Hurt | 06

73 10 12
                                    

Diawali rasa penasaran, bisa saja berakhir dengan satu harapan. Harapan yang mungkin bisa membawa beberapa kemungkinan. Ku harap timbul rasa cinta masuk diantaranya.

***

Galang penasaran.

Kenapa gadis yang dia cari itu bisa berada di rumah orang yang mengancamnya. Setelah malam itu, malam di mana akhirnya Galang mengetahui keberadaan Naya, ia kembali memastikan hubungan Naya dengan pria tua itu.

Setelah mendapatkan informasi lebih, akhirnya Galang tahu bahwa Naya adalah anak pria tua yang sudah mengancamnya –Hardi–.

Jadi kenyataan memang benar bahwa Hardi Basupati itu adalah Ayah Naya yang sering menyiksa gadis itu. Galang tidak terima akan informasi yang dia dapatkan dari anak buahnya.

Bukkkk..

Suara keras dari pukulan Galang di atas meja kerjanya, setelah mendengar informasi itu.

"Apa kau bilang?! Dia disiksa?!" Tanya Galang penuh penekanan pada anak buahnya.

"Ya Tuan. Dia sering memukuli anaknya bahkan sampai terluka." Jelas sang anak buah.

"Aku tidak akan membiarkan ini! Tidak ada yang boleh menghukumnya kecuali aku!" Ucap Galang penuh penekanan. "Aku ingin bertemu dengan lelaki tua itu!" Titah Galang.

"Tapi tuan—"

"Kerjakan! Atau aku tembak kepalamu!" Ucap Galang sembari melirik tajam anak buahnya.

"Ba-baik tuan, akan saya lakukan. Saya permisi tuan."

Galang teringat kejadian seminggu lalu. Dimana ia mengurungkan niatnya untuk menembak kepala Hardi pada malam saat dia datang dan bertemu dengan Naya. Dia juga masih meloloskan Hardi untuk tetap hidup dan belum mencari keberadaannya.

Jika ditanya apa penyebabnya dia tak menembak kepala Hardi malam itu, sudah pasti karena sosok gadis bertubuh lebih kecil itu.

Sosok Naya yang berdiri tak jauh dari dirinya. Menatap dengan tajam pandangan yang ada di depannya.

Galang yang melihat Naya di depan pintu kamarnya, seketika hanya memfokuskan pandangannya pada gadis itu sampai lupa akan tujuan awalnya.

Disaat Galang bersitatap dengan pandangan dingin dari Naya, tanpa disadari Galang yang berada di depan pintu rumah langsung mendorong tubuh Hardi yang menghalangi jalannya.

Berjalan terus sampai Galang benar-benar berada di hadapan Naya saat itu. Naya yang menyadari perlakuan Galang mulai sadar. Gadis itu sedikit menengadahkan wajahnya ke atas untuk menatap mata Galang.

"Ini benar kau?" Tanya Galang pelan seraya mengusap lembut pipi memar Naya.

"Apa yang kau lakukan!?" Tanya Naya marah sembari menepis tangan Galang. Tangannya yang satu terayun ingin menampar Galang.

"Kau tak mengingatku?" Suara Galang lembut, setelah menahan tangan Naya yang ingin menamparnya tadi.

"Siapa kau!?" Tanya gadis itu bingung lalu melepaskan tangannya yang di tahan oleh Galang.

Ya. Naya memang sudah lupa pada Galang yang membuatnya harus keluar dari pekerjaannya di kelab waktu itu. Naya juga tak begitu ingat dengan wajah Galang, lebih tepatnya dia tak ingin memikirkan seseorang yang menjadi penyebab kejadian sial itu lagi.

Sebaliknya, Naya tidak tahu seberapa gilanya Galang mencari keberadaan dirinya. Lagi pula tampilan Galang malam ini berbeda dengan malam itu. Sudah pasti karna malam ini Galang menggunakan pakaian lengkap.

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang