Sepuluh

3 0 0
                                    

Kasihan Juga Sebuah Rasa

►►

Novi sudah memakai seragam khusus berwarna kombinasi coklat tua dan coklat susu untuk dresscode acara pelantikan manager baru di sebuah perusahaan percetakan yang berjarak tidak jauh dari kafe.

Tringg... Lonceng diatas pintu kafe berbunyi saat Rena masuk.

"Hei Nov. Udah lama?"

"Baru aja kok," Novi tersenyum simpul. "Eh, Ren...," lanjutnya ragu.

"Hmm?"

"Eh, gak jadi deh".

"Lo penasaran Alfa kenapa?" tebak Rena. "Hmmhhh.... seperti yang lo kira," lanjutnya dengan membuang nafas.

"Jadi bener kalian tengkar lagi?" tanya Novi semakin penasaran. "Soalnya tadi gue liat dia nekuk mukanya pas balik ke kafe. Padahal pas berangkat dia kek bahagia banget."

"Bahagia?" Novi menganggukkan kepalanya.

Alfa keluar dari dapur dengan langkah cukup cepat. Kesibukan hari ini memaksa mereka semua bekerja lebih cepat. "Eh, hai Ren!" sapanya singkat dan melanjutkan aktifitasnya.

Rena dan Novi mendadak bengong dan saling tatap. Lah... dia udah nggak marah atau kesel lagi?

►►

Acara di kafe selesai tengah malam. Alfa berterima kasih kepada semua staffnya sebelum mereka pulang. Namun, dia belum memulai pembicaraan dengan Rena.

Semua berlalu pulang kerumah, termasuk Novi karena sudah dijemput pacarnya.

Tinggal Rena dengan Alfa di kafe. "Lo nggak balik juga Ren?"

Rena mengerutkan kening dan melihat Alfa lebih cermat.

"Ngapain liat gue kek gitu?" lanjut Alfa melihat tatapan aneh Rena.

"Elo nggak kesel lagi sama gue?"

"Kesel? Buat?"

"Ya... Soal tadi pagi."

"Hmm..." Alfa memutar matanya. "Kagak. Trus?" lanjutnya datar.

Hah? Aneh banget ni anak. Dia kenapa sih? Rena semakin bingung dengan sikapnya, namun berusaha mengabaikan. "Ah nggak jadi deh."

Alfa hanya mengangguk mendengarnya. "Lo nggak pulang? Gue ambil kunci motor gue dulu ya."

"Eh, nggak usah Fa!" Alfa menoleh. "Gue bawa motor sendiri kok." Rena melanjutkan.

"Udah ketemu kuncinya?" tanya Alfa.

"Ternyata keselip di dompet gue, hehehe..." Rena terkekeh.

"Emang dasar lo. Makanya kamar itu dibersihin. Kamar cewek kok kayak kapal pecah." Ejeknya.

Rena mengerucutkan bibirnya. "Ish... Bukannya gue nggak mau bersihin. Gue lagi sibuk ngerjain skripsi gue."

"Ah ngeles aja lo.Yaudah ati-ati dijalan. Yakin berani pulang sendiri nggak lo?" Rena menganggukmantap dan pamit.

Virtual & RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang