kafe?"

"Besok malem kafe di booking buat acara. Jadi siangnya bakal tutup buat dekorasi. Novi udah gue kasih tau," jelas Alfa. Rena hanya mengangguk, "Hmm..".

"Yaudah sini selesaiinPPT lo". Rena mengambil laptopnya dan mengerjakan PPT dengan bantuan Alfa.


►►

Novi menahan senyumannya yang tengah tersipu saat melangkahkan kakinya memasuki kafe. Alfa mendapati wajah Novi yang terlihat memerah dan mulai menggoda, "gue nyium bau-bau orang lagi seneng nih," ejeknya tanpa melihat kearah Novi dengan masih menata kursi dan meja di kafe yang dia beri nama Cafe Hours.

"Iya dong," jawabnya singkat sambil mengibas-kibas wajahnya yang tersipu dengan kedua tangannya.

Alfa menghentikan pekerjaannya sejenak dan menyilangkan kedua tangannya kedepan dada, "bagus deh. Kalo gitu gue serahin aja semua ini ke elo. Biasanya orang seneng itu semangatnya lagi menggebu-gebu. Oke? Gue ada urusan. PENTING!" ucapnya dengan mendekatkan wajahnya pada Novi, tangannya menarik topi Novi dengan tersenyum kemudian berlalu meninggalkan kafe. "Atur semua ya Nov!" dia melambaikan tangannya saat berlari keluar.

"Aish, kebiasaan banget sih tuh orang," keluh Novi membenarkan topi kerjanya ke posisi semula.

"Ini ditaruh mana mbak?" tanya salah satu pendekor dengan menenteng hiasan bunga.

"Taruh aja disitu," Novi menunjuk salah satu pojok ruangan.

Hari ini kafe memang sudah di booking untuk sebuah acara nanti malam, sehingga kafe saat ini di dekor sedemikian rupa berdasar request pelanggan. Dan untuk mendapat gaji tambahan, Novi bersedia membantu proses dekorasi, namun dia tidak tahu jika akan diberi tanggung jawab penuh oleh sang pemilik kafe, Alfa.

"Seharusnya gue nolak dari awal," dengus Novikesal, tapi tak lama. Dia kembali tersenyum mengingat hal indah yang baru diaalami.


►►

"Lam..." celotehan Alfa yang mau dia tujukan pada Rena mendadak terhenti karena sosok wanita yang sedang hamil lah yang muncul membukakan pintu, "eh, Kak Nanda. Apa kabar kak? Rena dimana?" lanjutnya dengan senyuman yang terkesan kekanak-kanakan.

"Eh, Alfa. Tumben pagi banget kesini? Rena masih tidur tuh di kamarnya. Gak tau kapan bakal ilang kebiasaan buruknya itu. Yaudah masuk dulu gih. Biar kakak bangunin," Kak Nanda mempersilahkan Alfa duduk menunggu di ruang tamu dan hendak membangunkan Rena.

"Kak. Kalo boleh. Biar saya yang bangunin si Rena. Biar gak ngerepotin Kak Nanda. Itupun kalo kakak ngizinin," ucap Alfa dengan sopan menawarkan diri.

"Eh, bukannya gak boleh sih. Tapi kamar Rena......"

►►

Kedua mata Alfa membulat sempurna begitu pula mulutnya yang terbuka secara spontan saat melihat kekacauan di kamar Rena. Gila... Ini lebih berantakan dibanding kosan cowok-cowok. Alfa mengutuk dalam hati.

Virtual & RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang