Menghilang: Cara Manusiawi untuk Kabur
►►
Senin... Hari aktif dimulai. Lagu Ed Sheraan yang terputar cukup memenuhi ruang hampa di kafe pagi ini. Namun hal itu tak mengganggu dua gadis penyeduh kopi fokus menonton drama korea dengan senderan di sofa pelanggan. Bahkan saat pemilik kafe memergoki mereka untuk beberapa menit, mereka berdua masih fokus menonton adegan romantis oppa tampan yang sudah mendekatkan wajahnya pada eonni cantik dihadapannya.
"Ngapain?" suara lelaki seketika membuat mereka membelalakkan mata.
Novi dan Rena spontan buru-buru menutup laptop dihadapan mereka, lalu berbalik ke sumber suara. Alfa, bos mereka, tengah tersenyum menatap mereka bergantian dengan menyilangkan kedua tangannya di atas sandaran sofa yang sama.
"Hehehe... Bos. Udah lama disini?" tanya Novi dengan kikuk.
"Hmm, lumayan sih. Cuman sayang belum sampek adegan ciumannya." Jawabnya datar sambil menggosok-gosok dagunya pelan.
"Hahahah...Ngghh... Kalau gitu... kita permisi ya Bos." Rena langsung menarik Novi dan berlarian menuju posnya, di depan mesin penyeduh kopi. Alfa hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah dua pekerja penggila drama korea itu, lalu kembali menuju ruangannya di lantai dua.
►►
Ponsel bergetar di saku Rena sesaat setelah dia membuat latte art untuk pelanggan.
"Ini pesanannya. Selamat menikmati," ucapnya dengan tersenyum singkat lalu mengintip isi pesannya. Dari Adrian Niko.
"Siapa?" Novi berbisik penasaran, melihat Rena fokus pada ponselnya.
"Nanti gue ceritain." Jawabnya singkat lalu memasukkan kembali ponselnya ke saku dan menyapa pelanggan yang datang lagi, "Selamat datang di Cafe Hours, mau pesan apa kak?"
►►
Kafe cukup ramai di malam hari. Banyak yang melepas penatnya hari senin di malam ini. Kali ini kafe sampai tutup jam 11 malam karena banyaknya pelanggan yang masih berdatangan.
"Sorry ya kalian jadi nambah jam kerja." Ucap maaf Alfa pada para pekerjanya.
"Nggak apa-apa kok Kak Alfa," jawab salah satu pekerja magang yang baru bekerja tiga hari terakhir untuk tugas mata kuliah kewirausahaan. "Ehmm, kafe ini lumayan rame. Kenapa nggak buat jam malem aja kak?"
"Kalo jam malem, gue kekurangan pekerja. Lagian kafe ini juga nggak lebih terkenal dibanding kafe-kafe yang ada di daerah ini."
"Gue mau kok ambil shift malem." Tawar Rena mengacungkan tangan. "Lagian gue banyak waktu kosong. Apalagi abis sidang, gue malah bener-bener free."
"Bayu juga bisa ambil jam malem. Itu kalo Bos buka lowongan sih." Novipun menawarkan kekasihnya.
"Hahah.. biar kalian bisa pacaran di kafe gitu?" sindir Alfa dengan menyipitkan matanya. Novi malah tersenyum cengengesan.
"Ah...Gimana kalo ngadain live music juga. Disini kan ruangannya lumayan luas. Kayaknya masih ada tempat buat stage kecil-kecilan. Trus bikin poster buat di sebarin. Nanti aku bakal minta bantuan temen-temenku buat nyebarin posternya di kampus." Mahasiswa junior magang itu kembali mengusulkan idenya.
"Live music? Kamu yang biayain ya? Difikir nyewa pemusik itu gratis?" junior itu menundukkan kepalanya.
"Haaa... kenapa bukan kita-kita aja yang main? Trus Rena yang nyanyi," usul Novi.
"Hah? Gue? Kenapa jadi gue?"
"Ya masak gue Ren? Gue kan nggak bisa nyanyi. Nanti si Bos yang jadi gitarisnya. Udah... Live music akustik."
"Heh! Trus yang ngurus waffle di belakang saha etah neng?"
Mahasiswa magangmengacungkan tangannya. Alfa pun melirik lalu melotot padanya, membuatnyamenurunkan tangan kembali.
To be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Virtual & Reality
Romance♫ Saat hati harus memilih antara dia yang nyata dengan dia yang kau cinta. Apa kalian tahu rasanya mencintai seseorang yang belum pernah kau temui? Apa ini dinamakan cinta yang tulus? Atau dianggap perasaan yang bodoh? Terinspirasi dari kisah nyata...